
Ringkasan
Stop all this sin,Start over againIf you want to."
Satu
"Ndra, lo ada loker gak buat, Mia?" Sosok yang sedang merokok tersebut langsung menoleh menatap lelaki yang bertanya kepadanya.
"Gimana?"
"Ada loker gak? Kasian Mia, empat bulan nganggur. Bunda juga udah nanyain mulu."
Chandra terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya itu. "Ada, tapi kan gak sesuai ama jurusan kuliah dia. Dia jurusan apa?"
"Sastra inggris."
"Nah, di kantor gue paling admin, paling mentok lagi ngurusin Naira." Kaivan langsung nyolot, "Admin gapapa. Tapi ngurusin anak lo mah jangan, bisa dimodusin entar adek gue."
Chandra hanya tertawa menanggapi perkataan Kaivan. "Yaudah suruh ke kantor aja besok sekalian bawa cv nya."
"Pasti diterima gak?"
"Diterima kalau mau nemenin gue minum."
"Anjing!"
Tentu saja Chandra hanya bercanda, bisa-bisa kepalanya lepas kalau adik sahabatnya itu menemani Chandra.
"Datang aja besok. Gue liat dulu transkip nilainya."
***
"Mi, besok ke kantornya Chandra ya. Suruh dateng interview." Mia yang sedang menscroll berita tentang oppa langsung menganga kaget.
"Lah, serius?"
"Iya. Tadi dia ngomong sama gue." Jawab Kaivan.
"Kan gue bilang jangan minta sama dia, Kak, gue gak enak. Ini juga lagi apply di jobstreet kok paling--"
"Gue gak minta. Tadi dia ngomong sendiri. Kalau gak mau gue bilang langsung sekarang."
Kaivan paham betul sifat Mia yang tidak ingin menyulitkan orang-orang terdekatnya. Tapi sebagai seorang kakak, Kai tentunya tidak tega melihat Mia harus mendengar sindiran dari Bundanya setiap hari karena belum mendapat pekerjaan, apalagi sekarang status Mia adalah seorang sarjana.
"Yaudah besok gue datang."
Mia mengenal sosok Chandra karena lelaki itu sudah menjadi sahabat kakaknya sejak lama. Mia juga sedikit banyak tau tentang kantor Chandra yang bergerak dibidang penyedia Jasa Notaris.
Tapi, apa dirinya tidak salah kaprah jika bekerja dibidang yang tidak sesuai dengan prodi kuliahnya?
Namun, tidak ada salahnya mencoba kan?
***
Sejujurnya, Mia begitu gugup pagi ini. Pasalnya, ini adalah kali pertama Mia akan menjalani interview. Meski pun Mia sering bertemu dengan Chandra, tapi ya tetap saja konteksnya nanti akan berbeda.
Berulang kali Mia melihat pantulan dirinya di cermin. Mulai dari mengecek riasan wajahnya, rambut sampai pakaian yang Mia kenakan.
Kai berniat mengantarkan Mia ke kantor Chandra, dan sudah hampir setengah jam lelaki itu menunggu Mia yang tidak kunjung keluar juga dari kamarnya.
"Dek! Lama bangeeet, buruan nanti macet!"
Mia segera menuruni anak tangga dan menghampiri Kai yang sudah rapih. "Make up gue gak berlebihan kan, Kak? Baju gue?"
Kai menelisik tampilan adiknya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Semuanya pas, Mia cantik tapi tidak berlebihan. Kai akan mengoceh kalau Mia terlalu cantik, bisa-bisa Chandra naksir.
"Oke kok. Yuk jalan, gue juga udah mau ngantor nih." Mia mengangguk, sebelum berangkat Mia berpamitan kepada Bunda dan Ayah. Bunda tidak lupa memberikan banyak doa agar Mia bisa diterima bekerja.
Kantor Chandra berada disebuah menara, letaknya di lantai 9. Kantornya tidak terlalu besar, namun cukup nyaman dan bisa dibilang mewah.
Mia bertanya kepada salah seorang karyawan dan langsung mengantarkannya ke ruangan Chandra.
"Eh Mia? Masuk, Mi."
Mia hampir saja dibuat menganga melihat tampilan Chandra saat ini. Chandra yang biasa dirinya lihat hanya menggunakan pakaian casual, kaos polos dan celana jeans. Namun yang sedang berhadapan dengannya sekarang jauh terlihat...dewasa?
Lengan kemeja Chandra digulung sampai siku, menampilkan tato yang menghiasi kulitnya. Kancing kemeja yang terbuka di dua bagian teratasnya, celana bahan yang semakin memperlihatkan kaki jenjangnya. Dan, rambut hitam Chandra yang tersisir rapih ke belakang.
Wow. Mia mau ngeces.
"Iya, Kak. Itu kata Kak Kai.."
"Duduk aja dulu, kamu bawa cv?" Mia mengangguk dan langsung memberikan map yang berisi cv miliknya.
Chandra membuka dan menatap lembar demi lembar data milik Mia dengan fokus. "Cum laude?"
"Iya." Mia tau jelas maksud pertanyaan tersebut. Orang-orang pasti akan aneh kenapa mahasiswa berpredikat cum laude bisa-bisa belum mendapat pekerjaan, seperti Mia.
"Gini, Mi." Mata Mia langsung terfokus saat Chandra ingin mengatakan sesuatu.
"Ini kan gak sesuai sama prodi kamu, tapi karena saya juga lagi butuh admin buat backup, jadi saya minta Kaivan untuk coba-coba deh, Mia mau gak untuk interviw dan kamu mau. Gimana menurut kamu? Kamu keberatan atau enggak kalau kerja gak sesuai prodi kamu?"
Mia mengigit bibirnya sambil berpikir, "Mungkin awalnya susah kali ya, Kak. Tapi pelan-pelan aku coba deh. Tapi aku sih terserah kak Chandra aja gimana."
"Yaudah kalau gitu, gini deh, masa percobaan tiga bulan. Kalau dalam jangka waktu itu kamu keberatan boleh kok discuss enaknya gimana ke saya. Gimana?"
"Oke. Yaudah makasih kak."
Chandra terkekeh melihat Mia yang manggut-manggut saja. "Mi, kesalahan pertama kamu."
"Hng?" Mia langsung panik, belum apa-apa masa sudah salah?
"Your salary. Kamu berhak tanya itu saat kamu interview, but you didn't ask. " Chandra mengajukan nominal gaji untuk Mia, dan gadis itu lagi-lagi hanya mengangguk setuju.
"Oke ya? Semuanya disini kayak kantor pada umumnya, masuk jam delapan, pulang jam lima sore. Sabtu minggu libur, paham ya?"
"Paham, Kak. Makasih ya." Mia baru saja ingin tersenyum lebar, tapi Chandra sudah berkata lagi.
"Dan, jangan panggil saya Kak kalau di kantor. Kenapa? Biar gak ada omongan gak enak. Ngerti ya, Mia?"
