Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5 SERANGAN BALIK

Lama aku diam termenung, meratapi kenyataan memalukan yang baru saja menimpaku ini. Jika aku bercermin, mungkin saja wajahku akan terlihat seperti trafficlight; merah, kuning, hijau, di langit yang biru.

Bila saat ini kami sedang berada dalam sebuah ruangan tertutup, tentu sekalian saja aku buka celanaku, biar dia kagum dengan isinya. Namun di tempat ramai terbuka seperti ini, adalah momok yang sangat memalukan.

Hape Ratna masih dalam genggamanku. Ku jauhkan bila dia berusaha merebutnya kembali.

“Aku sudah menghapus semua foto itu dan tak mengirimkan pada siapa-siapa. Kenapa bisa ada lagi ya?” Kata Ratna bingung, mengawali pembicaraan.

Pikiranku pun langsung terjaga, mengalihkan rasa maluku pada pristiwa barusan. Pisangku pun pengertian dan memilih untuk terlelap kembali. Tak ku jawab pertanyaan Ratna.

Terbersit dalam benakku pada cloud penyimpanan gegel photo.

Ya, sudah pasti orang itu mendapatkan foto Ratna dari situ, karena setting auto sinkron hape Ratna. Aku rasa benar kecurigaan Ratna jika pelakunya adalah salah satu orang di service center hape itu.

Untuk meyakinkan kebenaran hipotesaku, maka ku ambil hape dari dalam tas yang telah berjasa menutupi maluku. Kemudian, kubuka aplikasi position tracking (PT) buatanku, yang dahulu aku bikin saat aku mengerjakan projek tugas mata kuliah ‘sistem informasi data’.

Nomer hape tak dikenal milik pelaku pemerasan yang tertera di aplikasi chat milik Ratna, aku masukkan dalam aplikasi PT dan kutekan tombol cari. Sesaat muncul icon berputar yang menandakan aplikasi PT sedang bekerja mencari titik lokasi nomer tersebut berdasarkan koordinat GPSnya. Tidak sampai satu menit, aplikasiku pun memberikan data koordinat GPS tempat nomer itu sedang berada, lengkap beserta seri hape, alamat IP dan lain-lain.

Saat ini yang kubutuhkan hanya koordinat dimana hape itu berada. Maka aku menyalakan laptop, dan membuka gegel map untuk mencari dimana lokasi koordinat itu berada. Munculah titik lokasi di daerah pusat kota. Setelah ku pantau lebih lanjut lokasi itu di gegel map, ternyata koordinat hape itu memang berada di service center hape tempat Ratna memperbaiki ponselnya. Benar dugaan Ratna.

Aku yakin, bahwa pelakunya bukan seorang bajingan profesional. Pekerjaanya saja tidak rapi. Sangat mudah dilacak.

Ratna duduk bengong, sambil mengamatiku yang tengah asik sendiri bermain dengan laptop dan hape. Melihat mukaku sedang serius membuatnya tak berani mengganggu dan bertanya tentang apa yang sedang aku lakukan. Hanya diam saja.

Sesaat aku berpikir, metode apa yang akan aku gunakan; apakah meretas hape orang itu, atau menanamkan spyware ke hapenya.

Setelah ku pertimbangkan, aku memilih untuk menanamkan spyware ke hape si pelaku, karena lebih hemat waktu dibandingkan meretasnya langsung.

Tanpa minta ijin kepada Ratna, aku menjalankan langkah pertama, yaitu membalas pesan chat ke nomer tak dikenal itu, yang dari semalam hanya dibaca Ratna saja tapi tidak ia balas. Ku lakukan itu untuk memancingnya bereaksi. Agar aku bisa menentukan langkah selanjutnya.

> Kak, tolong jangan sebar fotoku ya. Please

> Aku akan transfer uangnya

Isi chat pesan balasanku yang menyamar menjadi Ratna.

Sembari menunggu mendapatkan balasan. Aku menjalankan langkah kedua, yaitu meretas website milik service center hape itu yang alamat situsnya kudapatkan dari search gegel serta kudapatkan alamat IP server-nya dari aplikasi IP finder. Aku meretas masuk melalui halaman admin Cpanel website tersebut. Ku terobos melalui form login-nya menggunakan aplikasi user-password cracker khusus buatanku. Semua aksi selalu ku lindungi proxy yang menyamarkan lokasi dan data device-ku.

Tak berlangsung lama. Aku pun berhasil masuk ke halaman admin Cpanel  website itu yang berisi keseluruhan data websitenya.

Beberapa saat kemudian, munculah balasan pesan chat dari nomer tidak dikenal itu.

> Ok, kamu transfer ke norek 170845***1

> 1 juta ya! Ga boleh kurang!

> Awas kalo sampai kurang atau kamu berani lapor polisi. Bakal langsung aku sebar foto2 kamu!

Isi pesan chatnya.

> Baik kak, aku ke atm dulu buat transfer

Balasku.

Langkah ketiga. Aku menyiapkan gambar struk transfer dari bank yang sudak aku rekayasa nomer rekening tujuan, nominal transfer dan waktu transfernya, dengan bantuan aplikasi image editor. Tak lupa ku sisipi baris kode dalam metadata file gambarnya. Apabila file gambar itu dibuka maka akan mengeksekusi kode yang telah kusisipkan. Isi kodenya adalah perintah mengunduh sebuah aplikasi spyware buatanku yang tersimpan di hosting (penyimpanan data online) dan otomatis menginstall aplikasi tersebut di hape pengunduh secara senyap.

Gambar itu aku kirim ke nomer pelaku, seolah sebagai tanda bukti bahwa uangnya telah ditransferkan. Aku mengirimnya dengan cara khusus, agar sisipan kodenya tidak hilang. Tak lupa ku bubuhkan keterangan dalam pesan chatnya, agar terlihat seperti beneran sudah ku transfer uangnya.

Langkah keempat. Ku siapkan aplikasi emulator, yang berguna untuk mengendalikan hape korban dari jarak jauh saat spywarenya terinstall; juga bisa menjelajahi isi ponsel tanpa diketahui si empunya hape.

Sesaat kemudian, indikator di aplikasi emulator-ku pun memberi pesan. Menandakan jika hape yang kukirim pesan gambar sudah masuk dalam kendaliku. Artinya spywareku sudah terinstall di hapenya tanpa ia sadari.

Langkah kelima. Melalui aplikasi emulator-ku, aku dapat melihat bila hape terinstalli spywareku itu tengah tersambung pada jaringan wifi kantornya. Aku dapat melihat informasi merk dan model perangkatnya, serta masuk ke kedalam perangkat modem wifi kantornya melalui form login admin yang user dan passwordnya ternyata masih default, tidak diganti. Saat berhasil masuk, Aku pun telah menguasai jaringan LAN kantor itu. Artinya, aku bisa masuk pula dalam setiap komputer yang tersambung jaringannya dan di salahsatunya ku tanami malware yang nantinya akan menghapus semua data di setiap komputer yang tersambung pada jaringan LAN, ketika ku aktifkan malware-nya melalui laptopku.

Langkah keenam, mengunduh seluruh file gambar dari hape yang ku kendalikan itu ke dalam laptopku. Inilah proses yang paling banyak makan waktu.

Ratna masih saja 'bengong mlompong kagak dong babar blong' mengamatiku. Pandanganya kosong dan terlihat bingung.

Beberapa pesan chat dari nomer tak dikenal itu masuk.

> Belum masuk transfernya!

> Kamu mau nipu aku ya?

> Aku sebarin foto kamu sekarang!

Isi pesan chatnya marah karena merasa di bohongi. Emang iya kan. Cara ampuh melawan penipu adalah dengan menipunya, seperti muatan negatif bila ketemu muatan negatif makan akan menjadi positif. Aku suka yang ++.

> Jangan kak, please

> Beneran, sumpah sudah aku transfer uangnya

> Tunggu bentar lagi, barangkali masih proses

Balasku bersandiwara untuk mengulur waktu sampai semua file gambar selesai terunduh.

Tiga menit berlalu, akhirnya unduhan selesai. Saatnya melancarkan langkah ketujuh. Langkah terakhir.

Lewat aplikasi emulator-ku, hape pelaku pemerasan itu ku riset ke 'setelan pabrik'. Aku aktifkan juga malware yang sudah kutanam tadi; lewat laptopku.

“Hasta la vista, baby!” gumamku dalam hati saat menekan tombol aktivasi malware. Biar keren kayak film Terminaltor gitu sih.

Maka, pada saat bersamaan itu pula semua data di hape pelaku pemerasan yang ku kendalikan dan semua komputer di service center itu terhapus lenyap tanpa bekas. Dengan begitu, semua foto Ratna yang ada di service center hape itu akan terhapus. Yang tersisa hanya ada di hape Ratna dan laptopku.

O iya, hampir lupa. Masih ada satu lagi yang perlu ku lakukan, yaitu mencari kambing hitam.

Berbekal software image editor, foto wajah pelaku pemerasan yang telah terunduh di laptopku kutempelkan pada gambar badan cowo telanjang dan lagi colay. Dibawahnya ku bubuhi tulisan ‘AKULAH PELAKUNYA’.

Setelah itu aku masuk kembali ke halaman admin website yang telah ku retas dan menghapus semua data dalam hosting-nya. Ku sisakan satu file index.html yang menjadi halaman utama. Apabila website service center hape tersebut di akses, maka akan menampilkan gambar orang yang sudah ku edit tadi.

Usai langkah terakir, segera ku hapus semua jejak digital dengan cara merestart laptopku yang telah terinstall aplikasi DeepFreeze.

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan si pelaku pemerasan dan kantor service center hape itu. Aku tak peduli. Mungkin nomer ponsel ratna masih tercatat di invoice kantor itu. Terburuknya. Jikalau mereka membalas dendam, maka akan ku ladeni dengan caraku lagi.

Ya, aku memang jahat dan sadis. Namun, Ratna itu temanku sejak sekolah dulu. Walaupun prilakunya kadang membuatku sebal, tapi aku tak rela bila ada yang menjahatinya.

“Selesai sudah.” Kataku pada Ratna yang masih plonga plongo kaya kebo.

“Maksudnya selesai?” Tanya Ratna yang tersadar dari bengongnya namun masih bingung.

“Masalahnya sudah selesai.”

“Orang itu sudah tidak punya fotomu lagi.” Jawabku datar.

“Yang bener Man?” Wajah Ratna pun berubah sumringah.

“Hmmmmm….” Responku biasa aja.

“Makasih ya Man.” Ucap Ratna dan spontan langsung memeluk tubuhku, membuatku teringat foto dadanya saat gunung kembar Ratna menyentuh hangat.

“ Woi, jangan bikin malu lagi donk! Nanti celanaku naik lagi!” Kataku setengah berbisik. Untungnya pahaku masih tertutup tas.

Ratna pun segera melepaskan dekapan, sambil tertawa dan duduk merapatkan tubuh sambil menyandarkan kepalanya di bahuku. Sejenak kami pun terdiam dalam posisi itu.

Yang tak diketahui Ratna adalah ganjaran yang bakal diterima si pemeras, akibat ulahnya sendiri dan kemungkinan balas dendamnya.

“Bagaimana aku harus membalasmu Man?” Tanya Ratna tersenyum sambil memainkan jarinya seperti anak kecil.

“Aku minta foto-fotomu ya? Buat tambahan koleksiku hehehehe….” Jawabku lugas.

Sontak, Ratna menarik kepalanya dari bahuku, senyumnya luntur dan memandangku dengan tatapan penuh kebencian.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel