Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Tolakku

Tante Amara menganggukkan kepalanya sembari tersenyum seksi. Aku gelagapan dengan nafas yang sudah tidak lagi beraturan. Jantungku berdegup kencang membuat aliran darahku berjalan laju menuju otakku. Aku menelan ludah ku dan berkata,

"Ini pasti bercanda kan tante?" Kata ku.

Lagi-lagi duduk tante Amara semakin merapat padaku, tangannya membalikkan badanku dengan posisi telentang. Meraih pahaku dengan sengaja tangannya menyentuh batang kemaluanku yang sejak tadi makin mengeras saja, tante Amara pun lalu mengerang kecil,

"Ahh...".

Tante Amara beranjak menatapku sembari menunduk malu. Dengan wajah sendu dan sensual dia kembali bertanya padaku,

"Ren, jawab jujur yah... kamu sudah pernah begituan sama cewek belum?"

Dan dengan wajah kaget dan gugup aku sontak menjawab, "Be.. be...belum pernah tante.”

"Mau gak kalau tante ajarin...? Sebagai tanda Terima kasih karena kamu sudah memperbaiki TV tante" katanya.

Aku tak kuasa menjawab pertanyaan tante Amara tersebut. belum sempat aku membuka mulutku, tiba-tiba saja tante Amara langsung menyerang mulutku secara liar. Lidahnya terus berusaha menjilat seluruh bagian mulutku.

Tak hanya itu, tangannya pun terus meremas telinga dan rambutku. Pikiran ku seakan bercampur aduk sekarang, Tante Amara menindih badanku seraya menciumi bibirku. Selanjutnya tante Amara langsung melucuti daster transparannya dan terbentanglah dada sekal dengan beralaskan bra merah. Aku hanya terdiam membisu, tiba-tiba saja tangan tante Amara menarik tanganku dan langsung dibimbingnya ke arah dadanya.

"Ren tolong bukain Bra tante dong!"

Aku hanya bengong dengan wajahku yang memerah. Tante Amara memaksa tanganku untuk membukakan bra merahnya.

Wahh... Ini sungguh pemandangan yang sangat amat menakjubkan. Dada seksinya dengan ujung yang berwarna kemerahan sudah sangat tegak dan keras sekarang ada di hadapan ku. Tante Amara kembali mencium bibirku, dan menarik paksa tanganku ke arah dadanya. Aku meremas dengan pelan dadanya yang sekal itu. Ini sungguh sangat lembut dan halus, tante Amara merintih keenakan saat aku meremasnya.

"Ahh... Mm..."

Ini adalah ciuman pertamaku dengan seorang wanita, bahkan juga pertama kalinya aku memegang dada wanita. Hal ini sangatlah membuat ku gugup.

Tante Amara melepaskan ciuman mesranya padaku, dan menggapai kejantananku yang sudah sangat keras di bawah. Aku tiba-tiba saja terpikirkan tentang Jihan.

"Bagaimana jika Jihan mengetahui hal ini? Dan suaminya pasti juga akan membunuhku jika mengetahui apa yang aku lakukan pada istrinya" Gumamku dalam hati.

Aku mulai panik dengan berbagai pikiran-pikiranku yang muncul.

Yah... Ini memang sangat tidaklah baik, aku begitu tidak sopan pada ibu temanku. Aku harus mengakhiri ini...

"Tante... Gimana kalo Jihan tau yang kita lakukan sekarang?" Tanya ku pada tante Amara.

Tante Amara tersenyum padaku dan berkata,

"Ssttt... Jihan gak akan tau kok tenang aja, kamu fokus aja sama tante sekarang." Jawabnya ringan.

Aku memejamkan mataku dan menahan nafsu besarku pada tante Amara. Tak ku sadari tante Amara sudah melucuti celanaku. Mengelus-elus pahaku dan mulai meremas lembut batang kejantananku yang sudah sangat tegak dan keras di genggamnya dengan kedua tangan, dia seketika berkata,

"Ren, Punyamu besar terus panjang banget deh... Pasti bakal nusuk rahim tante nih... Tante boleh jilat gak?”

Jangan tan... Jangan, aku masih perjaka. Itu hal yang seharusnya gak kita lakuin tante... Kita harus mengakhiri ini… ucapku dalam hati.

"Ehhh... Tante mau jilat? Apa harus tan?" Tanyaku berusaha tenang.

"Iya Ren, biar kamu enak terus pas dimasukin nanti gak nyangkut." Ujar tante Amara meyakinkan ku.

Belum aku mengucapkan sepatah kata pun, Dengan beringas tante Amara langsung turun dan mulai menjilati batang kejantananku.

Aku merasakan sebuah kenikmatan baru yang luar biasa sekali. Sensasi ini berbeda saat aku onani dengan tanganku, Ini mungkin salah satu kenikmatan dunia ini yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Tante Amara menjilati dan menggemam batang kejantananku dengan sangat mahir sekali.

Kurasakan kepala burungku sampai menyentuh ujung tenggorokannya.

Jika Jihan tahu pasti sudah sangat membenciku sekarang... Aku melakukan sesuatu hal kesalahan pada ibu kesayangannya ini... Tidak, Ini bukanlah sebuah kemauanku... Tetapi tante Amara lah yang memulai ini terlebih dulu padaku...

Entah kenapa aku selalu berpikir tentang perasaan Jihan sekarang,

"Bagaimana aku harus menatap matanya nanti? Aku sudah sangat kaku... Aku harus mengakhiri nya." Gumamku dalam hati.

Tak lama setelah itu tante Amara melepaskan celana dalam merahnya dan merubah posisinya menjadi angka 69. Terlihatlah suatu pemandangan yang sangatlah indah, pantat sekal mulusnya menghipnotis ku dan aku melihat disisi lain terdapat bulu hitam dengan belahan merah dan segumpal daging merah kecil yang berkilau. Ini adalah area kewanitaan tante Amara, Terlihat sudah sangatlah basah seperti akan segera banjir.

"Ayo jilat kemaluan tante Ren" pintanya.

Aku membulatkan tekadku untuk segera mengakhiri ini. Jika aku melakukan hal tidak senonoh padanya, aku tidak tau bagaimana jika aku menatap wajahnya dan Jihan nanti.

"Tante... Duduklah!" Aku memberi perintah demikian padanya.

Dia menengok ke arahku dan menatap terkejut padaku, berkata, "Iya Ren..."

Tante Amara mengikuti perintah ku dan duduk di samping badanku, aku beranjak bangkit dan mendorong cepat tante Amara hingga terbaring.

"Ren... Tante malu, jangan menatap tante seperti itu!"

Dia memalingkan wajah malunya saat aku menatap tajam kearah matanya. Aku berada di atas tante Amara berkata, "Tante... Maaf tan, aku gak bisa ngelakuin hal gak sopan gini padamu."

Tante Amara kembali menatapku dan berkata,

"Gapapa Ren, ini kan bukan kemauanmu... Tapi tante yang ingin. Tante gapapa kok diginiin." Ucapnya khawatir.

"Gak bisa tan... Aku gak mau hubunganku denganmu bahkan dengan Jihan hancur gara-gara kejadian seperti ini. Kalau aku ngelakuin ini ke tante, aku gak tau harus menatap wajahmu dan Jihan seperti apa nanti." Jelasku padanya.

Tante Amara membuang pandangannya dan sedikit kecewa padaku. Namun dirinya tiba-tiba tersenyum manis, senyumannya membuat jantungku berdegup tak beraturan.

"Ya udah Ren, Maafin tante yah! Nafsu dan rasa kesepian tante gak seharusnya tante luapin kekamu…” Ucapnya lirih sembari tersenyum sangat manis.

"Kalau tante kesepian, aku bakal sering ngunjungin tante kalo aku lagi gak sibuk." Jawabku.

Aku beranjak turun dari ranjang empuknya dan segera keluar dari kamarnya. Aku sedikit menyesal dan senang ketika pergi meninggalkannya. Kesenanganku karena aku berhasil menghindari hal yang mungkin akan merusak hubunganku dengan keluarga tante Amara, Namun rasa sesalku adalah menolak melakukan kenikmatan dunia yang sudah ada di depan mataku.

Sialan... Ini sangat membuat kepalaku jadi ingin meledak... Mengapa tante Amara menjadi seperti ini sekarang? Dia tidak seperti tante Amara yang aku kenal, dia begitu gila sekarang.

Aku duduk di sofa tamu untuk meminum teh yang telah buatkan untukku. Kemudian aku segera pergi dari rumahnya. Saat aku sedang mengendarai motorku, pikiranku telah dipenuhi dengan wajah cantik tante Amara dan senyuman manisnya padaku.

Apa aku jatuh cinta padanya?

Tidak tidak... Dia ibu temanku, dan bahkan istri ayah temanku...

Tetapi tubuh seksinya selalu menghantui pikiran ku sekarang. Aku benar benar sudah kehilangan akal sehatku. Setiap kali memikirkan tentang tante Amara, dadaku tiba-tiba berdegup kencang seperti seorang yang sedang jatuh cinta.

Singkat cerita, Aku telah sampai di rumahku, dan berjalan menaiki tangga menuju kamar. Aku baring sambil memikirkan tante Amara. Guling di sampingku aku peluk erat dan aku cium liar sembari membayangkan itu adalah tante Amara.

Cekleekkk…

Seseorang membuka pintu

"Kak, kamu lagi ngapain? Kok nyiumin guling gitu..." Rutuknya mengagetkanku.

Nico, adalah adik laki-laki ku yang masih duduk di bangku sekolah SMA. Dia berbeda 4 tahun dibawahku.

Nico tiba-tiba datang masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu, aku berkata,

"Ngapain sih masuk masuk kamar orang... Kalo mau masuk ngetok pintu dulu napa...?"

Nico tertawa tanpa rasa bersalah dan berkata, "Hehe.. Oiya tadi ada teman kakak datang nyariin, tapi aku bilang kakak lagi keluar."

Aku terkejut penasaran dan bertanya kembali,

"Temanku? Siapa?"

"Gak kenal... Pokoknya cewek-cewek 2 orang, pacar mu kali." Ujarnya.

"Ngawur... Cewek? siapa ya?" Tanyaku sendiri.

"Ya gak tau bujang dibilangin juga... Oi Kak Ren! minta uang..."

Aku melemparkan guling ku pada adik ku dan menyuruhnya untuk keluar.

"Pala bapak kau uang, gak ada pokoknya gak ada... Keluar sana ah!”

"Pala bapak ku, pala bapakmu juga bujang..." Ucapnya mengejek.

Aku kembali berpikir tentang dua orang perempuan yang datang menemuiku dan segera mencari tahunya. Aku mengambil ponselku dari kantong celana ku, Namun aku sama sekali tidak menemukannya.

"Ponsel ku hilang!" Gumamku panik.

Aku mencari di setiap sudut kamarku, bahkan aku bertanya kepada Nico dan mamaku, tetapi mereka tidak mengetahuinya. Aku perlahan-lahan teringat sesuatu, saat aku di rumah tante Amara.

"Haaa... Masa jatuh pas tante Amara melepas celana ku tadi? Aku harus kembali kerumahnya? Aku kan baru saja pergi tiba-tiba dari sana... Huaaa... Aku menunggu aja lah sampai Jihan pulang."

Aku sangat tidak tahan dengan pikiran penasaran yang mengganjal di kepalaku, aku beranjak pergi kerumah tante Amara lagi untuk mengambil ponsel.

"Siapa tau ada hal penting... Ah bodo amat lah, aku kesana sekarang,"

Aku mengendarai motorku dan melaju kerumah tante Amara. Setelah lebih dari 15 menit aku sampai di depan rumahnya, dan memencet bel rumahnya. Tante Amara mengetahui kalau yang datang adalah aku, dan datang menemuiku untuk membukakan gerbang rumahnya.

"Huaaa... Dia cuma pakai handuk" Batinku

Tante Amara datang hanya memakai handuk putih yang membalut tubuhnya, tampak sekali lekukan sempurna di tubuh tante Amara. Hal itu membuat mataku sama sekali tidak berkedip dan hanya fokus memandangi tubuh seksinya.

"Rambutnya basah, dan badannya wangi banget... Dia pasti baru selesai mandi." Gumam batinku tak berhenti menatap tubuhnya

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel