
Ringkasan
Peringatan cerita ini mengandung adegan dewasa jadi untuk membaca bijaklah dalam memilih milih bacaan novel. Disclaimer: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata. Namaku Rendy umur 20 tahun, Seorang mahasiswa baru pada Universitas yang cukup terkenal di kota S. Setiap hari aku selalu beruntung karena terus dikelilingi oleh wanita-wanita cantik. Bukannya sombong, tapi memang itulah kenyataannya. Hingga suatu hari saat dimintai tolong oleh ibu temannya, aku melihat situasi dirumahnya sedang dalam keadaan sepi, kemudian dia mulai bersikap nakal padaku..
Nomor tak dikenal
Teleponku berdering "Kring Kring"
"Nomor baru? Nomor siapa ini?"
Aku mengangkat telponku penasaran,
"Halo"
Suara wanita yang menelpon ku terdengar sangatlah tidak asing bagiku. Aku bertanya untuk memastikan apakah wanita tersebut sama seperti yang ada di pikiran ku.
"Halo, ini siapa ya?" Tanya ku dengan penasaran.
"Ren, kamu gak kenal suara tante?"
"Ini tante Amara kan?"
"Iya benar Ren, aku tadi minta sama Jihan nomor kamu. Kamu lagi sibuk gak? Tante mau minta tolong nih," Ujar tante Amara.
"Gak nih tan, aku baru aja pulang dari kafe. emangnya mau minta tolong apa tan?" Tanyaku kembali.
"PC di rumah tante rusak nih, Kata Jihan kamu bisa benerinnya…”
"Iya tan bisa" Jawabku.
"Kalo gak sibuk ya Ren, Kamu kerumah tante aja nanti!"
"Oke tan, aku otw nih."
"Oke Ren."
Jam menunjukan pukul 8 pagi, Aku baru saja pulang dari cafe tempat ku kerja sambilan. Aku bekerja mengambil shift 3, bekerja dari jam 2 pagi sampai jam 7 pagi, Jadi saat pulang kerja aku bisa langsung siap siap untuk kuliah, tetapi hari ini sedang tidak ada mata kuliah. Sedangkan Jihan bekerja di shift 1 menggantikan ku, bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang dan berkuliah di sore hari.
Aku bersiap diri sebelum berangkat menuju rumah tante Amara, Mencuci wajah ku dengan sabun cuci wajah andalan ku. Tidak lupa menggosok gigiku agar nafasku dipagi hari tidaklah berbau. Menatap wajahku di kaca kamar mandi,
"Uhh ganteng banget dah… Pantesan cewek pada naksir."
Di lingkunganku, Aku memanglah terbilang cukup populer dikalangan wanita. Hampir setiap minggunya selalu saja ada wanita yang deketin aku, Bahkan nembak secara tiba-tiba. Tapi anehnya di diriku, aku menolak semua perempuan itu. Semua itu bukanlah tanpa sebab. Dahulu saat masih SMP, Aku punya seorang wanita yang kucintai namanya Bella. Aku berpacaran sudah hampir jalan sekitar 6 bulan, Tetapi disaat diriku yang lagi sayang sayangnya padanya. Dia memberikanku kabar kalau dia akan pindah ke Singapura untuk menjalankan pengobatan ibunya yang mengidap penyakit berat. Disaat itulah hatiku serasa mati rasa hingga saat ini. Aku sudah tidak tertarik lagi pada wanita lain, dan hanya Bella lah yang masih membekas dihatiku.
Ahh... aku terlalu panjang menceritakan masa lalu ku yang tidak lagi penting.
Aku bersiap ke rumah tante Amara, mengganti pakaianku dengan yang baru karena yang tadi sudah sedikit berbau terkena keringat saat bekerja. Tidak lupa memberikan sedikit wewangian untuk tubuhku.
Aku berangkat menggunakan motor yang sudah dimodifikasi menjadi motor sport. Tidak berjalan lama aku di perjalanan, membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari rumahku menuju rumah tante Amara.
"Rendy... Masukan aja motormu!" Perintah tante Amara padaku.
Tante Amara membukakan gerbang rumahnya yang terkunci rapat untukku. Aku memarkirkan motorku di garasi rumah tante Amara. Pandangan ku seketika tertuju pada pakaian yang tante Amara pakai. Alangkah terkejutnya aku melihat hal itu. Pakaian yang dikenakannya adalah daster Putih yang sedikit transparan.
Indra ke-enam ku pasti telah terbuka sekarang... Sebagian lelaki pasti mengerti tentang apa yang sedang aku pikirkan. Yah benar... Tubuh seksinya. Mataku sekarang seakan akan telah dihipnotis dengan tubuh seksi tante Amara. Terlihat jelas warna bra dan celana dalamnya di mataku. Merah... Warna itu tampak sangat jelas dari luar daster Putih transparannya.
Ditambah dengan badannya yang cukup seksi bagiku, karena walaupun sudah terbilang mulai berumur, Tante Amara masih sempat menjaga tubuhnya dengan melakukan senam "BL" Seminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurutku mempunyai tinggi sekitar 167 cm, dan berat sekitar 49 kg, ditambah ukuran dadanya kira kira 38B.
"Ren masuklah!"
Aku masuk membuntuti tante Amara dari belakang sembari memandangi bagian pangkal paha di sebelah belakang yang seksi saat berjalan. Dirumah tante Amara sedang kosong dan hanya dia satu satunya yang berada dirumah. Al sedang bersekolah, Sedangkan Jihan bekerja sambilan di cafe tempat ku bekerja. Pikiran ku menjadi semakin acak acakan.
"Ini Ren PC tante yang rusak... Gabisa dinyalain Ren, udah tante colokin padahal."
Tante Amara langsung menunjukkan ku PC nya dan memberi tahuku masalah dan penyebabnya menjadi seperti itu.
"A-ah iya tan, ini mah cara benerinnya gampang tan."
Aku meminta peralatan yang ada untuk dibawakan kepadaku. Tante dengan gerak cepat segera mengambilkan apa yang aku perlukan untuk memperbaiki PC nya.
"Ren, Tante buatkan teh dulu ya... Nanti kalau ada alat lain yang kamu perlukan tinggal panggil tante aja." Ujar tante padaku.
"Ahh tante gak perlu repot repot tan... Aku biasa kesini, kok malah jadi ngerepotin tante gini."
"Gak Ren, tante malah yang sering ngerepotin kamu... Tante tinggal dulu ya." Jawab tante Amara.
"Iya tante,"
Aku perlahan serius mulai memperbaiki PC tante Amara dengan sangat hati-hati. Namun ditengah aku memperbaikinya, aku kekurangan sebuah kunci yang cukup penting untuk membuka part dalamnya. Aku mulai berkeliling untuk mencari tante Amara sembari memanggilnya.
"Tan... Tante... Aku butuh kunci yang lain tan, Tante dimana... Tan..."
Tiba-tiba saja aku mendengarkan suara desahan yang muncul dari toilet rumah tante Amara. Aku sangat penasaran dengan suara itu dan dengan hati hati menemui sumber suara yang muncul di telingaku. Pintu toilet terbuka cukup lebar, Aku dengan pelan mengintip dari luar. Aku sungguh sangat terkejut dengan apa yang aku lihat kali ini. Dari balik toilet yang terhalang kaca transparan, terlihat seorang Tante Amara tanpa busana dan hanya mengenakan bra merah terangnya bermain dengan jet shower toilet. Benda itu dia semprotkan kencang ke alat kelaminnya dan mendesah cukup keras.
Keberuntungan ku kali ini hanya setengah saja, saat sedang seperti itu posisinya berbalikan dengan ku. Yang aku lihat hanyalah punggung dan bokong tante Amara yang sangat mulus dan seksi. Desahnya membuatku menelan ludah ku sendiri. Tanganku tanpa sadar merogoh adik kecil ku dibawah yang sudah sangat tegak seraya memandangi indah tubuh tante Amara.
Aku tahu ini salah... Tapi semua lelaki pasti akan seperti ini ketika berada di posisi ku sekarang.
"Ahhh... Umm... Enak banget..." Erangan Lirih tante Amara.
Tiba-tiba saja tante Amara menyudahi permainannya. Belum sempat tante Amara membalikkan badan, aku dengan cepat pergi tanpa jejak sebelum ketahuan olehnya.
"Apa itu benar-benar tante Amara yang aku kenal? Mengapa dia seperti itu?" Gumam lirihku sambil berlari pelan menuju ruang tamu.
Tak berjalan lama, Tante Amara datang dengan berpakaian kembali dan membawakan ku sebuah teh panas.
"Rendy... Ini tante bawakan teh buatmu! Diminum ya!" Seru tante Amara.
"I-iya tan... Hehehe... O-oiya tan, Tante ada kunci ukuran ini ga?" Respon ku dengan gugup pada tante Amara.
"Ada Ren, sebentar ya tante ambilkan"
"Ah iya tan.”
Tante Amara pergi mengambilkan peralatan yang sedang aku butuhkan. Aku menghela nafas sambil perlahan-lahan menjernihkan pikiranku yang sudah sangat kotor tentang tante Amara. Aku meletakkan Kepalaku di atas meja ruang tamu rumahnya. Tante Amara datang dengan membawakan alat yang aku butuhkan, dan berkata,
"Ini kan Ren?.... Eh.. Kamu pasti capek banget habis kerja ya Ren? Maafin tante Ren... Tante pasti ngerepotin kamu banget."
Aku dengan cepat mengangkat kepalaku sambil menggelengkan dan melambaikan tanganku lalu berkata, "Enggak tan, gak sama sekali kok... Aku malah seneng bisa berguna buat tante..."
Tante Amara tersenyum khawatir padaku, aku membalasnya dengan senyuman manisku.
Tante Amara memberikan ku peralatan itu dan mendekat kepadaku. Saat aku sedang membongkar PC, tiba-tiba tante Amara menempel di belakangku.
Mula-mula aku tidak menaruh curiga sama sekali, mungkin saja dia sedang tidak enak kepadaku. Namun tak lama aku merasakan ada sesuatu yang menempel di punggungku. Itu terasa sangat empuk dan hangat, Aku membalikkan pandanganku dan melihat dada tante Amara yang sekal itu menempel di punggungku dengan sengaja.
"Rendy... Tante mau liat gimana cara perbaiki PC nya itu."
Tante perlahan menggesekkan dadanya di punggungku dan dengan lirih terdengar sebuah desisnya.
"Ahh"
Arghhh... Aku sama sekali tidak bisa fokus dengan pekerjaan ku sekarang... Dadanya terasa sangat enak membuat pikiranku semakin traveling jauh menembus langit.
"Tan..."
"Kenapa Ren?"
"Oh sorry Ren, hehehe... Tante terlalu deket ya? Kamu jadi gak fokus..."
Tante Amara perlahan menjauh dari punggungku dan berpindah kedepan ku. Di depanku kali ini juga membuat ku tidak bisa fokus.
Belahan dadanya tampak jelas di depan mataku, tetapi ini masih sedikit teringankan ketimbang yang tadi. Dadanya sangat sekal dan mulus dengan beralaskan bra merah terang.