
Ringkasan
"Apakah Amara memang tak ditakdirkan untuk bahagia?" Itulah yang ada dalam hatinya saat ini. Hati yang sering sekali menjerit. Bahkan tak seorang pun tau jeritan itu. Amara sangat terpukul karena meninggalnya kedua orang tua akibat kecelakaan pesawat. Dia harus menghidupi adik-adik tercintanya sendirian. Suatu ketika, datang seorang lelaki yang melamarnya, tapi ... takdir tak berpihak padanya. Amara ditinggalkan olehnya, dan itu menjadikan dia harus menikah dengan orang yang tak pernah ia harapkan. Kenapa takdir seolah mempermainkannya. Amara benar-benar hancur, dirinya terpaksa menikahi Fauzan, seorang adik dari Farhan yang tiba-tiba meninggalkannya begitu saja. Akankah Amara bahagia dengan pernikahannya? Belum lagi, soal penyakit yang dideritanya ... Semua orang tak tahu akan hal itu. Apakah Amara juga akan sembuh dari penyakitnya selama ini?
Prolog
"Cinta ... memang tak memandang usia. Entah berlabuh pada siapa, yang pasti itu semua kehendak Sang Kuasa."
~ Author
Bait dalam kalbuku
Setiap derai nafas yang keluar ...
Mata pun ikut terpejam
Mengingat kembali masa itu
Masa di mana kepingan itu muncul
Kenangan itu tak akan pernah hilang
Mengingat di mana dirimu berada tak jauh dariku
Mata yang terus menatap diri ini
Mata yang selalu membuat diri ini bergetar
Diri ini terasa tercabik-cabik
Mengingat kala itu kau berlahan menjauh
Sempat terbesit dalam kalbuku
Jikalau dirimu tertarik pada Atma ini
Atma yang selalu menginginkanmu
Tapi ternyata ... itu semua tak sesuai ekspektasi
Mungkin diri ini yang terlalu penuh harap
***
2 orang sahabat sejak lama berjalan beriringan di taman. Hari ini merupakan hari terakhir mereka berlibur sekolah.
"Sil, nanti malam menginap di rumahku yuk. Besok 'kan sekolah sudah masuk, biar kita bisa berangkat bareng. Bunda juga kangen sama kamu, lama nggak bertemu," tukas Alma.
"Oke Al. Aku juga kangen sama Bunda."
"Lagian kamu liburan ini malah ke Jogjakarta. Ke rumah kakek kamu."
"Hehe ... mau bagaimana lagi atuh Al, kan aku juga kangen sama kakek dan nenek."
"Iya-iya." Keduanya kembali berjalan menuju rumah Alma.
***
Seperti yang dikatakan Alma waktu itu, Silla menginap di rumahnya. Silla merupakan anak dari pasangan Zidan dan Erna. Silla juga mempunyai kakak laki-laki bernama Akbar yang umurnya selisih 6 tahun. Nama lengkap Akbar sendiri adalah Ahmad Akbar Alfarel.
Zidan, abi Silla mempunyai pondok pesantren yang ada di Jogjakarta, di dekat rumah Kakek Silla, sebenarnya itu pondok warisan dari kakek Silla. Sedangkan Erna, sang bunda mempunyai bisnis kue yang sangat terkenal di Bandung, tempat tinggalnya saat ini.
Kini Silla dan Alma berada di kamar. Alma juga merupakan gadis berhijab. Mereka berdua sedang menonton film kesukaannya. Yaitu film bergenre romansa serta komedian sambil ditemani camilan ringan serta minuman.
Terdengar suara ketukan pintu yang membuat keduanya kesal. Saat sedang asik menonton, ada yang mengganggu. Itulah yang tidak disukai mereka.
"Ih siapa sih, ganggu aja," gerutu Alma masih setia duduk di atas ranjang sambil melihat ke arah pintu.
"Al, ajak Silla makan malam dulu. Sudah ditunggu Bunda dan Ayah di bawah," tukas Febi yang tidak lain adalah kakaknya.
Mau tidak mau Alma mengajak Silla makan malam. Mood mereka benar-benar tidak baik untuk saat ini. Terlihat jelas dari raut wajah keduanya.
Silvi yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Sedangkan Bagas tersenyum tipis. Kedua orang tua Alma sudah menganggap Silla seperti anak mereka.
"Kenapa mukanya pada ditekuk semua, hem?" tanya Bagas yang tidak dijawab sama sekali oleh Silla maupun Alma.
Lantas Alma dan Silla duduk di ruang makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Ya sudah kita makan saja, entar keburu kemalaman." Dengan rasa malas Silla dan Alma makan dalam keheningan.
