Delapan
"Katanya siang, kenapa jadi sore sih, Pak, perginya?" Mia merengut ketika sampai di mobil Chandra. Lelaki itu dengan enaknya mengubah jam pertemuan mereka secara sepihak.
"Jangan ngambek dong, tadi Naira minta ditemenin main rumah-rumahan. Gak mungkin kan saya tinggalin?"
"Yaudah ngapain ngajak saya pergi?"
"Gapapa, pengen aja. Soalnya saya suka dengerin orang ngedumel." Jawab Chandra, gadis itu malah menurukan kaca lipat di dalam mobil Chandra sambil memeriksa riasannya.
"Alis saya sama gak, Pak?" Mia bertanya dan menghadap Chandra saat lelaki itu menilai tampilannya.
"Sama cantik kok." Jawabnya.
"Yesh. Pake pomade mahal nih, kalau gak sama mah rugi bandar saya." Celotehnya.
"Cewek make up buat dibilang cantik sama cowok ya?"
"Kata siapa?"
"Kata saya."
Mia mendengus. "Pikiran bapak kolot banget dan kepedean. Cewek sekarang tuh merawat diri untuk dirinya sendiri pak, make up juga untuk kepuasan sendiri. Cowok mah nomor kesekian yang utama adalah glowing." Katanya.
Chandra terkekeh. "Iya deh. Tuh kan saya bilang apa, kamu hobby make tank top. Semalam juga waktu di vidcall cuman tank top an doang, sekarang juga."
Tubuh Mia otomatis menghadap Chandra dan menatapnya nyalang. "Pak ini kan saya make outer. Masa dalemannya make baju renang? Kan gak nyambung, semalam make tank top juga karena mau tidur keles!"
"Ah masa?"
"Pikiran bapak aja tuh yang ngeres! Pasti bapak tipikal cowok tinder yang suka minta pap nudes kan?!"
Lagi-lagi Chandra dibuat melongo oleh ucapan Mia, Mia yang dirinya kenal di kantor tidak sefrontal ini saat berbicara. Benar-benar kamuflase.
"Itu mulut, keseringan baca komen lambe turah jadi gak ada saringan ya?"
"Lagian bapak ngomonginnya tank top mulu, gak pernah liat cewek tank top an?"
"Sering."
"Lah yaudah ngapa dibahas?"
Dibahas lah, soalnya kalau kamu yang make saya jadi cekit-cekit gimana gitu, batin Chandra.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke mall tempat pasar swalayan yang Chandra maksud berada. Tapi, bukannya ke tujuan Chandra malah mengajak Mia ke bioskop.
"Pak? Katanya mau belanja?!"
"Saya punya tiket dua, sayang kalau gak dipake."
Mia merengut sambil menghentakan kakinya ke lantai. "Apaan sih pak?! Ah bapak mah modus!"
"Yaudah kalau gak mau saya robek!" Balas Chandra. Lelaki itu sudah siap menyobek dua lembar tiket yang berada ditangannya, namun Mia tiba-tiba langsung mencegah.
"Tck, yaudah ayuk!"
"Mau gak?"
"Iya mau."
Mia menyesali keputusannya untuk mengiyakan ajakan Chandra menonton. Pasalnya, kursi yang mereka duduki sekarang adalah kursi favorit pasangan yang ingin berbuat mesum. Ya dimana lagi kalau bukan A1 dan A2.
"Kamu suka popcorn yang manis?" Tanya Chandra.
"Iya. Soalnya hidup saya pahit." Lelaki itu tertawa, "ngerti apasih bocah soal hidup? Hmm?"
"Tau kok, nih ya--"
"Itu belum apa-apa sayang, the worst has come." Mia meleleh, bukan karena dipanggil sayang. Tapi baru kali ini Chandra mengucapkan kata-kata yang terdengar begitu tulus dan berarti.
"Ohya?"
"You'll see."
Untungnya saat film dimulai, Chandra bukan tipikal orang yang berisik dan hobby komentar. Lelaki itu hanya diam sambil menikmati film yang sedang diputar.
Kali ini mereka menonton film lokal berjudul dua garis biru, inti film ini sih tentang pasangan kekasih yang salah dalam gaya berpacaran, lalu terjadilah hal yang tidak diinginkan.
"That's why condom is important." Tiba-tiba Chandra berbisik tepat di kuping Mia. Mia mendelik dan tanpa sadar menampar paha lelaki itu kencang sampai Chandra mengaduh kesakitan.
"Aw sakit, Mi."
"Ya lagian ngapain ngomong gitu ke saya?"
"Ya biar kamu tau resiko yang akan terjadi kalau kamu melakukan hubungan diluar nikah tanpa education yang jelas. "
"Dih? Bapak juga kali, emang yang punya kelamin cewek doang? Harusnya cowok juga tau dong kalau kecebong-kecebong punya kalian bisa jadi bayi? Kenapa harus--"
Chandra dengan kesadaran penuh, sekali lagi mencium Mia tanpa izin. Sejak semalam, Chandra ingin sekali membungkam mulut gadis yang tidak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata yang ketus.
Respon Mia jauh berbeda pada saat pertama Chandra menciumnya. Kali ini Mia dengan senang hati membuka mulutnya untuk memberikan akses lebih.
Shit! Chandra gemas sekali dengan bibir Mia yang dilapisi lipcream. Ketika Chandra semakin larut dan menurunkan kecupannya ke arah leher Mia, gadis itu menjauh dan menahan dada Chandra.
"Pak...kita di tempat umum."
Gila. Chandra you just kiss you bestfriend's sister twice and you're not regret of it at all.
***
Sejak keluar dari bioskop, Mia mencoba bersikap biasa saja. Entahlah, dirinya benar-benar tidak mau terbawa perasaan atau suasana setelah apa yang terjadi di dalam bioskop tadi.
Sesuai rencana, Mia akhirnya menemani Chandra untuk berbelanja bulanan.
"Bapak beli stok makanan juga?" ini perkataan pertama yang keluar dari mulut Mia setelah kecanggungan yang hadir diantara mereka.
"Gak semua sih, paling sereal Naira. Kalau yang cepet basi aku gak beli, kan ada mba juga di rumah."
"Sereal Naira biasanya apa? Cococrunch ya?"
"Iya."
"Cobain ini deh, aku suka. Rasanya kayak buah-buahan gitu. Kalau gak suka kasih aku." Chandra menurut dan memasukan satu box sereal froot loops ke keranjang.
"Kamu gak beli kopi, Pak?"
"Beli. Tapi aku mau ganti, enaknya apa Mi?" Mia berpikir sejenak sebelum menemukan jawabannya.
"Torabika creamy latte enak, gak bohong. Kalau gak suka kasih aku juga gapapa." Mia nyengir, Chandra gemas sampai mencubit hidung gadis bawel tersebut.
Setelah membeli keperluan makanan, list terakhir adalah keperluan mandi.
"Ih banyak banget sih sabunnya? Kamu sekali mandi pakenya sebotol gitu, pak?" Mia aneh, orang mah makanan yang banyak lah Chandra malah sabun cair. Pantas aja wangi kalau mandi sabunnya sebotol.
Chandra mengacuhkan ucapan Mia dan memilih shampoo untuk Naira. "Enak gak wanginya?"
"Enak. Biasanya pake yang apa?"
"Biasanya yang biru. Ini mau coba yang pink."
"Ih jangan! Nanti rambutnya rusak, yang biasa aja kenapa sih?"
"Kayaknya yang pink lebih wangi, Mi."
"Wangi kalau rambutnya jadi rusak mau?"
Ternyata menemani Chandra belanja lumayan menghabiskan tenaga juga. Karean lelaki itu benar-benar membeli banyak perlengkapan.
"Tissue basah pak? Pampers?"
"Udah."
"Lotion anti nyamuk? Minya telon?"
"Oh iya."
"Apalagi yang belum?" Tanya Mia. Chandra sedang mengingat-ingat dan melihat belanjaan apa saja yang sudah dirinta masukan ke dalam keranjang.
"Satu yang belum."
"Apa?" Tanya Mia.
Wajah Mia bersemu merah saat Chandra mengatakan kata-kata tersebut, lelaki itu sih malah ketawa-tawa melihat pipi Mia yang menggemaskan.
"Parah ih! Udah ah saya mau pulang!" Tangan Mia langsung ditarik dan membuat tubuhnya menabrak dad Chandra. "Becanda."
"Gak lucu."
"Oh gitu."
"Yaudah buruan bayar, saya capek."
"Belum diapa-apain masa capek?"
"Chandra!" Pekik Mia. Chandra lagi-lagi hanya tertawa tanpa melepaskan rangkulan tangannya di pundak Mia.
Kaivan sorry, your sister just too cute.
