Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5.

Singkat kata, Bagas dan Sheila mengajak Mina memasuki sebuah club malam elit yang berada di kawasan SCBD Sudirman, Jakarta Selatan.

Untuk bisa masuk ke dalam club elit yang berada di sebuah rooftop gedung pencakar langit itu, mereka harus memiliki free-pass, yaitu semacam kartu keanggotaan khusus member, agar bisa melewati penjagaan ketat para bodyguard yang berjaga di pintu masuk.

Suasana club malam cukup ramai, dipenuhi oleh muda mudi yang merupakan circle Artis papan atas, 4nak pejabat dan pengusaha, model profesional dan mereka mereka yang berasal dari kalangan kelas atas.

Mina hanya bisa melongo saat berpapasan dengan beberapa bintang iklan dan aktor terkenal yang sering dia lihat wara wiri di layar televisi.

"Mina, relax saja. Jangan norak!" Bagas memperingatkan Mina, karena gadis itu matanya jelalatan dan terbengong bengong saking takjubnya memelototi artis artis terkenal.

Beberapa lelaki berumur terlihat menyapa dan menggoda Sheila karena penampilan gadis itu cukup terbuka malam ini.

Sheila segera menarik lengan Mina ke sebuah ruangan, di mana di dalamnya sedang mengadakan acara party karaoke yang para tamunya didominasi oleh pria pria yang sudah berumur lebih dari setengah abad.

Ada juga beberapa LC yang ikut menemani para oom oom dan kakek kakek sukses itu minum dan juga bernyanyi.

Mina merasa sedikit tak nyaman berada di ruangan itu, karena beberapa lelaki tua melempar lirikan nakal ke arahnya. Sementara Sheila tampak santai berbasa-basi dengen para lelaki yang merupakan bos bos besar penguasa media dan panggung hiburan tanah air.

Sheila lantas menghampiri Mina yang sedang berdiri dengan canggung di dekat pintu.

"Mina, kamu duduk di sana dulu sebentar. Aku mau ke toilet!" ucap Sheila sambil menunjuk sofa kosong  yang bersebelahan persis dengan beberapa orang lelaki tua.

"Ta.... Tapi, Non..."

"Udah! Enggak usah membantah! Duduk di sana dan tunggu sampai aku kembali!" perintah Sheila dengan satu tatapan mengintimidasi.

Mina dengan takut takut duduk di sofa yang di di kelilingi oleh para lelaki hidung belang kelas atas itu.

Seorang lelaki berusia sekitar enam puluhan, tersenyum ke arahnya dengan tatapan nakal.

Mina buru buru melengos ke arah lain dan berpura pura tak meladeni tatapan genitnya.

"Hai manis? Baru pertama kali datang ke club ini?" Sapa seorang lelaki, sambil menowel nowel paha Mina yang terbuka.

Seorang lelaki lainnya bahkan tanpa ragu menyentuh paha Mina dengan berani, membuat Mina menepis kasar tangan pria tua itu sambil melotot garang.

Sementara itu di meja bar, Bagas merasa gelisah.

Rasanya dia tak rela jika gadis secantik dan sepolos Mina diumpankan kepada para laki laki tua hidung belang.

Padahal niat awalnya, Bagas ingin  memberi pelajaran kepada Mina dengan membuat harga diri gadis kampung itu hancur.

Namun saat melihat kecantikan Mina, Bagas seolah tak rela.

Sheila datang menghampirimu Bagas sambil bergelayut mesra. Dentuman musik up-beat yang mengalun, membuat siapapun rasanya ingin bergoyang.

"Gadis kampungan itu pasti sedang menikmati malam tak terlupakan ini bersama dengan Oom Burhan dan bos bos hidung belang lainnya!" seru Sheila di telinga Bagas sambil tertawa lebar.

Bagas diam saja. Hatinya tiba tiba merasa gelisah dan kepikiran akan nasib pembantunya.

Tanpa menghiraukan Sheila, Bagas kemudian beranjak dari meja bar menuju ruangan dimana Mina sedang di grooming para lelaki tua Bangka.

"Jangan sentuh aku! Jangan sentuh aku! Aku jyjyk... Aku benci!" tolak Mina takut takut, saat dengan kurang ajarnya, lelaki tua itu mulai merem 'as Boba Mina.

Tiba tiba saja Bagas masuk dan langsung menyeret Mina dari kumpulan lelaki kurang ajar itu.

"Mau dibawa kemana gadis itu! Hey! Biarkan dia disini!" teriak salah seorang pria yang marah karena tiba tiba saja Bagas masuk dan mengganggu kesenangan mereka.

"Bukan urusan kalian!! Dia pacarku!!" sentak Bagas dengan wajah emosi.

Mina hanya tertegun dan menurut, saat Bagas menyeret lengannya dari kumpulan lelaki hidung belang yang sedang bersenang senang itu.

Di luar, Sheila merasa cemburu dan marah dengan tindakan Bagas.

"Kamu apa apaan sih, Yank!? Kenapa kamu malah membawa keluar Mina!? Dia sedang fun dengan para bos bos agensi model dan majalah di dalam sana!" seruduk Sheila dengan nada emosi.

Bagas sama sekali tak menanggapi celotehan pacarnya. Dia berlalu pergi sambil terus menarik lengan Mina Agara segera keluar dari dalam club itu.

Padahal rencananya, Bagas  akan party dan bersenang senang dengan beberapa temannya, namun dia membatalkannya saat itu juga.

Bagas memutuskan pulang bersama Mina, meninggalkan Sheila sendirian di club malam itu.

Sepanjang perjalanan pulang, tak ada percakapan apapun di antara Bagas dan Mina.

Keduanya bergulat dengan pikiran masing masing.

Saat tiba di rumah, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sebelum keluar dari dalam mobilnya, Bagas memegang pergelangan tangan Mina.

"Maafin aku, ya? Seharusnya aku enggak mengajak kamu pergi ke tempat seperti itu," ujar Bagas sambil menatap wajah cantik Mina lekat lekat.

"Iya, Den. Mina juga merasa sangat enggak nyaman berada di sana. Mereka sangat kurang ajar meraba raba mina." Mina menjawab sambil melengos, karena merasakan tatapan Bagas malam ini agak lain dari biasanya. Membuat hati Mina bergelenyar dahsyat!

"Ya sudah. Tidurlah yang nyenyak, Mina..."

"Iya. Terima kasih, Den..."

Mina pun turun dari dalam mobil Bagas. Lalu segera berjalan ke arah bagian belakang rumah megah itu menuju kamarnya.

Kebetulan saat itu, pak yang Anton baru saja mengunci pintu pagar, mendapati Mina turun dari dalam mobil Bagas dengan dandanan yang sangat elegan, aduhai dan luar biasa cantik menggoda.

"Gil4! Mina bisa jadi secantik itu, ya? Apa jangan jangan dia habis dipake sama den Bagas? Hmm... Dibandingkan kecantikan Mina, inem kalah jauh banget! Ah, aku harus mendekati Mina juga. Lumayan... Ada dua cewek cadangan yang bisa aku pakai buat memuaskan si 'Joni'. pas sekali sekarang sedang musim hujan! Hehehe"

*****

Pukul delapan malam, Tuan Handoko baru pulang bekerja, karena dia baru saja menghadiri pertemuan dengan kliennya di daerah Bogor.

Bi inem yang kebetulan belum tidur, menyambut kepulangan Tuan majikannya itu dengan senyum mengembang.

"Selamat malam, Tuan..." sapa Inem dengan wajah carmuk.

"Inem. Tolong panggilkan Mina ke kamarku. kakiku sedang ingin di pijat!" perintah lelaki bertubuh tinggi tegap itu tanpa basa basi.

Inem terkejut. Padahal sedari tadi, dirinya lah yang menunggu kepulangan Tuan majikan, karena biasanya Tuan Handoko akan menyuruh Inem untuk memijat kakinya yang kram dengan minyak urut, setiap kali pulang dari bepergian jauh atau keluar kota.

Biasanya dari tugas sampingannya itu, bi Inem akan mendapatkan bonus setiap bulan dari pak Handoko.

Namun malam ini tuan Handoko justru meminta inem memanggilkan Mina, si pembantu baru itu untuk memijat kakinya!

"Inem! Kamu dengar apa kataku barusan!?" tegas tuan Handoko karena tak ada respon dari pembantunya.

"Eh, iya! Iya, baik Tuan!" angguk Inem yang seketika terlonjak kaget dengan seruan Tuan majikannya.

Dengan langkah lesu dan hati yang marah, inem segera pergi ke belakang untuk memanggilan Mina di kamarnya.

Tok! Tok! Tok!

Bi Inem menggedor dengan kasar pintu kamar Mina, sambil berseru memanggil manggil nama Mina.

"Mina! Min! Mina!"

Mina yang kala itu sedang memakai bedak dingin, segera membuka pintu kamarnya.

"Iya, ada apa Bi? Kenapa malam malam begini bibi gedor gedor kamar Mina?" tanya Mina dengan raut wajah masam.

"Ck, enggak usah banyakan bacod! Kamu di panggil tuan Handoko ke kamarnya! Cepat!" tukas bi inem dengan nada kasar.

"Hah!? Saya... Saya dipanggil tuan Handoko ke kamarnya? Tapi... Buat apa, Bi!?" tanya Mina dengan kedua mata melebar sempurna.

"Enggak usah banyak tanya! Dia minta dipijatin kakinya pakai minyak urut! Cih, enggak usah berpura pura kaget kamu, Mina! Kamu senang bukan, Tuan Handoko memanggil kamu ke kamarnya?" sergah Bi inem dengan raut wajah tak suka.

Mina mengernyitkan kening.

"Kenapa saya harus senang? Waktu istirahat saya jadi terganggu karena harus mengerjakan tugas tambahan! Ck, bi Inem ini aneh sekali!" decak Mina dengan wajah mengerucut.

"Nanti juga kamu bakalan tahu, Mina! Heh, Mina, aku peringatkan sama kamu, ya. Jangan pernah macam macam dengan Tuan Handoko, apalagi sampai menggodanya! Awas kamu!" dengan nada mengancam, Bi inem memperingatkan Mina agar tidak berbuat yang tidak tidak dengan sang majikan yang sudah sejak lama sekali, Inem kagumi itu.

"Yee.... memangnya saya wanita murahan yang bisa dengan mudah diajak tidur oleh lelaki??" balas Mina, membuat Bi inem mendelik.

"Kamu nyindir saya, ya!?" sembur Bi Inem sambil berkacak pinggang.

Ya, sejak ditegur oleh Bagas perihal Mina mengadukan Bi Inem yang ketahuan mantap mantap dengan pak Anton, Bi inem tak bisa lagi sebebas dulu melakukan perselingkuhan dengan Pak Anton. Apalagi diketahui bahwa baik Bi inem maupun Pak Anton, keduanya sudah memiliki keluarga masing masing di kampungnya.

(Bersambung)

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel