Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

bab 2

"lagi-lagi aku dibuat seperti ini. Apa ada yang salah dengan jantungku sekarang? Atau memang mungkin jika qalbuku telah berlabuh padanya?"

~Silla

***

Tidak terasa sudah sekitar 3 Minggu KBM dimulai. Di saat itu juga Silla merasakan hal yang aneh pada dirinya. Selama ini masih mencoba diam saja. Alma ataupun Ifi tidak tahu apa-apa. Silla terlalu takut, jika nanti ini akan menjadi masalah besar.

Seperti sekarang, Silla, Alma dan Ifi sedang berada di kantin sekolah. Mereka makan dalam keadaan hening, termasuk Silla. Walau dirinya hanya memesan minuman saja.

Keadaan kantin masih sepi karena belum waktunya istirahat. Karena memang di kelas mereka sedang waktunya olahraga dan kebetulan guru belum datang, jadi mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

Tatapan mata tidak henti-hentinya memandang ke arah lapangan di mana ada beberapa siswa yang dilatih untuk lomba pekan depan.  Lebih tepatnya menatap ke arah salah satu di antara mereka.

"Sil, melamun mulu dari tadi. Lihat apa sih?" tanya Ifi saat menyadari Silla melamun sembari menatap ke arah lapangan.

"Nggak ada apa-apa kok. Aku nggak lihat apa-apa." Ifi hanya menganggukkan kepalanya saja.

Tapi berbeda dengan Alma. Dia tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan Silla. Alma tahu jika Silla menyembunyikan sesuatu. Karena Alma sendiri sudah lama mengenal Silla, jadi dia tahu Silla berbohong atau tidak.

Saat itu juga tangan Alma terangkat untuk memegang bahu Silla. Terdengar helaan nafas panjang dari Silla. Alma berucap, "jangan pernah menyembunyikan sesuatu dari kita, Sil!"

Silla menoleh ke arah Alma, selepas itu berganti ke arah Ifi. Lagi dan lagi hembusan nafas panjang terdengar, lantas berkata, "nanti saat istirahat aku ceritakan ke kalian. Tapi di musholla saja."

Silla berpikir mungkin saat ini waktu yang tepat untuk memberitahu semua pada kedua sahabatnya.

"Oke."

***

Bruk

Karena terlalu asik berlari, Silla menabrak seseorang hingga membuat dirinya tersungkur di lantai. Awalnya Silla ke toilet, karena antri, jadi terlambat masuk kelas. Dia takut dihukum mengingat guru mapel IPA adalah guru killer.

"Eh, maaf-maaf," ucap Silla yang masih belum menyadari siapa yang ditabrak sambil mengibaskan rok yang terkena debu.

"Iya nggak apa-apa. Lain kali hati-hati."

Silla memberanikan diri untuk melihat siapa yang dia tabrak. Seketika tubuhnya menegang, jantungnya berpacu dengan cepat. Mata membulat melihat seseorang yang kini berada di depannya. Mata mereka saling bertemu beberapa detik.

"Maaf ya." Tanpa menunggu jawaban, Silla langsung berlari menjauh darinya. Sungguh dia benar-benar malu karena kejadian itu. Sedangkan di satu sisi, seseorang yang ditabrak Silla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Silla seperti itu.

"Aneh," tukasnya lantas pergi meninggalkan tempat.

Setibanya di depan kelas, Silla menghembuskan nafas pelan. Menetralkan jantungnya akibat lari dan kejadian beberapa detik yang menimpanya.

Ceklek

Semua yang berada di dalam kelas menatap ke arah pintu. Mereka bertanya-tanya kenapa Silla bisa terlambat masuk kelas. Karena tidak biasanya dia seperti itu.

"Assalamualaikum, maaf Pak, saya telat. Tadi di toilet antri banget." 

"Berhubung kamu murid teladan di kelas ini, Bapak memaafkan kamu. Silakan duduk." Walaupun Pak Budi berkata dengan nada yang dingin tapi Silla bersyukur karena beliau tidak menghukumnya.

"Sil, kenapa bisa telat sih kamu?"

"Toiletnya tuh antri banget. Apalagi tadi saat lari sampai menabrak orang."

"Kok bisa?" Alma dan Ifi menahan tawanya, dan itu membuat Silla kesal. Bukannya kasihan malah tertawa.

"Ya buktinya bisa," jawab Silla dengan nada sinis. Dirinya malas meladeni sikap Alma dan Ifi yang sekarang. Lebih baik diam karena itu jauh lebih baik.

***

Seperti yang telah dijanjikan Silla pagi itu, kini mereka bertiga sedang berapa di musholla sekolah. Alma dan Ifi menatap Silla dengan tatapan mengintimidasi, membuat Silla risih dibuatnya.

"Ayo cepat katakan Sil ... ist ...." Sungguh demi apa Alma geram dengan Silla karena sejak tadi hanya diam saja. Sebenarnya Silla bingung harus memulai dari mana.

"Tahu nih anak, dari tadi diam mulu. Padahal di sini sudah sepi."

"Iya iya ... jadi gini ...," Silla menggantung kalimatnya. "Sejak pertama kali masuk sekolah awal pembelajaran baru, aku dibuat bingung. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, seperti ada rasa aneh gitu. Mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi sampai detik ini ... masih sama Al ... Fi ...." Terdengar helaan nafas berat yang keluar dari Silla.

Di satu sisi, ketiganya tidak menyadari jika ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka. Orang itu berada tidak jauh dari Silla dan kedua sahabatnya berada. Dia masih setia mendengar apa yang dikatakan Silla.

"Kenapa Sil? Ada apa? Cerita saja ke kita."

"Entah kenapa saat melihat atau tidak sengaja bertemu dengannya, hatiku merasakan getaran aneh. Sudah 3 Minggu ini merasakan seperti ini. Jangankan gitu, saat mendengar namanya disebut saja sudah membuat hati ini bergetar. Apalagi saat nggak sengaja bertemu?"

"Apa artinya aku sudah menyukai seseorang? Soalnya ini pertama kali kurasakan seperti ini," lirihnya. Alma dan Ifi yang mendengar itu hanya tersenyum manis, sangat manis.

"Kalian kenapa?"

"Nggak Sil. Mendengar apa yang kamu katakan, aku tahu jika kamu sudah menyukai seseorang. Tapi ingat, jika kamu sudah mencintai seseorang, cintailah sewajarnya saja, takutnya nanti akan kecewa sampai dalam," tutur Alma, Silla hanya mengangguk saja.

"Eh, tapi ... siapa sih yang kamu suka? Kasih tahu dong biar nanti ada bahan untuk godain kamu. Hahahah ...," canda Ifi.

"Iya Sil, siapa sih?"

"Sebenarnya yang kumaksud itu ..."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel