Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Lima

"Mia nanti sore ikut ya, Jovi ulang tahun!" Kata Vinka. Mia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Vinka. "Kemana?"

"Karokean. Mau ya? Nanti pulangnya aku antar deh." Bujuk Vinka.

Bagaimana ya, sebenarnya Mia malas kalau harus berpergian dijam yang biasa dirinya gunakan untuk rebahan. Tapi karena ini rekan-rekan kantor yang mengajaknya, akhirnya Mia mau. Lagipula, ini pertama kalinya Mia pergi setelah tiga bulan bekerja di kantor milik Chandra.

"Yaudah. Semua ikut kan?"

"Iya ikut. Eh bentar-bentar." Vinka langsung berdiri saat Chandra memberikan berkas kepada Rizal, bagian finance di kantornya.

"Pak, nanti mau ikut gak karokean, Jovi ulang tahun?"

"Hmm?"

"Ikut ya, Pak, semua ikut kok."

Tiba-tiba semua staff yang berjumlah sepuluh orang beramai-ramai membujuk Chandra. Dan mau tidak mau, lelaki itu menyetujuinya.

"Tapi jangan malem-malem ya, nanti anak saya nyariin." Kata Chandra.

"Siap pak!"

***

Jovi menyewa ruangan yang cukup besar di tempat karoke. Selain itu, Chandra juga membelikan cemilan untuk para staffnya.

Mia tidak ikut menyanyi karena dirinya asik memperhatikan rekan-rekannya yang heboh sendiri.

Mereka bernyanyi seakan suaranya terbuat dari karet. Mulai dari bernyanyi lagu dangdut, pop, barat sampai korea.

Jovi heboh sekali menyanyikan lagu blackpink, dengan lirik yang asal-asalan tetapi lelaki itu tetap bersemangat dan percaya diri.

Pandangan mereka teralih ke pintu yang terbuka, petugas tempat karoke mengantarkan makanan dan minuman lagi. Padahal yang tadi saja belum habis.

"Pak, minum beer?"

Chandra terkekeh. "Sekali-kali mumpung besok tanggal merah. Gak bikin mabok kalo cuman sekaleng doang."

"Boleh pak bos?" Tanya Rizal.

"Boleh kenapa engga. Saya beli buat diminum."

Mia hanya celingak-celinguk sambil mendengarkan obrolan Chandra dan rekan-rekan kerjanya. Satu persatu dari mereka sudah meminum beer yang Chandra belikan.

Entah bagimana, Mia bisa duduk bersebelahan dengan Chandra. Mungkin karena Vinka yang tadi ada di sampingnya bangkit dan ikut bernyanyi.

"Kamu gak minum?" Mia terlonjak kaget ketika Chandra membisikan kata-kata barusan di telinganya.

Mia gagap, bukan hanya karena suara lelaki itu yang begitu berat tapi karena jarak antara dirinya dan Chandra juga begitu dekat.

"E-engga..."

"Kenapa? Takut sama Kai? Gak bakal saya cepuin." Mia menggeleng, bukan itu juga sih alasannya. Tapi memang karena Mia tidak pernah minum sesuatu seperti itu sebelumnya.

Semakin malam, rekan-rekan Mia semakin gila. Bahkan Chandra pun tidak berhenti tertawa melihat kelakuan staffnya.

"Pak, saya boleh pulang duluan?" Mia berbisik ke arah Chandra yang menyenderkan tubuh ke sofa.

"Boleh kalau pulangnya ke rumah saya."

Entah itu hanya lelucuon atau apa, tapi ucapan Chandra langsung membuat Mia membeku.

"Pak..udah mau jam sebelas. Saya pulang ya?" Bisik Mia lagi.

Chandra tiba-tiba menyondongkan tubuhnya ke arah Mia dan membisikan sesuatu. "Tunggu diluar, nanti saya susul."

Mia menatap Chandra berharap agar lelaki itu mengerti kalau dirinya tidak perlu diantar pulang. Tapi lelaki itu tidak menanggapi Mia sama sekali.

Setelah berpamitan dengan rekan-rekan kerjanya, Mia tidak langsung ke parkiran, melainkan toilet karena sejak daritadi Mia menahan buang air.

Ponsel Mia bergetar saat dirinya sedang cuci tangan setelah buang air. Ternyata Chandra menanyai dimana posisi Mia sekarang.

Sebentar pak

Saya lg di toilet

Karena sudah malam dan Mia sedikit takut berlama-lama di toilet, gadis itu langsung bergegas keluar. Mia terlompat kaget karena melihat sosok tinggi yang sedang menghisap rokok berdiri diantara lorong toilet.

Chandra menyesap rokoknya sebelum lelaki itu membuangnya. "Lama sih?"

"I-iya aku abis pipis." Jawab Mia pelan.

"Buruan." Perintah Chandra yang tentu saja dipatuhi Mia. Baru tiga langkah gadis itu berjalan di depan Chandra, lengannya sudah ditarik dan membuat Mia berhadapan dengan lelaki itu.

Mia gelagapan berdiri dengan jarak yang sedekat ini, apalagi tangan Chandra berada di pinggangnya.

"Belum diseletingin, cantik." Mia sweet drop. Kenapa sih selalu saja ada kejadian memalukan yang terjadi diantara dirinya dan Chandra.

Celana kulot yang dirinya kenakan sekarang memang memiliki resleting yang bertempat di bagian belakang. Mia sadar sudah menarik resletingnya, mungkin yang dimaksud Chandra adalah Mia tidak menariknya sampai ujung.

"I-iya sini saya betulin dulu, Pak." Bukannya melepaskan Mia, Chandra malah mengarahkan tangan satunya untuk menarik resleting celana Mia.

"I like purple lace." Suara itu benar-benar membuat Mia malu dan kesal. Sumpah kenapa sih Mia bisa sampe lupa?

"Udah kan?" Mia mencoba menarik diri dan membuat jarak antara dirinya dan Chandra, namun lelaki itu tetap menahannya.

Tubuh Mia berontak dari rengkuhan lengan Chandra. "Ayuk Pak, katanya mau pulang.." suara Mia pelan sekali, persis seperti bisikan namun Chandra masih bisa mendengarnya.

Chandra menyeringai ketika melepaskan Mia dari rengkuhannya. "Gak mau nginep di rumah saya?"

"Saya di jemput Kaivan aja deh ya pak soalnya--" Ucapan Mia terpotong karena tubuhnya sudah terdorong ke belakang dan bibirnya dikunci oleh orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Chandra, atasannya sendiri.

Chandra bukan hanya menempelkan bibirnya diatas bibir Mia, tapi lelaki itu juga melumat bibir Mia habis-habisan seperti orang yang kelaparan.

Tangan Mia mendorong Chandra menjauh, tapi semakin sering Mia mendorongnya semakin erat juga rengkuhan Chandra.

Mia terengah ketika Chandra menarik diri, "So..thats why your brother protect you like that. You can make a boys crazy over you.."

Ucapan Chandra menggema di kepala Mia, tapi dirinya tidak tahu harus merespon apa. Terlebih saat bibir Chandra kembali menyapa bibirnya.

"Mia?!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel