Bagian 4
Aku kembali lagi dengan update-an yang sedikit :), jangan lupa sediakan makanan dan minuman untuk menikmati karyaku, walau cuma beberapa kata tapi setidaknya update bukan, maaf. Sampai jumpa lagi besok di lain hari.
***
Bagian 4
"Harus segitunya sampai nonton yang gak beres kayak gitu?”
"Siapa bilang gak beres? Nonton ini bermutu tahu, kau akan menjadi orang yang dewasa," cetus dia sambil duduk di sofa.
Dari tadi dia menjawab, kayak jawabannya uda benar kali, kesabaranku habis, ingin rasanya aku membunuhnya kalau bisa. Aku hanya menatapnya tajam, yang sedang duduk santai di sofa, sambil memakan camilan.
"Apa lihat-lihat?" tanyanya tiba-tiba.
"Gak, mulai hari ini aku akan mengawasimu, dan juga handphonemu akan aku sita, jika di dalamnya terdapat video yang gak beres kayak gitu,” jawabku.
"Coba aja kalau bisa, palingan nanti kamu yang ketagihan nonton," ucap dia sambil sesekali memakan camilan yang ada di depanya.
"Itu tidak mungkin lihat saja nanti.”
"Ok! Dalam sebulan ini aku akan membuatmu menonton video ini full sampai habis,” jawabnya.
"Kalau kamu tidak bisa?" tanya aku lagi.
"Aku akan menghapus semua vikep yang ada di handphoneku, tapi tenang saja, itu gak mungkin terjadi,” jawabnya dengan nada sombong.
"Permainan belum dimulai, kita lihat siapa yang akan menang nanti.”
***
Pagi harinya, Zen datang menemuiku tiba-tiba. Apa dia akan memarahiku atau ingin mengajakku bertengkar? Kenapa anak ini selalu membuat orang susah sih, bisa tidak dia jauh sedikit dariku.
"Jalan-jalan ke taman yuk,” ajaknya sambil merapikan bajunya, apa otak anak ini kemarin kebentur ya makanya ajak orang tiba-tiba. Atau dia ingin mempermalukanku lagi di sana nanti.
Lihat saja jika dia berani mempermalukanku akan kubunuh nantinya. Lagian aku penasaran apa yang akan dia lihat di taman, dan kenapa dia mengajakku, dan satu lagi mengapa dia memakai baju yang sangat bagus.
"Ayolah! Selagi kita di Jepang," ajak dia lagi.
"Ok," jawabku.
Sesuai permintaannya kami pergi, beberapa menit kemudian kami sampai di sana. Tempatnya indah, pemandangannya bagus. Tanaman hijau banyak di sana, aku tertarik pada tempat ini.
"Lihat ke sana yuk," ucap dia sambil menarik tanganku. Baru kali ini dia memegang tanganku, biasanya gak pernah, jangankan pegang tangan, ke sentuh saja jarang, kecuali saat dia minta jatah.
Tapi kalau dilihat-lihat dia tampan juga ya, mukanya yang imut itu tidak layak dibilang anak SMA sama sekali. Eh ... kenapa aku jadi begini sjh. Aku seperti jatuh cinta saja padanya. Sudahlah lebih baik aku mengikuti dia saja.
"Hey! Pria itu tampan ya," bisik-bisik orang yang kami lewati sambil melihat ke arah Zen.
Apaan sih, mereka tidak punya mata ya? Kan aku begitu besar di sini masa tidak dilihat dan dengan seenak jidatnya bilang pria itu tampan ya. Kubunuh bisa tidak ya, masuk penjara atau tidak, kesal banget deh.
"Dekati yok.” Kupandangi mereka sinis.
"Hmm, tapi kakaknya ada.”
Kakak? Kupingku sekarang semakin sakit mendengarnya, tidak tahu kenapa ingin rasanya aku memutar-mutar badannya sampai remuk. Kutatapi lagi mereka dengan tatapan yang semakin tajam, tanpa kusadari aktivitas yang kulakukan tadi diketahui oleh Zen.
"Kamu cemburu, dipanggil kakak, atau cemburu aku dilihati cewek-cewek itu," ucap dia sambil mengedipkan matanya sebelah, membuat cewek-cewek tadi teriak kegirangan.
Ini anak sengaja mau buat aku cemburu? Atau mau pamer ketampanannya saja. "Gak mungkin," jawab aku.
"Yakin?” tanyanya lagi.
"Iyah, kalau gak percaya kau bisa merayu mereka,” ucap aku,
entah mengapa aku bilang kata-kata itu, padahal aku tahu sendiri kalau aku tidak suka melihatnya, sudahlah itu pun kalau dia bisa merayunya.
"Baiklah,” ucap dia lalu pergi,
Tapi dia bukan pergi ke arah cewek-cewek itu melainkan ke tukang bunga. Dan membelikan satu set bunga mawar, lalu kenapa dia datang lagi kepadaku?
"Jangan marah, kalau mereka menciumku nanti," ucap dia dengan sinis.
Ini anak, aku sudah menahan emosiku dari tadi. Dikira dia bisa apa merayu cewek-cewek itu dan membuatku cemburu. Dicium sekali pun aku tidak bakal cemburu. Mau dia main sekali pun bodo amatlah. Siapa yang peduli.
"Itu gak akan mungkin, kamu aja gak tahu bahasa Inggris apalagi bahasa Jepang,” ucapku dengan nada sombong.
"Kamu yakin? Kita lihat saja,” jawab dia lalu pergi ke arah mereka. Apa Zen benaran akan melakukannya? Dia tidak memikirkan perasaanku
Pov Zen
Apa dia yakin membiarkan suaminya, merayu wanita lain? Terserah deh!
Yang penting, aku akan menunjukkan kepadanya kalau aku tidak main-main.
"Ohayou (pagi )," sapa aku ke arah dua wanita yang ada di depanku, ya! Wanita-wanita inilah yang berbisik tadi.
"Ohayou," jawab mereka sambil tersenyum malu.
"Kamu terlihat cantik," rayu aku ke arah salah satu gadis itu sambil mengedipkan mata kananku, lalu tersenyum manis padanya. Wanita yang kuperlakukan tersebut pun, meloncat kegirangan, lalu tersenyum bahagia memandang temanya yang ada di sebelahnya.
"Terima kasih,” jawab dia.
"Kamu mau bunga ini gak?" ucap aku sambil menyodorkan bunga yang kubeli tadi, walaupun harga bunganya hanya 25000. Mereka pasti tidak tahu, lagian kan di mata aanita yang penting dia dihargai dan dianggap spesial pasti senang
"Tentu saja," jawab dia kegirangan.
"Sebelum itu nama kamu siapa?” tanya aku.
"Sakura," ucap dia sambil menyodorkan tangan kananya padaku.
"Ok, aku Zen," sambil menerima tangannya tersebut, lalu mengelus kulitnya dengan lembut menggunakan jari jempolku.
Aku melihat ke arah Affry, dia hanya melihat ke atas langit, mungkin dia cemburu atau tidak peduli dengan apa yang kulakukan?
"Kamu tahu tidak, kenapa aku tidak langsung ngasih bunga ini sama kamu?" tanya aku kepada gadis yang di depan aku.
"Gak tahu.”
"Karena aku masih pikir, lebih baik aku ngasih bunga ini sama kamu, atau aku ngasih hati aku sama kamu,” ucapku sambil membelai rambutnya.
Astaga, Affry dengar atau tidak ya? Kauak man kalau dia aampai cemburu? Lsusahlah kenapa aku memikirkan dia lagi. Dia yang menyuruhku melakukan ini, berarti dia todak akan cemburu enatah apa yang akan aku lakukan nanti.
"Eh, kamu bisa aja deh,” ucap dia sambil tersenyum, lalu berniat mengambil bunga tersebut.
"Ets!! Tunggu dulu,” tolak aku, lalu menjauh kan bunga itu.
"Ada apa?" tanya dia penasaran.
"Kamu harus jawab pertanyaan ini," ucapku.
"Pertanyaan apa?"
"Apa bedanya kamu sama bunga ini" ucap aku sambil memandang kerahnya.
"Hm!! Kalau aku manusia, kalau bunga tumbuhan," jawabnya polos.
"Yaelah anak yang baru lahir pun tahu, kalau jawabannya kayak gitu," batin aku bikin kesal saja.
"Salah,” ucap aku.
"Jadi! Jawabannya apa?”
"Karena aku masih pikir, lebih baik aku kasih bunga ini sama kamu, atau aku kasih hati aku sama kamu," ucap aku sambil membelai rambutnya lagi.
Dia hanya tersenyum, lalu memalingkan kepalanya dari arahku.
Ya, mungkin dia bawa perasaan tingkat dewa.
"Terima kasih,” ucapnya
***
J a n g a n - l u p a - t a p - l o v e, - f o l l o w, - d a n - j u g a - k o m e n. S i l a k a n - b a c a - c e r i t a - l a i n - y a n g - b e r j u d u l - Ignorant King - a t a u - k e t i k - d i - p e n c a r i a n - Ignorant King - g e n r e - f a n t a s i - R o m a n c e.
Semangat bacanya :v
