Pustaka
Bahasa Indonesia

Hello Shae!

53.0K · Tamat
PrimasariLovexz
41
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Billal berjalan menyusuri lorong rumah sakit, mencium aroma buket bunga yang telah dia pesan sebelumnya. Senyuman tipis terbit dari bibirnya. Langkahnya terhenti, kala mendengar suara jeritan dari kamar di depannya."Keluar kalian! Keluar!" Dua suster keluar dari kamar dan menundukkan kepala kala melihat Billal. Dua langkah mereka, Billal mendengar kalimat yang sungguh tidak mengenakkan di teliga."Kok mau sih, laki-laki ganteng begitu sama perempuan gila?"

RomansaMetropolitanMenantuIstriLove after MarriageFlash MarriageCinta Pada Pandangan PertamaKeluargaPernikahanDewasa

Asmaul Husna

Billal POV

Aku berjalan menyusuri lorong sekolah yang sudah sepi di sore hari seperti ini. Melihat seorang perempuan manis yang selalu duduk sendiri di jam seperti ini, di taman dekat parkir motor.

"Haiy."

Dia melengos, sabodo amat. Aku ikut duduk di sebelahnya yang sibuk memperhatikan jam di tangan mungilnya. Ku perhatikan wajah manisnya yang membuatku terpaku untuk beberapa detik, sebelum dia berdiri.

Gadis berkerudung yang sangat manis menurutku. Ku amati wajah teduhnya yang membuatku terpukau. Dia duduk kembali karena dirasa belum ada yang menjemputnya.

"Mau gue anterin pulang?" tawarku padanya.

"Gak. Makasih."

Ku eja nama panjangnya yang tertera di seragam putihnya. "Asmaul Husna?"

Dia menoleh ke arah ku, aku tersenyum ke arahnya, agar dia terpukau dengan ketampanan ku yang di atas rata-rata. Aku memang tampan.

"Gue Billal."

Dia berdiri dan berlari menuju gerbang sekolah. Membuatku ternganga beberapa detik.

Geblek

Aku ditinggalkan saat ngajakin kenalan cewek. Sumpah, ini benar-benar memalukan, seorang Billal di tinggal?

***

Senin pagi ini selalu membuatku malas. Aku harus mengikuti apel pagi di sekolahku. Papa sepertinya ingin anaknya sengsara, apalagi padaku, seperti ada dendam yang tak terbalaskan.

Awal kepindahanku dari Surabaya ke Jakarta, papa sudah langsung memasukkan ku ke SMA Taruna.

Aku akui memang, kalau diriku sejak dulu selalu bikin ulah, sampai membuat mama menangis karena tingkahku yang memang selalu cari gara-gara dengan teman-temanku. Mereka yang memulai dan diriku yang mengakhiri. Luar biasa bukan?

Ku lihat gadis manis itu berdiri di barisan anak IPA-1 12. Ya Tuhan, baru kali ini aku menemukan gadis manis ini, ke mana aja aku selama tiga tahun bersekolah di sini. Golongan murid terpintar jika dirinya masuk ke kelas IPA 1. Wah, luar biasa.

"Bil, woiy ngelamun mulu."

Ku putar bola mata malas melihat lelaki di sampingku ini. Dia yang sudah berteman sejak SD denganku ini sama belangsaknya kalau urusan biang onar di sekolah ini.

Dia Rayyan, anak dari papa Chiko, saudara mama. Jangan ditanya lagi bagaimana pusingnya papa Chiko dan mama Erina. Bahkan Rayyan pernah dihukum sikap tobat selama 2 jam gara-gara, dia ikutan demo untuk menolak calon ketos saat itu.

Ya, maklumlah, secara Papa Chiko ini basicnya AL, jadi nggak beda jauh juga dari papa kalau mendidikku.

"Lo liatin apaan sih Bil?"

"Ada cewek manis, tuh arah jam 3 di kelas sebelah"

Alisnya naik satu, dan memandang ku tak percaya, lalu tertawanya mulai menyembur, membuat semua siswa melihatnya. Bahkan guru pun juga ikut melihatnya.

Vangke Rayyan!

"Rayyan Ahmad Arroyan, setelah apel berakhir, lari keliling lapangan 20 kali putaran."

Mposss lo Rayyan. Mamam noh lari keliling lapangan 10 kali. Gempor-gempor tuh kaki.

Kepsek memang yang terbaek kalau ngasih hukuman buat Rayyan. Seperti ada dendam terpendam padanya.

"Selamat bersenang-senang ma bro"

Ku tepuk pundaknya 3 kali lalu berlari menghampiri gadis manis yang sudah mencuri hatiku.

"Asmaul Husna"

Dia menoleh dengan temannya yang juga berkerudung itu. Aku mendekat kearahnya yang terlihat bingung.

"Gue panggil apa? Kepanjangan kalau panggil lo Asmaul Husna"

"Nana cukup"

"Oke Nana, mau makan siang bareng nanti dikantin?"

Dia diam dan menatapku seakan takut jika aku ini akan memakannya kalau dia menolakku.

"Tenang, gue udah jinak kok"

Temannya kesedak tawa, dan Nana hanya tersenyum tipis yang membuat jantungku berdebar-debar. Oh Tuhan, seperti inikah indahnya jatuh cinta.

"Maaf, tapi aku puasa. Permisi, ayo Ta"

Oh Tuhan, gadis manis ini menolakku lagi. Tapi untungnya kali ini dia masih bicara denganku, jika kemarin dia hanya diam dan langsung pergi. Melihat dia menjauh dari pandanganku saja udah buat aku rindu. Benar kata Dylan, rindu itu berat, dan aku merasakannya. Eh tunggu, Dylan kan nama Opa ku.

***

Rayyan datang ke belakang kelas dengan wajah merah padam. Dia langsung memukul dinding yang gak bersalah. Kasihan banget sih jadi lo ding dinding.

"Lo kenapa dah Ray?"

"Torabika kampret, bangke, untung tua, kalau seumuran, udah gue cekek duluan lo"

Amarahnya terluapkan dengan memukul dinding berkali-kali sampai ku lihat tangannya memar. Alamat kena marah papanya nih anak.

Ku tarik Rayyan untuk duduk di bangku yang udah gak kepake lagi. Dia duduk dan memandangku dengan mata yang masih terkilat amarah.

"Emang si Torabika ngapai elo?"

"Setelah gue lari keliling lapangan tadi, dia nyuruh gue bersihin wc siswa dan guru. Kan vangke tuh si Torabika"

Oke Bray, kalian gak perlu bingung, Torabika adalah nama plesetan dari kita berdua untuk si Kepsek terhebat tahun ini. Nama aslinya adalah Mayor Laut Tora. Pangkatnya masih tinggian Papa dan Papa Chiko. Tapi gayanya aduh somse minta ampun.

"Sabar Bray, tuh tangan di obatin kek, ntar pulang kena marah bokap lo"

"Iya deh"

Ku tarik dia menuju UKS untuk mengobati lukanya lebih dulu. Apa yang kulihat merupakan rejeki anak Sholeh.

Nana nama panggilan dari Asmaul Husna itu duduk dengan manisnya disana, sebagai petugas UKS yang berjaga.

"Haiy Na"

Dia mendongak dan menatapku lalu menatap Rayyan dengan kening berkerut.

"Mau ngobatin anak orang yang teraniaya nih, tolong ya diobatin lukanya, takutnya dia kena tetanus atau rabies gitu"

"Terkampret lo Bil"

Nana hanya tersenyum geli menatap kami berdua. Ku perhatikan dia yang tertawa pelan namun terlihat anggun itu.

Deg

Deg

Oh Nana, kamu udah buat jantungku gak sehat.

Mama I need your help Ma

Anakmu jatuh cinta ini Ma

"Na, gue kayaknya suka elo deh"

Nana menghentikan aksinya yang sedang mengobati tangan Rayyan. Dia memandangku sekilas, lalu kembali menekuri pekerjannya itu.

Fix, diabaikan yang kedua kalinya itu beneran sakit man!

☀☀☀

"Wajah kamu familiar sekali, apa kita pernah bertemu dokter?" Tanya Abil. Azalea menggeleng. "Sepertinya tidak pak. Saya baru tiga bulan di sini." Abil hanya mengamati wajah Azalea.

"Ah, saya ingat, kamu mirip dengan almarhumah mahasiswi saya dulu" Azalea kini mulai tertarik. "Oh ya? Siapa pak?"

"Namanya Zahira" jawaban Abil membuat Azalea mematung. "Zahira--" Azalea menggigit bibir bawahnya, matanya mulai berkaca-kaca.

"Beliau bunda saya Pak. Aila Nuha Zahira" Abil dan Nania melotot mendengarnya. Seorang pria paruh baya menghampiri Azaleanya yang sedang bercengkrama dengan Lintang dan dua orang yang tidak dia tahu.

"Dek, duh ayah muter-muter tadi dari sa--" Azlan mematung melihat Abil dan Nania secara bersamaan di depannya. "Azlan, apa kabar?" Tanya Abil.

"Alkhamdulillah baik. Kamu apa kabar?" Abil tersenyum. "Baik juga. Masih ingat Nania? Dia istriku" Azlan mengangguk.

"Dan ini anakku dengan Zahira, sini dek. Ini om Abil sahabat Ayah" Abil mengangguk. "Ya, kami sudah berkenalan tadi. Ayo mampir ke rumdin AZ, aku kenalin ke anak-anakku"