Pustaka
Bahasa Indonesia

Hasrat Panas Pembantu Nakal

63.0K · Tamat
Author_Chaboel
46
Bab
5.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

cerita mengandung 21++ Mina melarikan diri dari kampung karena mau dinikahkan dengan pria tua, dengan bekal seadanya Mina nekad merantau ke kota dan menjadi pembantu di salah satu keluarga kaya. Namun karena kecantikan Minah, pak Handoko diam diam menyukai Minah, begitu juga dengan putranya, Bastian. Lalu bagaimanakah akhir dari kisah Mina?

RomansaPresdirDewasaPerselingkuhanOne-night StandMengandung Diluar NikahTuan MudabadboyCoganDrama

Bab 1.

"Kejar dia! Cari dia sampai dapat!!" seru seorang lelaki tua yang masih mengenakan baju beskap warna putih tulang. Berkali kali dia mengusap wajahnya yang tampak frustasi.

Lelaki itu mengumpat dan mendengkus nafas kasar sambil mondar mandir di teras rumah megah-nya yang sudah didekorasi sedemikian rupa dan sudah di penuhi para tamu undangan.

Rencananya juragan Udin akan menggelar prosesi akad nikahnya yang kelima bersama Mina-- gadis cantik nan muda belia yang sudah sejak lama menjadi incarannya. Padahal lelaki itu sudah memiliki empat orang istri, namun entah mengapa burungnya masih ingin nambah lagi dan lagi.

Apalagi saat pak Abdul-- ayah Mina memiliki hutang cukup besar kepada juragan Udin, membuat lelaki tua bangka itu dengan mudah merayu pak Abdul supaya mau menikahkan dirinya dengan putri semata wayang pak Abdul yang baru beranjak dewasa, dengan ketentuan semua hutang pak Abdul berjumlah dua ratus juta akan dianggap lunas!

Namun Mina yang baru saja lulus ESEM'A justru memilih kabur, karena tak Sudi dinikahkan dengan kakek kakek bau tanah yang sudah memiliki empat orang istri, dua belas orang 4nak dan lima orang cucu!

Para pemuda yang tadi berpencar mencari Mina, tak juga menemukan gadis itu, karena kini Mina sudah bersembunyi di dalam bagasi mobil Mercy  hitam milik seseorang pemuda, yang kebetulan sedang berhenti tak jauh dari rumah mewah juragan Udin.

Mina yang masih mengenakan baju kebaya brokat putih lengkap dengan sigernya itu merasakan jika mobil yang di pakainya bersembunyi mulai berjalan perlahan.

"Aduh... Mau dibawa pergi kemana aku ini?!" gumam Mina, ketakutan.

Namun dalam hatinya, Mina menghembus nafas lega karena telah berhasil lolos dari pernikahan yang sama sekali tidak dia inginkan!

Karena kelelahan, Mina sampai tertidur pulas di bagasi mobil mewah tersebut.

Beberapa jam kemudian, terdengar pintu bagasi mobil dibuka.

"Whuaaa! Siapa kamu!??" terdengar seruan terkejut seorang pria, membuat Mina terbangun dan sambil mengucek ngucek kedua matanya.

"Di mana ini?" lirih Mina sambil bangkit dan mengamati keadaan sekelilingnya.

Seorang pria muda dan tampan berdiri dengan kedua mata terbelalak lebar, memandangi Mina dengan wajah penuh tanya.

"Siapa kamu!? Pasti kamu mau maling, kan!?" tuduh pemuda itu sambil menunjuk nunjuk ke arah Mina.

"Saya akan laporkan kamu ke kantor polisi atas dugaan pencurian!!" ancam lelaki itu sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya, lantas memfoto mina yang masih berada dalam bagasi mobil Mercy mewah itu.

"Saya bukan pencuri, Mas! Saya baru saja kabur dari pernikahan saya..."

"Halah, bohong! Tak usah berkilah! Kamu pasti bersembunyi di sini karena ingin mencuri, kan? Kamu seorang mata mata perampok?!" tuduh lelaki muda yang mungkin usianya sebaya  dengan Mina, yaitu sekitar dua puluh tahunan.

"Sumpah, Mas! Saya bukan pencuri! Apalagi mata mata perampok!" tegas Mina berusaha menjelaskan.

"Apa apaan ini!? Bagas!? Siapa gadis ini?" tiba tiba muncul seorang lelaki berpakaian formal, wajahnya tampak berwibawa dengan ketampanan yang nyaris sama dengan pemuda yang tadi menuduh Mina. Mungkin lelaki itu ayah dari pemuda itu.

Melihat ada kesempatan, Mina segera berpura pura. Dia langsung mendekati papa pemuda tadi.

"Tolong, Oom! Pemuda ini baru saja menculik saya! Saya dimasukkan ke dalam bagasi mobilnya, oom! Tolong! Dia menculik saya!"  Isak Mina dengan histeris dan pura pura ketakutan.

Lelaki muda bernama Bagas itu melebarkan matanya, tak menyangka jika gadis asing yang semula bersembunyi dalam bagasi mobilnya, justru dengan licik malah memfitnahnya!

"Tutup mulutmu, gadis pencuri!" hardik Bagas Dengan nada berapi api. "Pah, tolong jangan percaya padanya, pah! Gadis itu pembohong! Dia memfitnah Bagas, pah!"

Sementara Mina pura pura ketakutan dan bersembunyi di balik tubuh lelaki yang tadi dipanggil papa oleh si Bagas.

"Bohong, Oom! Dia jelas jelas menculik dan memasukkan saya ke dalam bagasi! Lalu membawa saya ke sini!" decit Mina sambil terus berpura pura menangis.

"Bagas! Cukup!" hardik sang papa.  "Papa sudah melihat dengan mata kepala sendiri kalau gadis ini ada dalam bagasi mobilmu! Entah sampai kapan kamu terus seperti ini, Bagas!? Kamu terus saja membuat masalah dalam keluarga kita!" bentak sang papa dengan tatapan mengintimidasi.

Lelaki muda bernama Bagas itu terdiam sambil menunduk setelah di bentak oleh papanya.

Kali ini tatapan pak Handoko- papa Bagas beralih pada Mina yang masih mengenakan pakaian pengantin.

"Beritahu alamat rumahmu. Saya akan mengantarkan kamu pulang sampai rumah. Dengan satu syarat, kamu jangan membawa masalah ini ke kepolisian..." ucap pak Handoko sambil menatap wajah Mina dengan lekat.

Mendengar dirinya akan dipulangkan, Mina segera menggeleng kuat kuat.

"Enggak mau, Oom! Mina sudah di culik oleh lelaki ini dalam keadaan Mina hampir menikah! Pokoknya dia harus bertanggungjawab!" tolak Mina sambil menunjuk nunjuk Bagas.

"Heh, jangan ngaco kamu kalau ngomong! Aku bahkan sama sekali tidak mengenalmu! Dasar kau gadis penipu!" sentak Bagas yang menolak tegas tuduhan Mina.

"Berapa uang yang kamu inginkan? Aku akan memberikannya! Yang terpenting kamu harus segera pergi dari sini!" desis pak Handoko dengan tatapan tajam ke arah Mina.

"Usir saja gadis itu, pah! Dia pembohong! Dia penipu!"

"Bagas! Cukup!?" bentak pak Handoko lagi, membuat Bagas lagi lagi tertunduk dan menutup mulutnya.

Mina pun termanggu.

"Oom... Tolong... Tampung saja saya di sini. Saya enggak mau pulang ke rumah, Oom... Saya malu. Terima saja saya berkerja di sini. Jadi pembantu, jadi tukang kebun, atau jadi satpam terserah Oom saja. Yang penting jangan bawa saya pulang ke rumah ya, Oom yaa? Saya mohon..." pinta Mina, membuat dahi pak Handoko berkerut.

"Tidak bisa! Di rumah ini sudah ada pembantu! Saya tak mau mempekerjakan orang sembarangan seperti kamu di rumah saya! Sekarang juga, saya akan antar kamu pulang! Ayo!" tegas pak Handoko, menolak mentah mentah permintaan gadis cantik dan muda itu.

Pak Handoko merasa jika gadis itu telah berbohong. Seorang pembohong tak pantas untuk dipercaya apalagi di pekerjakan di rumahnya! Bisa jadi benar apa yang dikatakan oleh Bagas, kalau gadis itu adalah mata mata para perampok!?

"Oom! Om! Tolong, saya Om... Saya dipaksa menikah dengan seorang lelaki tua Bangka oleh orang tua saya. Itulah mengapa saya kabur dan bersembunyi di dalam bagasi laki laki itu. Tolong saya, kali ini saya bicara yang sebenarnya..." ungkap Mina akhirnya, berterus terang.

Lagi, pak Handoko mengamati Minah dari ujung kepala hingga kaki. Kali ini pengakuan gadis itu cukup masuk akal.

"Baiklah... " ucap pak Handoko lagi. "Saya akan beri kamu kesempatan bekerja di rumah saya sebagai seorang pembantu. Tapi jika sekali saja kamu ketahuan macam macam... Saya akan bawa kamu ke kantor polisi! Mengerti!?" tandas pak Handoko, membuat Minah akhirnya bisa menghela nafas lega.

"Pah! Tapi kita tidak tahu asal usul gadis ini! Kalau dia adalah komplotan perampok bagaimana? Kita harus hati hati dan waspada, pah! Jaman sekarang modus operandi perampok banyak macamnya, termasuk mengumpankan seorang gadis cantik untuk menyusup lalu memberikan informasi rumah yang di susupinya kepada perampok, sebelum perampok itu beraksi!" tukas Bagas, tak setuju dengan tindakan papanya menerima Mina yang tak diketahui asal-usulnya bekerja sebagai pembantu.

"Sudah. Kamu tenang saja, Bagas! Papa lebih tahu apa yang papa lakukan! Lagi pula sistem keamanan rumah kita sudah berbasis AI. Perampok amatiran tak akan sanggup menembus sistem keamanan rumah ini!" tegas pak Handoko lagi.

Mina menyeringai senyum mengejek ke arah bagas. Sementara Bagas melempar tatapan tajam ke arah gadis pembawa sial itu.

'Awas saja kamu ya, cewek sialan! Cepat atau lambat aku bakal buat kamu enggak betah dan angkat kaki dari rumah ini!' Bagas membatin dalam hatinya.

****

Singkat kata, hari ini Mina mulai bekerja di rumah besar dan megah keluarga Handoko.

Sebenarnya di rumah besar keluarga pengusaha kaya itu sudah ada empat orang pekerja, di antaranya adalah Mbok Jum yang bertugas memasak, Bu inem bertugas bersih bersih, Anton-- lelaki  yang bertugas sebagai security merangkap tukang kebun, serta pak Muh, sebagai sopir pribadi keluarga Handoko.

Keempat pekerja itu memiliki kamar masing masing yang letaknya berada di bagian belakang rumah megah itu.

Hari ini Mina membantu Mbok Jum memasak.

Wanita paruh baya itu memberi tahu masakan apa saja yang harus tersedia di meja makan, seperti misalnya harus selalu ada sop ayam saat sarapan pagi yang merupakan makanan favorit pak Handoko, "Juga sambal ati ampela yang harus tersedia di meja makan saat jam makan malam, karena itu makanan favorit den Bagas," ujar wanita paruh baya itu dengan sabar dan juga ramah kepada Mina.

Minah manggut manggut sambil terus membantu mbok Jum mengiris bawang, cabai dan sayur sayuran yang akan dimasak.

"Oia, Mbok. Boleh ceritakan ada berapa orang jumlah anggota keluarga Tuan Handoko dan juga kepribadian mereka?" tanya Mina, penasaran.

"Tuan  Handoko memiliki seorang istri bernama nyonya Mariam, beliau ini punya usaha jual beli barang barang mewah dengan merk branded yang di datangkan langsung dari Prancis dan Italia, mulai dari tas, sepatu dan baju baju bermerk, perhiasan dan lain lain. Maka enggak heran kalau nyonya Mariam sering bepergian ke luar Negeri dan jarang berada di rumah." beber Mbok Jum yang merupakan ART paling senior di rumah ini karena sudah ikut keluarga Handoko selama hampir lima belas tahun.

"Lain lagi dengan Den Bagas. Dia itu sekarang kuliah semester enam di salah satu kampus terbaik di kota Jakarta ini. Kamu harus hati hati sama Den Bagas..." Mbok Jum memelankan nada suaranya.

Mina mengernyitkan alisnya tak mengerti.

"Memangnya kenapa saya harus hati hati, Mbok?"

"Kamu itu masih muda, cantik pula. Siapa tahu den Bagas itu mengincar kamu!"

"Me...ngincar?" ulang Naila, makin tak mengerti.

Sambil menggoreng telur di teflon mbok Jum melanjutkan ceritanya..

"Den Bagas itu tampan dan putra seorang konglomerat. Cewek cewek yang naksir dia juga banyak. Itulah kenapa banyak sekali cewek cewek di luaran sana yang sudah dibuat patah hati sama Den Bagas. Den Bagas itu suka PHP sama cewek, setelah bosan, dia bakal tinggalkan begitu saja. Itulah kenapa Tuan Handoko sering memperingatkan putranya untuk boleh memacari cewek sebanyak apapun, asal jangan sampai membuat salah satu diantara mereka hamil!"

"Memangnya kenapa kalau sampai hamil?" tanya Mina dengan kedua alis terangkat tinggi.

"Tuan Handoko enggak akan segan segan memaksa si gadis itu aborsi. Dan kalau di gadis menolak... Tuan Handoko akan melenyapkan si gadis itu selama lamanya!" imbuh Mbok Jum lagi.

"Ikh! Kok serem amat ya, Mbok? Memangnya pernah kejadian, Mbok?" tanya Mina lagi dengan kedua mata terbelalak lebar.

"Sudah dua kali, Non... Itulah kenapa bibi peringatkan, Non Minah jangan sampai terlibat asmara apalagi sampai mau di rayu sama den Bagas! Bahaya, Non!" bisik mbok Jum lagi, memperingatkan.

'Iih... Kok serem amat ya keluarga ini? Agak takut juga aku jadinya tinggal di sini... Takut di apa apakan sama si Bagas!' batin Mina sambil merinding ketakutan.

"Kalau Tuan Handoko lain lagi..." lanjut mbok Jum.

"Kenapa memangnya kalau Tuan Handoko, Mbok?" tanya Mina, penasaran.

"Tuan Handoko itu, paling enggak suka sama gadis yang keganjenan! Berani ada yang mencoba menggoda atau berpakaian terbuka di depan dia... Pasti besoknya bakal langsung di pecat! Intinya, kita sebagai pembantu harus benar benar kerja di rumah ini. Bukan tebar pesona apalagi cari perhatian sama mereka! Karena level cewek yang mereka sukai itu sangat tinggi. Jadi kita jangan pernah coba coba menggoda mereka!" tandas mbok Jum lagi.

"Iih... Boro boro mau menggoda, Mbok! Yang ada Mina malah takut dan ngeri setelah dengar cerita cerita dari Mbok Jum!" tandas Mina sambil mulai menyajikan sayur yang telah matang ke atas piring.

***

Tengah malam, Mina merasa gerah karena di dalam kamarnya yang sempit belum tersedia kipas angin.

Maklum saja, Mina hanya pembantu cadangan  yang terpaksa menempati ruangan gudang yang sebelumnya berisi barang pecah belah dan barang barang tak terpakai.

Namun setelah gudang itu di rapikan, ruangan itu disulap menjadi kamar tempat Mina tinggal.

Kebetulan ada banyak baju baju lama  nyonya Mariam yang sudah tak terpakai, sehingga Mina yang tak membawa apa apa saat datang ke rumah itu, terpaksa mengenakan baju baju bekas itu meski sedikit berbau tak sedap karena terlalu lama di simpan dalam gudang.

Karena tak bisa tidur, Mina pun memutuskan  keluar kamar untuk mencari udara segar.

Namun, saat hendak keluar, Mina justru melihat bayangan yang menyelinap dari kegelapan!

Bayangan dua sosok itu kemudian masuk ke dalam kamar yang diketahui sebagai kamar Bi Inem!

'Siapa dua orang tadi? Apakah mungkin mereka pencuri? Akh... Enggak mungkin! Masa pencuri malah masuk ke dalam kamar Bi inem?' batin Mina, sambil berjalan mengendap-endap mendekati kamar Bi Inem.

Kamar Bi inem kebetulan berada pada deretan paling ujung.

Mina pun menguping.

"Iya... Terus mas Anton... Terus... Ehm..." terdengar suara lenguhan seorang wanita yang bisa di tebak itu adalah suara Bi inem.

"Terus, Mas... Goyang terus. Lebih dalam...  Hem... " suara Bi inem membuat jantung Mina berdetak kencang!

'Owalah... Ternyaga Bi inem sedang di goyang oleh pak Anton, si security yang bertugas jaga di rumah ini? Ishh... Benar benar menjijikkan sekali kelakuan mereka!' batin Mina sambil bergidik, merinding.

Saking asiknya menguping di depan pintu kamar Bi Inem, Mina tak menyadari ada satu sosok yang perlahan berjalan mendekatinya.

Sosok itu menepuk pelan pundak Mina, hingga membuat Mina menjerit karena kaget!

"Aaakh!"

(Bersambung)