Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4.

Bagas tiba di rumah dengan mercy hitam mewahnya. Sengaja pemuda itu pulang lebih awal karena nanti malam dia akan mengadakan party bersama dengan teman teman tongkrongannya.

Namun saat tiba di halaman rumah, dia melihat BMW Sheila terparkir di sana.

"Ck, kenapa gadis menyebalkan itu selalu saja datang, di saat mood-ku sedang bagus!" desis Bagas sambil turun dari mobilnya.

Saat tiba di ruang tamu, Sheila menyambutnya dengan wajah girang.

"Ahh... Akhirnya kamu datang juga, darling?" ujar Sheila dengan senyum lebar di bibirnya.

Bagas melengos malas lalu masuk begitu saja ke dalam kamarnya. Sheila mengikuti dari belakang. Sudah biasa seperti itu.

"Beb... Seminggu aku pergi pemotretan di Sidney, kamu enggak kangen aku, ya?" rengek Sheila dengan nada manja.

Bagas tetap saja tak menanggapi. Pemuda itu justru sibuk melepas sepatu dan kaos kakinya.

"Sayaang... Kamu kok diemin aku gini, siih?" protes Sheila Sambil memeluk Bagas dari belakang.

"Sheila, Hentikan! Aku sedang buru buru!" tukas Bagas dengan wajah kesal. Lelaki itu meloloskan bajunya, lalu pergi mandi ke kamar mandi dengan menenteng selembar handuk.

"Ayank... Aku ikut." pinta sheila, melihat kekasihnya hendak mandi. 'It's time to shower together!'

"No!" jawab Bagas cuek. Akan tetapi Shela tetap memaksa, hingga kedua sejoli itu akhirnya sama sama masuk ke dalam kamar mandi.

Ya, Bagas dan Sheila memang sudah sebebas itu di rumah Bagas sekalipun!

Sementara baik Tuan Handoko maupun Nyonya Sonia tak pernah keberatan putra semata wayangnya melakukan free segs before married, karena mereka yakin, Bagas sudah dewasa dan mampu bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan.

Apalagi Sheila adalah putri dari Hasto Raharjo--seorang pemilik perusahaan di bidang jasa keuangan yang sangat sukses di Indonesia.

Baik Handoko maupun Mariam sangat setuju Bagas berpacaran dengan Sheila, karena mereka sama sama sederajat.

Di dalam kamar mandi mewah kamar Bagas, Sheila tak mampu lagi mengendalikan keinginannya.

Gadis yang berprofesi sebagai model dan juga mahasiswi di salah satu kampus elite itu menchumbv Bagas dengan sangat gahar.

Mendapatkan perlakuan yang demikian dari Sheila, h4srat Bagas perlahan mulai bangkit. Tangan lelaki muda itu dengan lincah mempreteli semua yang melekat di tubuh model cantik itu, hingga dalam sekejap, keadaan Sheila tak ubahnya seperti bayi baru lahir.

Sheila tak tinggal diam. Gadis itu juga langsung berjongkok di hadapan Bagas, menarik sisa sisa penutup terakhir kekasihnya hingga tampaklah sesuatu yang teramat besar, menggantung di depan biji mata Sheila, membuat gadis cantik itu sejenak terkagum kagum.

Sheila menyeringai.

Tanpa ragu, Sheila pun memindahkan benda besar seukuran pemukul bisbol itu ke dalam mulutnya.

Grrroorkk! Grrorkk! Grrroorkk!

Begitu bunyinya.

Benda itu bergerak maju mundur hingga menyumbat mulut Sheila yang membentuk hurup 'O' besar.

Bagas tersenyum lebar, merasakan kebahagiaan yang sulit di jelaskan dengan kata kata.

"Terus sayang..." lirih Bagas sambil menekan kepala Sheila kuat kuat di bawah sana.

Tangan Bagas meraih keran shower, sehingga butiran butiran air menerpa tubuh sepasang sejoli yang sedang dilanda asmara itu.

Sheila terus bekerja, memberikan pelayanan terbaik untuk sang pujaan hati.

Setelah puas, gadis yang sudah dalam keadaan basah kopoh kopoh itu pun memasang posisi D0991-style.

Bagas hanya perlu berjongkok di belakang chiput Sheila yang sudah melongo lebar, kemudian... Clup!

Bagas pun mencelup USB ke port-nya dengan gerakan konstan dan ritme yang beraturan.

Suara kulit bertemu kulit pun terdengar seperti bunyi tepuk tangan berulang ulang.

Vlok! Vlok! Vlok!

Racauan Sheila menggema, memenuhi seisi kamar mandi Bagas yang luas dan juga bersih itu.

"Teruskan, Honey... Lebih cepat Lebih mantap. Lebih dalam sayang... Lebih dalam lebih lejjat!" racau Sheila sambil menatap sayu wajah tampan Bagas yang sedang melakukan tugasnya sebagai seorang lelaki.

Bagas melvdah ke wajah kekasihnya sambil menjambak pelan rambut blondie model cantik itu.

Ya, Bagas memang suka sekali bermain hardcore, dan Sheila begitu menikmati nya!

Aktivitas menyenangkan itu pun terus berlanjut di bawah kucuran shower air hangat.

Sheila begitu menggilai permainan Bagas yang luar biasa hingga satu jam berkopoh kopoh di bawah kucuran shower kamar mandi, kedua manusia itu pun sama sama mengerang panjang saat tiba di puncak Nirvana yang telah susah payah mereka daki.

Sheila menghujani Bagas cyu_man bertubi tubi, sebelum keduanya sama sama membersihkan diri.

"Hari ini aku akan pergi party di club malam tempat biasa kita nongkrong. Kamu mau sekalian ikut?" tanya Bagas saat keduanya menghabiskan waktu mandi wajib bersama.

"Wow... Kedengarannya sangat menyenangkan!" balas Shela sambil menyeringai lebar."Bay the way, tumben kamu mengajak aku? Biasanya kamu pergi diam diam agar bisa bersenang senang dengan para gadis dari kasta rendahan di sana?"

"Ck, sudahlah. Tak usah membahas yang tak perlu. Kamu mau ikut 'kan?" tukas Bagas lagi.

"Sure, Beib... Oia, ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan..."

"Apa itu?" tanya Bagas sambil mengerutkan kening.

"Aku lihat ada seorang gadis pembantu di rumah ini. Wajahnya terlihat menarik. Jangan jangan kamu juga sering mengajaknya melakukan hubungan!?" tanya Sheila lagi dengan tatapan curiga.

Bagas berdecit sambil melengos malas.

"Ck, gadis gila itu? Aku sama sekali tak tertarik padanya! Dia gadis yang licik! Dia sengaja menjebakku agar dirinya bisa bekerja di rumah ini sebagai pembantu!"

"What? Seriously?"

Bagas hanya mengangguk malas.

"Just forget her... Aku malas membahas dia..." gumam Bagas lagi.

"Wait... Wait... Aku punya ide!" ujar Sheila sambil menyeringai licik. Bagas menunggu dengan wajah penuh tanya.

"Bagaimana kalau kita beri saja dia pelajaran malam, ini?" tanya Sheila masih dengan senyum miringnya.

"Maksudmu?"

Shela pun membisikkan sesuatu ke telinga Bagas, sementara Bagas mengangguk pelan bertanda setuju.

Setelah berpakaian rapih, Bagas dan Sheila bersiap hendak pergi.

Bagas lantas menemui Mina di kamarnya.

"Mina, bisa keluar sebentar?" pinta Bagas kepada Mina yang sedang rebahan di atas tempat tidur setelah membersihkan diri.

"Ya, ada apa, Den?"

"Ikut aku!" perintah Bagas, membuat Mina yang malam itu hanya mengenakan kaus biasa dan juga celana pendek itu mengekori Bagas berjalan ke teras rumahnya.

Mina sedikit merasa tak enak, saat melihat ada Sheila juga di sana.

"Ikutlah... Aku punya tugas tambahan buatmu!" ucap Bagas sambil mengerling ke arah Sheila.

"Tu... Tugas apa, Den? Kita mau kemana? Saya belum ganti baju yang layak, Den!" sergah Mina dengan nada panik.

"Sudahlah... Tak usah khawatir. Nanti kita bakal make over kamu, kok. Jadi jangan takut!" sahut Sheila sambil tersenyum penuh misteri.

Dengah sedikit takut takut, akhirnya Mina ikut serta bersama Bagas dan juga Shela, naik mobil mercy milik Bagas dan duduk di bangku belakang. Sementara Bagas dan Sheila di jok depan.

Meski merasakan firasat yang kurang enak. Mina berusaha berpikir positif.

Bagas pun meluncurkan mobilnya menuju ke sebuah butik.

Disana, Sheila sengaja memilihkan Mina satu gaun dengan belahan dada rendah, pendek dan sangat ketat sehingga gaun itu membentuk lekuk lekuk tubuh Mina yang aduhai berisi.

"Non... Saya enggak nyaman memakai baju ini... Boleh tukar dengan baju yang lain tidak non?" tanya Mina saat dirinya sedang berada di ruang pas.

"Tidak bisa! Kamu akan masuk ke tempat elit dan berkelas! Aku enggak mau menjadi pusat perhatian, hanya karena membawa gadis kumal dengan baju yang murahan! Aku ini seorang model profesional, jadi tahu mana yang pas buat kamu?" tandas Sheila dengan seringai tipis.

Meski berbadan mungil, namun Mina memiliki bentuk tubuh yang bervolume, sehingga lekuk dada dan juga bagian belakangnya terlihat menonjol, dan hal itu bagus untuk memancing haserat para lelaki hidung belang!

Saat Sheila dan Mina keluar dari ruang ganti, mata Bagas sejenak terpana dengan kemolekan tubuh Mina.

Lelaki itu sempat tak berkedip beberpa saat memandang penampilan Mina yang menurutnya sangatlah menggugah selera.

"Bagaimana? Dia oke, kan?" tanya Sheila kepada Bagas sambil mengedipkan mata.

"Oo.. oke!" jawab Bagas dengan nada terbata.

Setelah mampir ke butik, Shela juga mampir ke sebuah salon kecantikan untuk me make-over Mina.

Bagas dan Sheila menunggu dengan sabar di luar.

Sementara seorang stylish berjenis warwerwor sedang men-touch up Mina.

"Dia pasti akan langsung menjadi rebutan para pria pria hidung belang di club sana. Hahaha..." bisik Sheila sambil tertawa puas.

Bagas hanya mengangguk malas. Tiba tiba saja, ada rasa ketertarikan dalam hatinya setelah melihat bagaimana penampilan Mina dengan pakaian seksoy tadi..

Rasa ketertarikan Bagas semakin membuncah, saat Mina keluar dengan penampilan yang sangat memukau malam ini.

Rambut Curly, wajah terpoles make-up flowless, dan gaun yang membentuk lekuk tubuh Mina, membuat Bagas tertegun bengong.

Sementara Sheila menekuk wajahnya, karena hasil makeup Mina, membuat gadis itu terlihat anggun, elegan dan juga classy.

"Heh, Cong! Sini dulu bentar!" Sheila menarik lengan Angela, si stylish waria yang memake over Mina.

"Kamu kok malah bikin dia tambah cantik, sih? Tadi kan aku pesan, make over dia seperti make-up Tante Tante tahun 70an! Bukannya dibuat makin cantik!" desis Shela dengan mata mendelik.

"Eike mana tau, yey ingin tuh perempuan dimake-up supaya kelihatan jelong!? Sebab setiap pere yang datang kemari, ingin di make up cantik! Bukannya burik!" balas Angela dengah wajah merengut.

Sheila mendengkus nafas kasar.

"Aaarghh!"

Sementara itu, Bagas menatap Mina tanpa berkedip.

"Biasa aja kali, Den..? ngelihatin saya..." Tegur Mina membuat Bagas gelagapan.

"Ck, dasar kege-eran?" tukas Bagas sambil memasang wajah meremehkan. Namun jauh dalam lubuk hatinya, Bagas sangat memuji kecantikan Mina yang tak hanya terlihat mahal, tapi juga elegan dengan make up, hair-do, pakaian dan bentuk tubuhnya yang begitu memanjakan mata laki laki.

(Bersambung)

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel