Bab 3.
Malam ini hujan turun dengan amat deras, semua pembantu sudah mengurung diri di kamar masing masing karena memang tugas mereka sudah selesai untuk hari ini.
Tak seperti malam malam biasanya yang terasa gerah, malam ini Mina justru kedinginan. Gadis itu tidur sambil menarik selimut hingga sebatas lehernya.
Namun kedamaian tidur Mina mendadak harus terusik, karena tiba tiba saja kamar Mina ada yang mengetuk ngetuk dari luar.
Tok! Tok! Tok!
"Mina! Mina? Mina?"
Mina bergumam malas sambil menarik selimutnya hingga ke ujung kepala.
Suara ketukan pintu tak juga mereda. Akhirnya Mina pun bangkit dari atas kasur lantainya yang lepek, berjalan gontai ke arah pintu, kemudian membuka sedikit pintu kamarnya.
"Pak Muh?" gumam Mina dengan wajah penuh tanya.
"Tolong tuan Handoko, Min. Tadi tuan sempat kehujanan. Sekarang beliau kedinginan!" ucap sopir paruh baya itu dengan wajah panik. Tampak baju pak Muh juga terlihat basah kuyup.
"Lho, terus apa hubungannya dengan Mina, pak Muh? Kalau kedinginan ya tinggal di tidur sambil selimutan gitu lho?" jawab Mina dengan wajah bingung.
"Aduuh Mina! Kalau itu sih, bapak juga tahu! Kondisinya tuan Handoko itu menggigil! Dia mengalami apa itu yaa namanya... Hmmm hipotermia! Badan nya mengigil hebat. Cepat Mina, kamu bawakan air panas, terus kompres tuan Handoko mengunakan kain bersih dan air panas!" perintah pak Muh lagi.
Meski belum mengerti apa itu hipotermia, tapi sedikit banyak Mina pernah baca artikel di fesbuk, kalau hipotermia terjadi karena penurunan suhu lingkungan atau tubuh yang sangat ekstrem.
Mina tanpa pikir panjang segera merebus air panas dengan kompor. Setelah mendidih, gadis itu menaruhnya ke dalam baskom.
Mina segera membawa sebaskom air panas beserta kain bersih menuju kamar tuan Handoko di lantai dua.
Kebetulan hari ini nyonya Mariam sudah pergi ke Prancis. Sementara Bagas... Pemuda itu sama sekali tak dapat di andalkan!
Dengan sedikit ragu Mina mengetuk pintu kamar tuan Handoko.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi, Tuan..."
Karena tak ada sahutan, gadis itu mendorong pelan pintu kamar majikannya yang rupanya tidak terkunci itu.
Saat pintu terbuka, Mina mendapati lelaki bertubuh tinggi itu terlihat mengigil di atas pembaringan. Dia masih mengenakan pakaian kantor yang lengkap, namun basah kuyup.
"Aduh... Bagaimana ini? Mana mungkin aku melepas baju Tuan Handoko? Ini pasti akan menyebabkan kesalahpahaman!" gumam Mina, kebingungan.
Gadis itu pun segera berlari menuju ke teras depan, di mana pak Muh sedang memasukkan mobil mewah tuannya ke dalam garasi.
"Pak! Tolong bantu saya, pak... Saya... Enggak bisa melakukannya!" pinta Mina pada lelaki paruh baya berbadan tambun itu.
"Melakukan apa, Mina?"
"Saya enggak bisa melepas pakaian Tuan Handoko. Saya malu!" cicit Mina sambil melengos, menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Ck, lha wong tinggal kamu lepaskan saja kok repot?! Sudah... Saya harus segera mandi air hangat! Kamu enggak lihat, baju saya basah kuyup begini? Kalau misalkan saya besok sakit, bagaimana?" tandas pak Muh, sambil mengibaskan tangannya. Tak peduli.
Mina semakin kebingungan.
"Aku minta bantuan Mbok Jum saja kali, ya? Beliau kan ART senior? Sudah pasti lebih paham dengan keadaan tuan Handoko?" gumam Mina.
Mina pun bergegas menuju kamar Mbok Jum. Mengetuk ngetuk pintu kamarnya berkali kali. Namun karena kondisi hujan deras disertai petir yang bersahut sahutan, membuat ketukan dan panggilan Mina seolah tenggelam begitu saja.
Mina putus asa. Sementara di lain sisi, dirinya tak ingin membiarkan keadaan tuannya semakin parah.
Mina pun bergegas kembali ke lantai dua, yaitu kamar tuan Handoko.
Dengan terpaksa Mina pun memberanikan diri melepas sepatu pantofel, kaos kaki, jas, kemeja putih dan juga ce_lana hingga lelaki itu hanya menyisakan pakaian dalam saja.
Darah Mina berdesir cepat. Melihat bagaimana lelaki matang itu masih memiliki tubuh yang cukup atletis dengan perut rata dan dadanya yang bidang ditumbuhi bulu bulu halus.
Mina segera mengambil pakaian ganti tuan Handoko berupa kimono tidur.
Saat melihat pakaian dalam tuan Handoko juga basah, Mina takut majikannya itu masuk angin.
"Maaf ya tuaann... Maafff..." Dengan sedikit memejamkan mata, Mina pun memelorotkan penutup terakhir di tubuh tuan Handoko.
Saat kedua netranya tanpa sengaja melihat ke arah aset pribadi pria itu, kedua netra Mina sampai terbelalak lebar lebar.
Ukurannya yang besar dan gemuk, membuat Mina hampir tak mampu berkedip.
"Aduuh ... Tuan... Kenapa harus saya yang melihatnya...." gumam Mina, percis seperti cacing kepanasan.
Mina pun akhirnya Menganti dalaman tuan Handoko dengan yang bersih dan kering. Lalu mulai memakaikan kimono lelaki yang sedang menggigil kedinginan itu.
"Aduuh... Dia berat sekali! Aku seperti sedang memakaikan baju seorang raksasa saja!" gumam Mina sambil memasukkan satu persatu tangan tuan Handoko ke lubang lengannya.
Namun saat sedang memasukkan tangan tuan Handoko ke bajunya itulah, lelaki itu tanpa sadar menarik Mina hingga Mina jatuh dalam pelukan tuan Handoko.
Posisi Mina menindih tubuh pria itu, hingga hambusan nafas tuan Handoko terasa menyapu wajah Mina.
"Maaf... Tu.. tuan...." decit Mina sambil memejamkan kedua matanya. Kulit mina menyentuh dada bidang lelaki itu, dan ia bisa merasakan betapa dingin lelaki yang sedang menggigil dibawahnya.
Entah mengapa Nina merasa nyaman dalam dekapan tuan Handoko.
"Ma.... Mariam..." gumaman pelan keluar dari mulut tuan Handoko, matanya sedikit terbuka sambil memandangi wajah Mina yang gemetar.
"Ma... Maaf Tuan... Saya Mina... Saya tak bermaksud..."
Tiba tiba saja kedua lengan kekar pria itu memeluk tubuh mungil Mina.
"Peluk aku, Mariam... Aku kedinginan..." gumamnya lagi. Mina mengerjab ngerjabkan matanya. Dadanya saling menempel rapat dengan dada pak Handoko.
Lelaki itu bergetar menahan hawa dingin.
Mina pun menarik selimut hingga keduanya kini sama sama berada dalam selimut yang sama.
Hening.
Entah berapa lama Mina berada dalam pelukan tuan Handoko, membuat Mina merasa nyaman dalam dekapan tubuh lelaki matang itu.
Tidak! Mina harus segera pergi sebelum ada orang yang memergoki perbuatannya. Terlebih jika saat sadar nanti, tuan Handoko memergoki dirinya berada dalam pelukan lelaki itu, bisa jadi tuan Handoko akan sangat murka! Mina benar benar takut.
Setelah tuan Handoko tak lagi mengigil, Mina perlahan lahan bergerak, melepaskan diri dari depakan tuan Handoko.
Lelaki itu masih belum memakai piyamanya dengan benar, namun Mina sudah tak peduli lagi.
Setelah memastikan jika tuan Handoko tak lagi mengigil dan menyelimutinya dengan bedcover tebal, Mina segera ngacir dari dalam kamar tuan Handoko lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Mina menarik selimut hingga sebatas leher dan kembali membayangkan betapa hangat berada dalam dekapan sang tuan majikannya tadi.
"Aakh! Sial! Kenapa aku terus memikirkan hal itu! Enyahlah dari pikiranku! Enyah!" Mina memaki diri sendiri. Seolah merutuki kebodohannya, karena telah melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan di kamar tuan Handoko!
*****
Akibat begadang semalaman mengurusi tuan Handoko yang terserang hipotermia, pagi ini Mina bangun kesiangan.
Beruntung Mbok Jum segera membangun Mina untuk segera mandi lalu memulai aktifitas mereka memasak sarapan untuk penghuni rumah.
Mina segera mandi, membersihkan diri, sementara mbok Jum berjibaku di dapur.
"Kamu kok tumben sekali Min, bangun sampai kesiangan begini?" tanya Mbok Jum di sela sela menggoreng telur ceplok yang akan di buat telur balado.
"Hoahhmm... Iya nih, Bi. Semalam Mina enggak bisa tidur gara dibangunin pak Muh!" jawab Mina yang kebagian tugas mengiris iris kentang yang akan dibuat sambal goreng kentang ati ampela.
"Dibangunin pak Muh? Untuk apa, Mina?" tanya Mbok Jum sambil menoleh ke arah Mina dengan wajah penasaran.
Mina terdiam. Dia tak mungkin menceritakan kejadian yang sangat membagongkan semalam kepada siapapun. Kalau sampai ketahuan, dirinya bisa terusir dari rumah ini!
"Anu...hmm... Tuan pulang kemalaman dan minta dibuatkan minuman hangat!" jawab Mina, asal.
Tampak mbok Jum manggut manggut.
"Betul. Semalam hujan sangat deras. Tuan Handoko itu paling tidak bisa terkena hujan malam malam. Badannya akan menggigil kedinginan." gumam Mbok Jum yang sepertinya sudah sangat mengerti keadaan tuan majikannya. "Lalu... kamu buatkan beliau apa?"
Mina lagi lagi kebingungan menjawab apa.
"Rebusan jahe, Mbok!"
"Oh, kok tumben? Biasanya beliau paling enggak suka dengan rebusan jahe karena aroma rempahnya yang sangat kuat. Biasanya beliau kalau sedang kedinginan selalu minta dibuatkan rebusan teh hangat dicampur dengan sedikit kayu manis..." gumam Mbok Jum lagi.
Kali ini Mina yang manggut manggut. Ternyata dengan berhubungan dekat dengan Mbok Jum, membuat Mina jadi semakin pintar dan tahu bagaimana cara mentreatment majikannya.
Saat menghidangkan sarapan ke meja makan. Tampak tuan Handoko dan juga Bagas sudah rapi dan bersiap hendak pergi beraktivitas. Bagas sudah tampan dengan almamater jas kuliahnya sementara tuan Handoko sudah rapi dengan pakaian kantornya.
Saat netra Mina tak sengaja bertatapan dengan mata tuan Handoko, gadis itu buru buru memalingkan wajahnya ke arah lain.
Entah mengapa jantung Mina berdebar debar tak beraturan tatkala bertatap wajah dengan pria kharismatik yang semalam dia coba hangatkan dari kondisi hipotermia.
Sementara diam diam tuan Handoko terus memperhatikan Mina. Lelaki itu merasa jika Mina adalah sosok gadis dalam mimpinya semalam, yang telah menyelamatkan hidupnya saat tenggelam di sungai.
Entah mengapa setiap kali melihat Mina, jantung lelaki itu berdetak cepat, seperti saat dia pertama kali jatuh cinta kepada istrinya dahulu. Mariam.
Siang harinya, saat Mina sedang membantu Bi inem mengepel lantai rumah besar itu, seorang gadis cantik, berbadan tinggi langsing, mengenakan baju sedikit terbuka, rambutnya di cat pirang dan menenteng tas mahal datang ke rumah tuan Handoko.
Saat gadis itu melihat kehadiran Mina yang sedang mengepel, gadis itu pun memanggil Mina.
"Hei, kamu! Sini!" panggilnya dengan nada sedikit pongah.
Mina meletakkan sebentar alat pel dan embernya lalu berjalan menghampiri wanita itu.
"Kamu pembantu baru di sini, ya?" tanya gadis itu sambil memindai penampilan Mina dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"I_ iya, Non. Saya baru seminggu kerja di sini..." jawab Mina mengangguk sopan.
"Buatin aku jus kiwi! Sekarang!" suruhnya pada Mina. Mina mengangguk lalu pergi ke belakang.
"Bi, ada tamu mbak mbak cantik, dia suruh aku buatin jus kiwi katanya bi..." ujar Mina kepada mbok Jum yang saat itu sedang mencuci piring di wastafel.
Mbok Jum pun menghentikan aktifitasnya sejenak.
"Oh.. itu pasti Non Sheila. Pacarnya Den Bagas. Ya sudah, kamu buatin gih. Buah kiwinya ada di dalam kulkas. Kamu kupas dua buah kiwi, di blender enggak pakai gula. Cukup pakai es aja ya?" titah mbok Jum.
Mina mengangguk. Dia pun membuatkan jus kiwi sesuai dengan perintah mbok Jum.
Setelah membuatkan jus kiwi, Mina pun membawanya ke depan, dimana gadis bernama Sheila itu sedang menunggu.
"Silahkan di minum jus kiwinya, Non..." ujar Mina sambil menyajikan jus kiwi buatannya di atas meja.
Namun mata Sheila seketika terbelalak marah.
"Shit! Kamu pikir ini jus kiwi yang biasa saya mau!? No! Saya mau iced cube nya juga di haluskan! Bukan di masukkan bulat bulat ke dalam juice-nya! Stupid! Saya enggak mau tahu! Kamu buatkan lagi jus kiwi yang baru! Yang ini ganti! Dasar pembantu enggak punya otak!" omel Sheila dengan nada kesal.
"Baik, Non..." angguk Mina sambil mengambil kembali jus di atas meja lalu membawanya ke belakang.
Hati Mina terasa sakit sekali di omeli oleh Sheila.
"Lho, kenapa jus nya di bawa lagi ke belakang, Mina?" tanya Mbok Jum saat melihat wajah Mina yang tampak sedih sambil membawa kembali jus kiwi buatannya.
"Aku salah masukin es-nya Bi...." jawab Mina dengan nada lemah dan wajah sedih.
"Ya sudah. Enggak apa apa. Sini biar bibi ajarin kamu membuat jus kiwi buat non Sheila. Dia memang seperti itu. Wajarlah... Namanya juga putri tunggal pengusaha sukses. Jadi banyak maunya!" ucap mbok Jum sambil mengajari Mina cara membuat jus kiwi supaya tak di komplain lagi oleh Sheila.
(Bersambung)
