Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Fakta Dari NANA

Billal POV

Aku mengamati Nana dari kejauhan. Mengikuti langkahnya yang menuju kelas IPS 1. Entah siapa yang dia temui disana. Kulihat seorang cowok keluar dan membelai kepala Nana yang tertutup jilbab.

Nyutt

Rasanya seperti ada tangan bayangan yang meremas hatiku. Lelaki itu menggandeng Nana menuju kantin hanya berdua. Aku memilih kembali ke tempat nongkrong sendiri. Disana sudah ada Rayyan yang sedang asyik meminum es yang dibawakan Danda dan Pasha.

"Kenapa lo?"

Tak ku hiraukan pertanyaan Rayyan. Aku memilih meraba dadaku yang tadi merasakan sakit disana.

"Entah apa yang merasuki mu..."

"Setan"

Jawab ketiganya kompak. Amburadul sudah hatiku. Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menceritakan pada mereka kisah cintaku yang ditolak Nana.

Respon ketiganya tertawa terbahak-bahak. Sungguh kurang ajar sekali mereka berdua.

"Tertawa dulu baru kita peluk lo"

Danda memeluk ku dan menepuk bahuku. Dan pelukan berikutnya ku dapat dari Pasha dan juga Rayyan.

"Ngeband lagi yuk kita"

Ajakan yang menggiurkan dari Pasha. Kami semua mengangguk dan segera menuju gedung lantai 3 tempat dimana studio musik berada.

"Yok Bil"

Aku percaya kamu

Tapi lagi-lagi kau bohongiku

Kau telah tipu aku

Aku menyayangimu

Tapi lagi-lagi kau sakitiku

Kau telah khianatiku

Tak pernah ku sangka kau telah berubah

Kau membagi cinta dengan dirinya

Aku yang terluka, sungguh aku kecewa

Entah apa yang merasukimu

Hingga kau tega mengkhianatiku

Yang tulus mencintaimu

Salah apa diriku padamu

Hingga kau tega menyakiti aku

Kau sia-siakan cintaku

Ku lihat Nana berdiri di sana sendirian, dia memandang lurus kearah pagar pembatas jalan. Aku keluar dari ruangan musik dan berhenti kala aku melihat Nana tidak sendirian.

"Harusnya kamu terima aja Billal. Dia beneran suka kamu lho Na"

"Gak bisa bang, aku takut nantinya dia terluka, kalau tahu kenyataan yang ada"

"Terus mau kamu gimana Na? Lihatin si Billal dari jauh seperti ini? Gak usah bohongin diri kamu sendiri Na. Kamu juga suka Billal kan?"

Ku dengar Nana terisak dan memeluk lelaki yang dia panggil abang itu. Aku hanya melihatnya dari jauh tanpa mengerti maksud dari obrolan mereka.

"Kejar bahagia mu Na. Kalaupun nantinya takdir memilih kalian berpisah, setidaknya ada kenangan indah diantara kalian"

"Aku suka Billal bang, tapi aku gak mau bikin dia terluka. Abang tahu posisi ku seperti apa"

"Apa perlu abang yang ngomong ke Billal?" Nana menggeleng, "terus?"

"Biarkan seperti ini bang. Hidup aku bukan untuk dicintai seseorang bang"

Apa maksudnya Nana ngomong seperti itu. Siapa yang tidak mencintai Nana? aku cinta dia.

☀☀☀

Aku masuk ke rumah yang sepi. Kak Rena udah punya keluarga sendiri, sedangkan bang Melvi memilih tinggal di asrama, hanya sesekali kesini bersama calon istrinya itu.

"Eh anak Papa udah pulang"

"Emangnya aku bukan anak Mama?"

Mama tertawa, lalu memelukku dan mengusap pipiku sayang. Persis saat aku pernah bersedih melihat kak Rena tinggal dengan bang Zidan.

"Mau cerita dengan Mama? Mama siap lho dengar cerita kamu tentang gadis berjilbab itu"

Ku ceritakan semuanya tentang Nana. Aku yang jatuh cinta padanya, aku yang mengutarakan perasaanku padanya, bahkan aku ditolaknya dan fakta yang terbaru tadi. Secepat inikah hatiku diuji?.

"Menurut Mama, Billal harus gimana Ma?"

"Beri dia waktu sayang, kamu hanya bisa memandangnya dari jauh itu udah cukup nak. Mama dan Papa tidak mengajarkan kamu caranya berpacaran Bil, buat kisah indah antara kalian tapi dalam batasan sahabat seperti yang dia inginkan"

Kata-kata Mama seakan menghakimi ku yang terlalu menggebu untuk memiliki Nana agar menjadi kekasih ku. Ku peluk Mama erat dan mengucapkan terima kasih pada Mama. Mama memang yang terbaik.

"Hei, minggir, istri Papa ini"

Perusak suasana. Mama memilih pergi ke dapur membuat minuman untuk Papa.

"Papa Arsa hanya cinta kepada Mamaku saja. Namun bila Mama pergi, ku disiksa dan dicaci."

"Bahasamu Bil."

Papa menyentil keningku dan aku meringis kesakitan.

"Maaaa ... Papa kdrt nih Maa. Papa nyiksa Billal!"

Mamaku hanya tertawa mendengar ku dan Papa berdebat tak jelas di meja makan.

Nasib anak bontot

☀☀☀

Mama memintaku untuk datang ke rumah sakit menemui Mama di ruang ICU. Aku khawatir jika terjadi sesuatu sama Mama. Aku berlari di lorong rumah sakit yang terlihat lenggang.

"Ma,"

Mama memelukku, lalu mengajakku mengintip pasien yang sedang tak sadarkan diri di dalam sana dengan alat bantu medis lainnya.

"Asmaul Husna, atau yang kamu panggil Nana, sekarang ada di dalam. Kondisinya drop setelah kemoterapi, karena dia mengidap kanker darah stadium 4 Bil"

Aku tidak mampu berkata-kata lagi, mungkin ini yang di maksud oleh Nana beberapa hari yang lalu. Tuhan, tolong sembuhkanlah Nana.

???

"BILLALLLLLLLLLLLLLLLL"

Ku tutup telingaku, kala suara melengking yang cempreng menggelegar di koridor sekolah. Aku berlari secepat mungkin menghindari si negara Api Samara.

Aku bersembunyi di kelas Nana. Nana baru saja masuk sekolah setelah satu minggu dia opname di rumah sakit, dan jangan lupakan diriku yang setia berkunjung kesana. Bahkan aku melihat Nana dan Tama-- lelaki yang dia panggil abang itu adalah sepupunya. Mereka kaget karena ada aku disana. Bahkan aku juga yang menyuapi Nanan makan.

"Na, mau sembunyi"

Aku langsung sembunyi di belakang kursi Nana, untung saja tempat duduk Nana berada di belakang pojok dekat jendela. Bersyukur aku bisa tidak terlihat disini.

"Kamu sembunyi dari siapa Bil?"

"Ssst.. dari negara api"

"Hah?"

"Heiy kalian semua, pada lihat Billal gak?"

"Berisik lo pagi-pagi udah teriak. Gak ada Billal disini, pergi lo!"

Itu suara Dio si ketua kelas yang memang tidak suka dengan si putri negara api itu. Ku lihat si negara api udah pergi. Ku hembuskan napas lega, dan duduk di bangku sebelah Nana.

"Kamu ada masalah apa sama Samara?"

"Gak ada masalah apa-apa, aku kan anak baik-baik Na" Nana terkekeh. "Negara api aja yang emang cari gara-gara"

"Suka sama kamu kali Bil"

"Tapi akunya suka sama kamu, gimana dong?"

Ku lihat Nana salah tingkah, dia menghindari tatapan mataku. Ku tepuk kepalanya yang tertutup jilbab, lalu ku berdiri.

"Selamat pagi anak-anak"

Mposs telat

"Heiy biang onar, kelas kamu bukan disini, sana kembali ke alammu"

Kampret!

☀☀☀

Hidupku tak pernah tenang selama di sekolah, sejak kepindahan si negara api itu. Tak ada hari tanpa ngintilin aku. Bahkan aku masuk toilet pun dia tungguin di depan. Berasa dikejar penagih utang aja. Dan sejak kedekatan ku dengan Nana dan Tama, mereka telah bergabung di geng Parepurna.

"Parepurna itu apa Bil?" Tanya Nana padaku.

"Perkumpulan Remaja Sempurna"

Penjelasan ku membuat Nana dan Tama tertawa terbahak-bahak. Memang yang memberikan nama geng adalah aku sendiri.

Aku tak ingin melewatkan hari-hari ku tanpa berada di samping Nana. Karena hanya Nana yang ingin ku bahagiakan.

"Na, buat kamu"

Nana menerima kertas yang aku lipat, dia membacanya dengan seksama.

Teruntuk kamu wanita yang aku cintai

Seribu bintang tak mampu membuat hatiku bersinar terang di gelapnya malam ini.

Cahaya rembulan juga tak mampu membuatku berdiri kokoh di tengah gelapnya malam ini.

Kamu tahu apa yang mampu membuatku berdiri kokoh hingga saat ini?

Kamu

Iya

Kamu

Kamu wanita berjilbab yang mampu menggetarkan hatiku sampai ke tulang-tulang ku.

Kamu yang membuat ribuan bintang mampu menerangi gelapnya malam ku.

Senyummu yang mampu membuat rembulan menemaniku untuk berdiri kokoh malam ini.

Senyumanmu yang setulus hati mampu membuat hatiku luluh.

Mampu membuat seseorang seperti ku mengerti arti sebuah senyuman tulus yang kamu berikan tanpa meminta imbalan.

Senyuman yang setulus hati.

Senyuman yang walaupun akan selalu ku lihat dari dekat tanpa harus memilikimu.

Senyuman yang akan menguatkan diriku dengan penolakan yang pernah kamu berikan padaku.

Kamu harus tahu satu hal dalam hidupmu.

Ada aku yang akan selalu mencintaimu dalam diamku.

Billal Athailah Alfarizel

Nana menitikkan air mata membacanya, ku berikan tisu yang sengaja ku beli tadi.

"Jangan nangis Na, aku nggak papa, senyum dong buatku"

Nana menangis, lalu menghapus air matanya sendiri dengan tisu yang ku berikan. Dia menghela napas sejenak dan memandang ku dengan senyuman tulus yang selalu dia berikan.

"Terimakasih Bil, terimakasih dan maafkan aku"

Aku tersenyum dan mengangguk, walaupun hati ini selalu sakit saat melihat kenyataan bahwa Nana bukan untukku.

"Bill" aku mengangguk, saat Nana menyebutkan namaku.

"BILLALLLLLLL I LOVE YOUUUUU"

cewek Gilakk

"Lari Na, negara api menyerang"

Ku gandeng tangan Nana Untuk berlari bersama keempat lelaki itu. Selamatkan diri kalian sebelum negara api membakarku hidup-hidup dalam kegilaannya.

☀☀☀

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel