Tujuh
Adek gue kerja di tempat lo bisa gak?" Kaivan menatap Chandra yang sedang menyesap rokoknya.
"Bisa lah, udah jalan empat bulan kalau gak bisa gue pecat." Jawabnya santai.
Kaivan langsung memukul lengan sahabatnya tersebut. "Anjing! Gak usah sok paling iya deh pecat-pecat adek gue!" Katanya.
"Lah? Kan gue bosnya, ya bebas dong."
"Terserah lah. Ngomong-ngomong, ada cowok yang deketin si Mia nga?"
"Ada. Gue." Kali ini giliran kepala Chandra yang kena toyor oleh Kai.
"Gini, ndra, walaupun lo ganteng tapi tetep gue gak setujuin lo sama adek gue. Satu, adek gue rugi barang segelan dapetnya yang bekas. Dua, umur lo berdua kan beda jauh, tiga...lo move on dulu lah dari Alin."
Ucapan Kaivan membuat Chandra menghisap rokoknya lebih dalam. Memang semua poin-poin yang Kaivan ucapkan benar tapi tetap saja Chandra tertohok.
"Tapi gue duren sawit loh. Duda keren sarang duit." Sahut Chandra ponggah.
"Tai. Lo mah duda nyari sarang."
"Serius gak boleh nih deketin adek lo?"
Kaivan menggeleng cepat. "Gak ada."
"Kan lo kenal gue, Kai."
"Ya karena gue kenal lo makanya gak gue bolehin."
Chandra tertawa, lagian siapa juga sih yang mau menggebet Mia? Sama aja Chandra cari mati dan harus siap tempur dengan Titan.
Mia hanya menggemaskan menurut Chandra, tidak lebih. Untuk saat ini, tidak tahu kalau besok lusa.
***
Sebagai perempuan pada umumnya, Mia sangat suka mengurus diri. Berhubung besok hari sabtu, Mia malam ini sedang menikmati me time nya dengan menggunakan sheet mask.
Mungkin, hanya perempuan yang paham kenikmatan rebahan, maskeran dan tidak menggunaka bra secara bersamaan. Apalagi sambil mendengarkan lagu kesukaan, dunia terasa begitu indah.
Jemari Mia dengan ahli menggerakan jade roller diatas sheet mask yang dirinya gunakan. Katanya sih alat kecantikan yang berasal dari batu giok ini punya banyak manfaat, jadi yasudah Mia membelinya.
Ngomong-ngomong, tadi sore Kaivan bertanya tentang pekerjaan Mia dan rekan-rekannya di kantot. Lalu tidak ada angin tidak ada badai, Kai langsung bertanya hubungan Mia dan Chandra. Katanya, Mia tidak boleh lebih dari sekedar rekan kerja oleh lelaki itu. Aneh kan?
Lagian kan Mia juga tidak ada perasaan apa-apa terhadap Chandra, ya walaupun Mia sempat oleng karena dicium tapi itu bukan pertama kalinya kok Mia dicium cowok. Kalau dicium duda iya.
Chandra bukan tipikal Mia banget, walaupun sudah memiliki umur yang matang Mia bisa melihat dengan jelas kalau Chandra termasuk cowok kasanova yang hobby tebar pesona.
Saat dengan melamun, ponsel Mia bergetar. Bukan hanya sekedar panggilan biasa tapi ini video call dan peneleponnya adalah sosok yang baru saja melintas dipikiran Mia.
Untung saja sheet mask yang tadi Mia gunakan sudah dirinya lepas, jadi Mia tidak terlihat seperti hantu.
"Bapak ngapain telepon saya?" Tanya Mia saat mengangkat panggilan Chandra.
"Gapapa. Tadi saya abis main sama abang kamu."
"Terus hubungannya sama saya?"
Jujur deh, Mia gak tau maksud dan tujuan Chandra apa telepon malam-malam begini.
"Saya bilang, kalau saya udah pernah cium kamu." Mata Mia langsung melotot dan reflek bangkit dari posisinya.
"Jangan becanda!"
"Beneran."
"Serius?!"
"Beneran boong." Lalu Chandra tertawa terbahak-bahak setelah mengatakannya. Sumpah deh, ekspresi Mia barusan benar-benar epic.
Mia baru saja ingin mengakhiri panggilan secara sepihak, tapi Chandra sudah menghentikan tawanya dan menatap layar kembali.
"Kamu lagi ngapain?"
Mungkin karena Mia jomblo dan terbiasa hidupnya tenang tanpa ada pertanyaan-pertanyaan klise semacam kamu lagi apa, udah makan belum, jangan lupa eek. Mia jadi risih jika ada yang menanyakan hal semacam itu.
"Lagi mau tidur ya?"
"Tuh tau." Sahut Mia ketus.
"Tau lah, kamu udah pake baju tidur gitu. Ngomong-ngomong muka kamu glowing banget kayak muka banyak pahala." Kata Chandra. Mia tidak bisa fokus pada kata-kata Chandra karena dirinya baru menyadari sedang melakukan video call dengan laki-laki dewasa dengan baju tidur yang terlihat. Baju tidur Mia bukan piyama kece tapi ini...aduh Mia malu dan langsung menutupi dirinya dengan selimut.
"Bapak ngapain telepon saya? Mending bapak sama anak bapak aja deh. Katanya sayang anak, tapi malah vidcall orang."
Chandra mengarahkan kamera ke sampingnya. "Naira lagi tidur tuh, cantik ya anak saya."
"Cantiklah, cewek."
"Kamu lucu kalau marah-marah kayak kucing oren." Ledek Chandra.
"Pak, serius deh bapak kenapa sih? Jangan mentang-mentang bapak pernah cium saya ya terus ngiranya saya baper berkelanjutan."
Lagi-lagi Chandra tertawa gemas. "Saya gak bahas-bahas ciuman tuh. Kamu kayaknya mau dicium lagi ya?"
Mia menyerit kaget, berani-beraninya Chandra ngomong gitu?!
"Bapak gabut ya?"
"Iya."
"Gapapa kalau gabut asal jangan engas aja terus vidcall saya."
Diseberang telepon Chandra kaget saat mendengar Mia berkata demikian, wah kayaknya gadis muda ini tertular virus Kaivan yang piktor alias pikiran kotor deh.
"Sorry ya, saya gak level sama vcs." Kali ini giliran Mia yang tertawa terbahak-bahak.
"Saya becanda kok, Pak. Lagian bapak cari istri kek biar ada yang nemenin kalo gabut."
"Naira gak mau punya Mami."
"Hah? Kenapa?" Tanya Mia penasaran.
"Jadi gini--"
"Bentar-bentar saya ambil earphone dulu, pak." Mia bangkit dari kasurnya dan mengambil earphone yang berada di dalam tas kantornya.
"Lanjut, Pak."
Chandra geleng-geleng liat kelakuan Mia, emang semua orang kalau udah ada kata-kata dengan awalan 'jadi gini' pasti rasa penasarannya semakin meningkat.
"Kayaknya Naira terlalu sayang sama aku, dia juga taunya cuman punya aku. Makanya setiap aku keluar rumah, atau pulang kantor telat pasti dia marah."
"Kok bisa? Pasti bapak gak pernah ajak dia main keliling komplek!"
"Aku kan kerja, Mi, gimana mau ajak mainnya."
"Hmm iyasih. Tapi kasihan tau, Pak, nanti dia jatohnya kesepian dan marah bahkan benci sama bapak kalau bapak punya pengganti Maminya."
"Gak tau aku juga bingung."
"Pegangan kalau bingung." Ledek Mia.
"Kamu gak tidur?" Tanya Chandra. Mia menggeleng, "aku mau nonton nessie judge."
Chandra terkekeh. "Anak muda emang sukanya nonton Chanel kayak gitu ya?"
Mia merengut, "Emang kalau orang tua sukanya chanel apasih?"
"Jav." Chandra langsung tertawa. "Becanda."
"Gini nih kalau keseringan--"
Ucapan Mia terpotong karena pintunya tiba-tiba diketuk. "Dek, ngobrol sama siapa?" Suara Kaivan terdengar dari luar.
"Ama Lyna, Kak, kenapa?"
"Oh gapapa. Jangan tidur malem-malem."
"Iya."
Ketika suara Kaivan sudah menghilang dan langkah kakinya menjauh, Mia kembali menatap layar ponselnya.
"Anak kecil jago boong ya." Ucap Chandra.
"Kalau saya jujur bapak langsung disamperin sama dia!"
"Mia.."
"Apa?"
"Besok pergi yuk?"
"Besok kan libur, saya lembur pak?"
"Iya."
"Lah kok?"
"Lemburnya temenin saya belanja grosir. Mau gak?" Mia melongo, jangan bilang Chandra ngajak dirinya jalan?
"Hah?"
"Besok saya jemput ya. Di depan komplek. Harus mau, ini perintah dari atasan. Sampai besok, Mia. Good night
