Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

bab 1

Hari ini adalah hari yang amat ditunggu-tunggu oleh Silla dan Alma. Bagaimana tidak, akhirnya setelah sekian lama mereka bisa sekolah lagi. Mereka sangat merindukan suasana sekolah, termasuk juga merindukan temannya.

Di kelas sebelumnya, kelas 8 Alma dan Silla satu kelas. Mereka berharap di kelas 9 ini akan satu kelas lagi. Keduanya sudah siap berangkat. Mereka sekolah di SMP Pelita Jaya, sekolah tertinggi kedua di kota Bandung setelah SMP Merdeka.

"Kalian bareng sama Kakak saja ya? Biar sekalian. Kakak ada kuliah pagi soalnya," ucap Febi yang diangguki oleh Silla dan Alma.

Febi memang masih kuliah. Lebih tepatnya seperti Akbar, kakak Silla. Febi dan Akbar juga kuliah di kampus yang sama, tapi beda jurusan. Akbar di fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia sedangkan Febi di fakultas ekonomi. Mereka juga sama-sama sudah semester 6.

Tidak membutuhkan waktu lama, mereka tiba di sekolah. Kebetulan jarak antara sekolah dan rumah Alma dekat. Di sekolah, tidak semua orang tahu jika Alma dan Silla mempunyai seorang kakak. Kalaupun tahu, mereka tidak tahu wajahnya seperti apa.

"Ifiiii ...," teriak Silla saat melihat Ifi baru datang, lantas memeluknya erat, disusul oleh Alma.

Mereka bertiga berpelukan erat, melepas rasa rindu yang selama ini mereka tahan. Sampai-sampai Silla menitikkan air mata karena bahagia.

"Kangen ... banget. Padahal kita tidak bertemu selama 2 Minggu saja. Tapi serasa sudah 2 tahunan tahu nggak." 

"Aku juga kangen kalian. Kalian bagaimana kabarnya?" tanya Ifi sambil melepas pelukannya.

"Alhamdulillah, kita baik Fi. Kamu juga baik 'kan?"

"Alhamdulillah."

Setelahnya, mereka bergegas masuk ke area sekolah. Karena melihat sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Ketiganya berharap bisa satu kelas kembali.

Saat tiba di area sekolah, Silla melihat banyak kerumunan anak berada di mading. Silla mengajak Alma dan Ifi memasuki kerumunan itu. Beberapa menit kemudian membuat ketiganya lega karena bisa 1 kelas.

Teett ... teett ... teett ...

Bel masuk berbunyi nyaring. Seluruh siswa siswi segera mencari duduk untuk istighosah pagi. Alma dan Ifi dari tadi tidak henti-hentinya bicara, sedangkan Silla, hanya melamun tidak jelas.

Astagfirullah ... kenapa aku bisa lupa kalau dia temanku, batin Silla menuruti kebodohannya.

Seseorang menepuk bahu Silla. "Kenapa melamun?"

"Eh, nggak apa-apa kok Al, serius deh," sangkalnya dengan senyuman manis. Alma dan Ifi yang mendengar jawaban Silla mengangguk paham.

"Untung saja ya, kita masih tetap 1 kelas."

"Eh iya ya. Laki-lakinya juga masih tetap 1 kelas. Termasuk Soni, Faisal, Amar, memang mereka itu pintar dalam segala macam pelajaran."

Deg

Hati Silla seketika berhenti berdetak. Dia pun tidak paham kenapa bisa seperti itu.

Ya Allah ... kenapa hatiku terkejut dan tiba-tiba berdetak cepat seperti ini saat mendengar namanya disebut? Apa yang terjadi padaku Ya Allah ... biasanya aku juga biasa saja saat mendengar suaranya, lirih batinnya.

Saat istighosah dilangsungkan, Silla tak sengaja mendengar pembicaraan teman yang waktu itu pernah 1 kelas dengannya. Kebetulan jarak keduanya dekat, jadi tahu apa yang dibicarakan dari arah belakang.

Mata Silla tidak sengaja bertemu dengan matanya. Mata seseorang yang beberapa detik lalu membuat hatinya bergetar.

Deg

Lagi dan lagi dirinya dibuat seperti ini. Hatinya berdetak cepat lagi seperti tadi. Bagaimana tidak, mata mereka saling bertemu beberapa detik hingga membuat Silla memalingkan wajahnya dengan cepat.

Astagfirullah ..., batinnya berkata.

Silla benar-benar bingung dengan dirinya sendiri, baru pertama kali merasakan seperti ini. Alma yang mengetahui perubahan raut wajah Silla pun menepuk pelan bahunya seolah-olah berkata 'Ada apa?' sambil menaikkan kedua alisnya.

"Nggak ada apa-apa, kok Al, aman."

"Yang bener? Jangan bohong Sil."

"Nggak bohong, serius deh."

"Ya udah kalau begitu."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel