Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Mr. Forced

Motor matic yang di tumpangi oleh gadis itu membelah jalan yang lenggang. Menuju sebuah gedung yang bertuliskan sekolah kuliner Andromeda. Sebuah sekolah kuliner yang sangat bergengsi dan terkenal di kota ini.

Andara. Gadis itu bernama Andara Maheswari. Murid tahun kedua di sekolah kuliner ini. Sedang menghafal sebuah resep di kepalanya. Resep yang telah ia coba beberapa kali di rumah. Hari ini akan di pertaruhkan.

”Daraaaaa! suara melengking dari perempuan di depannya itu, membuat Andara menutup telinganya. Dia Mia, sahabat Andara dari SMA, penggemar berat selebriti chef, yang bernama Aiden.

Andara menghela napas berat, jika Mia sudah mulai berteriak histeris, tandanya dia akan bercerita tentang acara memasak yang di tonton di tv. Bahkan saking ngefansnya dia sama si chef Aiden itu, dia sampai rela mengoleksi beberapa foto, bahkan aksesoris berbau chef Aiden. Unik dan langkah. Itulah Mia.

”Dara, lihat deh ini, menunjukkan majalah kuliner, dimana seorang chef kebanggaannya itu berdiri di sana. Menjadi cover majalah itu dengan tangan bersidekap di dada saja, sudah mempunyai daya tarik tersendiri.

Andara akui, jika dirinya juga ngefans sama Aiden. Tapi dia masih dalam batas wajar, bukan segila Mia, yang mengoleksi segala macamnya.

”Chef Aiden itu, mau pakai apapun, mau gaya gimanapun udah ganteng semua. Dia gak ada saingannya deh Ra. Ahh gans banget sih, mencium majalah itu berkali-kali.

Andara sampai kaget, ini Mia beneran gila. Dia melakukan kegilaannya itu di depan orang banyak. Malu gila si Andara. Berjalan mundur perlahan-lahan, lalu Andara berlari meninggalkan Mia dengan aksi gilanya. Dia malu gila.

”Andaraaaaaaaaaaaa!, Dan bergetarlah bangunan ini karena suara teriakan dari Mia.

Andara menutup telinganya dan berlari menuju kelas. Tidak ingin mendengar lebih lama teriakan cempreng ala Mia. Bisa runtuh ini gedungnya. Kan gawat sekali.

***

Sebuah kertas berisi resep telah di pegang oleh Andara. Dessert berbahan dasar manis. Yang ampuh memanjakan lidah siapa saja.

Andara memahami dengan betul resep itu. Nanti di rumah, dia akan mencobanya bersama sang Mama. 

Lengan Andara di senggol oleh Mia, dia maju untuk berbisik di telinga Andara. ”Kok otak gue gak sampai ke resep ini?,

Rasanya Andara ingin tertawa terbahak-bahak saja. Aduh pipi Andara rasanya sakit untuk menahan tawa. Dia baru ingat, jika Mia lemah pada desser atau apapun masakan berbau western.

Andara menarik napasnya agar tenang. Dia tidak mau kena semprot chef Ana yang sedang berkeliling manja. Mengitari para murid didiknya. Chef Ana kalau marah tuh nakutin. Mending jadi kalem aja.

”Besok kita praktekkan resep itu.”

Nah kan, beginilah jika sekolah memasak, 30% teori dan 70% praktek. Mabok praktek dah. Bedanya itu sama anak kuliahan biasa. Mabok teori bikin otak panas, sedangkan mabok praktek, bikin perut kenyang.

Andara memasukkan semua buku catatan miliknya ke dalam tas, dia sudah mendapatkan pesan dari dia yang mengatakan, jika akan mengajak Andara untuk pergi ke acara rekan bisnisnya, siapa lagi jika bukan Rendy.

Andara menjalin hubungan dengan Rendy selama dua tahun, karena perjodohan konyol orang tua Rendy. Untung saja masih dalam status pacaran, bukan pernikahan yang selalu Andara hindari. Jarak umur keduanya yang terpaut 9 tahun, membuat Andara meragu. Ini tidak bisa dianggap remeh.

Menyatukan dua kepala jadi satu di kehidupan rumah tangga itu berat. Seberat memangku bumi. Apalagi umur Andara masih dua puluh tahun, dia masih muda sekali. Masih ingin menikmati kehidupan ala anak muda.

Menghela napas sejenak, saat dia teringat dengan gaun berwarna hitam dengan punggung yang terbuka dengan lengan spaghetti, yang dia dapat tadi pagi dari Rendy.

”Lo mau pergi Ra?, Andara hanya mengangguk, lalu mengetikkan balasan sesuatu untuk Rendy, ”sama si Mr. Forced itu?” Kembali Andara mengangguk, dia rasanya ingin tertawa, saat Mia menyebut Rendy seperti itu.

”Putus aja, cari pendamping yang kek chef Aiden udah.”

***

Berkali-kali Andara mematut dirinya di depan cermin. Ini benar-benar gila. Gaun ini rasanya sesak dan nggak bisa buat Andara nyaman. Rasanya dia ingin merobek gaun ini. Rendy memang gila.

Rambutnya dia gerai, dan di catok ulang. Dia tidak mau terkena nyinyiran gratis dari Rendy. Cukup baginya untuk menahan segala amarah karena gaun setan ini.

”Dek, ada Rendy di depan, suara Diana sang Mama membuyarkan lamunannya yang ingin membakar gaun ini di depan Rendy.

”Iya Ma, Dara pergi ya, bye Ma.”

Setelah melakukan cipika-cipiki dengan Diana, dia berpamitan pada Farhan sang Papa, untuk berangkat. Di sana, Rendy duduk tanpa banyak bicara dengan papanya. Dan ini sudah berulang kalinya, Rendy seperti itu.

Berkali-kali Fandi selalu tidak setuju dengan hubungan Rendy dengan Andara. Menurutnya Rendy tidak pernah ada rasa dengan Andara, jadi untuk apa dia bertahan dengan Rendy, jika nanti ujung-ujungnya akan terluka.

”Kenapa rambutnya harus di gerai sih? kan aku udah bilang, di gelung itu rambut kamu!” Andara memutar bola matanya malas, mulai deh.

Kenapa bukan Rendy aja yang rambutnya di sanggul. Kan yanh suka tatanan rambut seperti itu dia sendiri, bukan Andara. Kalau gitu besok-besok biar Andara pakai kebaya terus rambut di sanggul, dah sesuaikan.

***

Andara menggembungkan pipinya, kala mendengar nyinyiran gratis dari sang Mr. Forced. Dia benar-benar ingin pulang dengan berlari maraton. Mematahkan high heels pemberian Rendy, rasanya sangat menyenangkan. Apalagi kalau sampai untuk menggetok kepala Rendy, wow amazing sekali ide Andara.

Menatap tanpa minat ke arah sebuah figura kecil, tentunya Andara sangat hafal betul. Foto milik mantan kekasih terindahnya. Ah harusnya Andara ingat, dia hanya sebuah pelarian, bukan prioritas yang pantas.

Mengalihkan pemandangan ke luar jendela, dia benar-benar sakit hati. Dadanya terasa sesak, apakah ini yang harus dia jalani. Perkataan Papanya beberapa bulan lalu masih benar-benar terngiang di telinganya.

”Lebih baik kamu putus Nak, buat apa berjuang sendiri, jika nantinya kamu akan tersakiti Dek! Papa sayang sama anak Papa. Papa nggak mau kamu terluka.”

Rasanya dia ingin pulang dan mengadu semuanya sama sang Papa. Ingin ada yang membalas rasa sakit hatinya saat ini. Minimal kena pukulan Nugie, abangnya itu sudah cukup.

Ah, rasanya Andara sangat rindu sekali dengan Nugie itu. Nugie sangat sayang padanya, bahkan dia rela memukuli siapa saja yang berani menyakiti adik kesayangannya.

Abang, aku kangen. Batin Andara.

”Ra!”

Andara hanya diam, mood dia benar-benar hancur sekarang. Harus apalagi Andara sekarang? Memukul atau merobek gaun sialan ini. Tapi dia tidak bawa baju ganti, kan bego banget. Mau pulang gimana nanti? Pakai daun pisang? Kayak pepes.

”Jangan bikin aku malu di sana, dan jangan bersikap seperti anak kecil.” Andara hanya diam, tidak menjawab sama sekali perkataan Rendy. Kalau malu, kenapa harus ajak Amdara coba.

”Jalan kamu juga jangan kayak robot. Kalau nggak karena Mama, aku nggak akan ngajak kamu.”

Kan Bangke.

”Trus ngapain ngajak? Bilang aja kalau aku sibuk, kan beres, acuhnya.

”Aku nggak bisa bantah Mama kali ini, dia udah persiapin semuanya, dari baju sama sepatu kamu, iti semua Mama yang beli, dan mahal!”

Anjing bulldog.

Bangkai banget ini manusia satu. Beneran harus ditendang ke planet Mars ini orang. Yang seperti ini pengusaha? Mulutnya belum pernah makan bangku sekolahan kayaknya. Besok kirim aja satu truk bangku sekolah, suruh dia makan. Beres.

***

Andara meremas jari jemarinya yang lentik itu. Dia gugup gila, tidak ada yang dia kenal di ruangan ini. Dan dengan tidak tahu dirinya, si Mr. Forced meninggalkan dia sendiri. Karena si Mr. Forced itu sedang berbasa-basi lucknut untuk kepentingan bisnis dia.

Seorang lelaki menghampiri dirinya, memandang ke arah Andara, seakan menelanjanginya. Andara jelas saja risih, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, ingin agar Rendy kembali dan membelanya.

”Wow indah, ucapnya dengan nada mesum.

Siwalan!

Kalau membunuh itu halal, Andara akan dengan senang hati memutilasi laki-laki di depannya saat ini. Dia benar-benar jijik jika di pandang seperti itu. Siapa saja tolong Andara.

”Dari pada sendiri, mending sama saya, saya bisa puasin kamu.” Satu tamparan meluncur manis dari Andara teruntuk lelaki mesum di depannya. Dia benar-benar muak, harus segera pulang dari sini. 

”Kurang ajar, umpatnya penuh amarah.

Satu pukulan melayang dari arah samping Andara, seorang lelaki tinggi, berbadan tegaplah pelakunya. Dia yang memukul lelaki mesum itu tanpa ampunan. Mam to the pus, mampus!.

Sebuah jas hitam, telah tersampir manis di bahu Andara. Pelakunya adalah lelaki tampan super hero di depannya, yang dengan bogeman mentahnya mampu membuat lelaki mesum itu roboh.

”Kamu nggak papa?” suara bariton yang mampu membuat jantung Andara berdegup lebih keras, seakan mengajaknya lari maraton.

Duh Tung, biasa aja dong lo. Gue tahu dia ganteng pake banget, tapi ingat dong udah punya si Mr. Forced. Batin Andara.

”Ada apa ini?, suara lelaki paruh baya di samping lelaki super hero itu.

”Dia, menunjuk lelaki mesum itu, ”hampir melecehkan perempuan ini Om.” Lelaki super hero itu menunjuk Andara yang ketakutan.

”Bawa dia ke kantor polisi, kita akan urus semuanya, kamu jangan takut ya, Nak!” Andara hanya mengangguk tanpa takut.

Lelaki mesum itu telah di bawa keluar gedung sesuai perintah lelaki paruh baya itu. Rendy mendekat dan berdiri di samping Andara. Memandangnya malas, beginilah jika Andara ikut. Akan ada kerusuhan yang membuatnya malu.

”Kamu siapa namanya Nak?” bertanya pada Andara yang hanya menunduk takut, ,saya Luhut, dan yang di samping kamu itu, Aiden.”

”A a andara, memandang sekilas Aiden, lalu menunduk lagi.

”Kerja di mana?” Andara hanya menggeleng saat Luhut bertanya, ”kuliah?” Andara mengangguk.

”Iya Pak.”

”Maafkan kerusuhan ini Pak, dia memang pembuat rusuh.” Rendy memandang Andara tajam, sedangkan Andara tidak perlu susah memandang Rendy, dia berusaha mengingat siapa lelaki super hero yang bernama Aiden. Sepertinya dia pernah lihat.

”Bukan, dia tidak salah, dia hanya korban. Den, antarkan saja Andara pulang ya?” Aiden mengangguk antusias.

Kapan lagi coba, dapat kesempatan dekat sama perempuan polos dan nggak banyak omong, nggak cari muka seperti Andara. Mudah-mudahan aja jodoh.

Rendy menarik paksa Andara, saat Aiden sudah mengajaknya jalan bersama, di dekat mobil itu, Rendy memandang Andara penuh amarah.

”Harusnya kamu tuh bisa jaga diri, bikin malu aja. Pasti kamu kan yang godain dia?” Rendy membentak Andara yang hanya diam.

Di seberang sana, Aiden sedang menyaksikan perdebatan itu. Kalau dia tidak ingat tempat, mungkin dia akan memberi bogeman mentah untuk Rendy, dan menarik Andara ke mobilnya. Beres!

Andara melepaskan high heelsnya satu persatu, lalu memandang Rendy dengan tajam. Emosinya sudah di ubun-ubun, waktunya menghisap kehidupan Rendy sekarang. 

”Aku yang hampir di lecehkan, dan salah siapa? Aku?” satu pukulan high heels mampir di bahu Rendy, ”kamu bilang aku yang salah? kamu waras apa gila, hah?”

Dan tiga pukulan memdarat di bahu Rendy bertubi-tubi. Terakhir kalinya Andara melempar kedua high heels itu dan mengenai kepala Rendy.

”Makan itu japitan mahal, KITA PUTUS!”

Rendy membelalakkan matanya, kaget dia menerima kata putus dari Andara. Bahkan dia juga menerima lemparan high heels yang kata dia mahal, tapi kata Amdara itu jepitan. Aiden yang menyaksikannya tertawa terbahak-bahak, baru kali ini dia mendengar dan mendapatkan tontonan gratis seperti itu

Andara berjalan ke arah Aiden yang telah siap membukakannya pintu dengan senyuman yang sangat membuat jantung Andara berlari maraton. 

”Kita perkenalan ulang ya, saya Aiden. Aiden Luwiston.” Mata Andara membola, dia jelas-jelas kenal siapa itu Aiden Luwiston. Seorang selebriti Chef yang posternya terpampang jelas di kamar Mia.

”C c chef A A A Aiden?”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel