Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bagian 3

Bagian 3

Aku kembali lagi dengan update-an yang sedikit :), jangan lupa sediakan makanan dan minuman untuk menikmati karyaku, walau cuma beberapa kata tapi setidaknya update bukan, maaf. Sampai jumpa lagi besok di lain hari.

***

Sesampainya di pintu keluar aku berpikir ke mana aku harus pergi, yang kulihat hanyalah mobil yang lewat dan beberapa pejalan kaki. Tidak mungkin kan aku menanyakan setiap orang yang aku jumpai apa mereka melihat Zen atau tidak?

Saat aku sibuk dan bingung memilih jalan mana yang harus aku pilih. Suara kejutan seseorang membuatku kaget, segera kupegang jantungku. Siapa yang berteriak kuat seperti itu.

"Woi.” Sambil memegang pundakku, mampus siapa yang mendatangiku. Ayolah aku belum mau matu. Zen tidak bersamaku, siapa yang akan menolongku? Papa ... Mama tolongi anakmu ini, dia belum mau mati.

Kuputar badanku memberanikan diri melihat ke belakang, walau rasa takut semakin berguncang tapi rasa penasaranku lebih memuncak. Astaga, siapa yang tahu kalau yang memukulku tadi adalah Zen. Dasar setan, hilang tiba-tiba muncul tiba-tiba.

"Kenapa di luar?" tanya dia sambil menaikkan alisnya.

"Yah! Cari kamulah."

"Buat apa?"

"Hm! Itu ...." Aku tidak tahu mau bilang apa?

tidak mungkin kan aku bilang aku khawatir karena dia belum pulang.

"Hm! Mana tahu kamu, nyasar gimana? Yang repot kan aku juga."

"Oh! Langsung intinya saja, kamu kangen kan gak lihat aku?” ucapnya sambil menyeringai.

"GR amat lu," cetusku sambil balik ke kamar tinggali dia.

Kayaknya kalau tinggal sama dia, hidupku bakal hancur, masa iya masallah seperti itu saja ditanya. Dasar anak kecil, gaya seperti orang dewasa tapi otaknya masih anak-anak bahkan melebihi anak SD..

Ini anak juga tidak tahu entah kenapa?

Dia ikuti aku dari belakang sambil tersenyum-senyum kecil, seperti orang gila. Dia tidak pikir macam-macam kan.

Sesampainya di kamar. "Buka bajumu,” celutuknya.

Maksudnya bagaimana lagi? Baru saja sampai kamar, uda ajak main saja, dia kira aku mau apa? Hm ... selagi bisa menolak aku akan menolaknya. Enak saja mau menyentuhku tanpa seizinku. Kupukul tahu rasa.

"Aku tidak mau!” Dengan nada keras dan tegas aku menolaknya. Setelah mendengar jawabanku, ekspresi mukanya berubah menjadi sedikit marah dan masam. Aku takut dia, dikendalikan oleh hawa nafsunya, dan langsung saja aku bilang.

"Kamu mau yah? maaf tadi aku bercanda, sekarang kemarilah lakukan sesukamu,” sambil tersenyum kecil padanya dan memiringkan sedikit kepalaku.

Eh .. entah setan apa yang masuki dia? Langsung saja dia tersenyum lebar, dan mulai membuka bajunya. Saat dia sedang membuka bajunya. Aku sempat berpikir, apa aku akan habis di sini? Aku hanya memperhatikannya saja sampai dia selesai membuka bajunya.

Saat bajunya selesai dibuka. Sekarang dia malah membuka celananya.

"Ni anak, tidak tahu cara main ya?" gumamku pelan.

"He! Kenapa buka celana?" tanyaku

"Kita kan mau melakukan itu"

"Lu gila ya? Maksudmu tinggal main tusuk aja" kesal aku.

"Lah iya! Jadi mau ngapain lagi," jawabnya santai.

Plak ...

Aku memukul badanya, dia meringis kesakitan sambil memegang badanya yang kupukul tadi. Dia benar-benar masih anak-anak. Astaga harusnya di umur yang segini dia sudah mengetahui hal seperti ini. Otaknya saja yang mesum tapi tidak tahu sama sekali.

"Kenapa kamu berani memukul suamimu sendiri"

"Yang salahkan kamu, yang ajak main kamu, tapi cara melakukannya saja tidak tahu. Maunya tinggal main tusuk, pikirmu tidak sakit? Belajar dulu de kamu, sampai tamat SMA baru ngelakuin itu. Belajar bagaimana cara membuat pasangan terangsang? Baru ajak orang main,” jawab aku panjang kali lebar

"Ya! Masalahnya kan itu doang? Ngapain harus memukul,” ucapnya masih memegang badan yang dipukul.

"Ih ... dasar anak Bodoh!"

"Aku gak bodoh ya.” Membela dirinya.

"Kamu itu memang bodoh, bahkan anak balita saja lebih pintar dari kamu!"

"Aku itu pintar, anak balita tidak bisa melakukan kayak yang kubuat, katanya vikep uda diblokir kan? Tapi aku masih bisa download kok!" Membanggakan kepintaran yang tidak masuk akal.

"Hadeh! Ngapain dibanggakan yang kayak gitu? Ets!! Tunggu dulu!! Kamu bilang punya vikep kan? Untuk apa anak-anak punya video kayak gitu? Aku saja tidak punya."

"Ah! Kata Mamaku aku akan menikah, Mamaku bilang dia mau cucu, jadi aku cari tahu deh gimana cara buatnya? Lalu tanya temanku.”

"What!! Lu gak tahu cara buatnya? Hahaha ajak orang tapi melakukannya saja harus cari google sama tanya teman. Malu dong!

hahaha."

Gila, kali ini betulan aneh, baru kali ini aku lihat anak SMA yang polosnya minta ampun kayak dia. Aku kira dia dingin seperti pertama aku berjumpa dengannya, tapi nyatanya dia malah kayak bocah bahkan melebihi bocah.

"Gak usah ketawa, lo dah pancing aku, sekarang rasakan hasratku yang sudah keluar dari tadi.” Sambil berjalan ke arahku.

Ok-ok kali ini kayaknya dia tidak main-main deh. Ekspresi wajahnya kok mendadak berubah, apa dia betulan mau menerkamku? Tapi tadi dia bilang dia tidak tahu caranya. Lalu bagaimana ini?

"Eh! Lu tidak marah kan?" tanyaku dan mulai melakukan jarak mundur sedikit demi sedikit.

"Mau apa lo?" Pertanyaanku hanya dijawab dengan senyum iblisnya. "Jangan macam-macam.” Aku terus berjalan mundur sampai akhirnya berhenti, karena tembok yang ada di belakangku.

Aku menutup mataku, ntah apa yang akan dilakukannya? Walaupun dia memiliki sifat anak-anak sama saja dia masih tetap laki-laki. Tenaganya lebih kuat dariku. Jika aku melawan hak dia, bisa-bisa dilempar aku dari atas gedung. Lebih baik hamil dari pada mati.

"Hahaha ... gitu saja takut! Katanya dah besar, masa gitu doang takut." Dia tertawa tanpa henti, sambil mempermainkan aku.

"Oh! Jadi tadi cuman bercanda doang!” tegasku dan niat ingin memukul dia lagi.

"Ya uda! Aku mau tunjuki video! Mau lihat?" ucap dia, aku penasaran dan menyetujuinya.

"Iyah, video apa?" tanya aku penasaran. Zen kemudian mengeluarkan handphone dari saku celananya, lalu mencari video tersebut. Aku hanya menunggu sampai dia selesai mencari.

"Ini videonya," ucap dia sembari menyerahkan handphonenya padaku.

Pertama ketika aku melihat video tersebut, tidak ada yang aneh sampai menit ke 10 adegan dewasa pun mulai muncul di video tersebut. Aku melihat ke arahnya, yang sedang menahan tawa lalu aku datang menanyakannya.

"Apa arti dari video ini?" ucapku sambil menunjuk ke arah handphonenya.

"Kamu bilang kan tidak punya videonya? Berarti juga tidak pernah nonton?

Sebagai suami yang baik, mengajarkan istrinya itu adalah wajib bukan?"

"Gila, baik apanya nunjukin video kayak gini,” jawab aku sambil menghapus video tersebut.

"Kok dihapus, itu versi 1080p jernih lagi, paketku dimakan 1gb hanya mendownloadnya,” kesal dia lalu mengambil handphone dari tanganku.

Plak ....

Aku memukulnya lagi karena kesal melihat tingkah lakunya seperti anak kecil itu, dan lagi-lagi juga dia marah. Aku hanya menatap tajam dia, Zen pun kemudian tertunduk.

"Umurmu masih 17, sana belajar dulu jangan nonton yang tidak beres kayak gini, kalau kau terangsang bagaimana? Mau loh perkosa cewek-cewek yang ada di jalan sana atau loh mau sewa jalang, untuk tutupi hasrat lo!” ucapku dengan nada agak keras.

"Untuk apa sewa jalang, kau kan ada sebagai istriku di sini, tinggal main kan loh kalau terangsang, lagi pula kan wajar di handphone seorang suami ada vikep," jawabnya santai.

"Emang gunanya video itu buat apa?" tanya aku yang penasaran.

"Buat mainin loh,” jawabnya dengan santai lagi.

***

J a n g a n - l u p a - t a p - l o v e, - f o l l o w, - d a n - j u g a - k o m e n. S i l a k a n - b a c a - c e r i t a - l a i n - y a n g - b e r j u d u l - Ignorant King - a t a u - k e t i k - d i - p e n c a r i a n - Ignorant King - g e n r e - f a n t a s i - R o m a n c e.

Semangat bacanya :v

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel