Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. MENATAPNYA MEMBUAT JANTUNG BERDETAK CEPAT

"Non Arlyna!" 

Suara pria memanggil namanya ketika sedang berjalan menuju ke taman belakang. 

"Wah, cantik sekali! Sampai pangling mamang melihatnya," mamang, sang sopir pribadi Gideon datang mendekati Arlyna.

"Kirain siapa?" Arlyna berhenti melihat mamang. 

"Sendirian non?!"

"Berdua," jawab Arlyna santai sambil merapikan gaun yang dipakainya.

Mamang melihat kiri kanan. "Dengan siapa?!" 

"Itu!" tunjuk Arlyna pada bayangan tubuh yang ada di bawah terkena sorot lampu.

Mamang terkekeh. "Bisa saja non ini."

Arlyna melihat ke arah rumah. "Di dalam sudah banyak yang datang mang?!" 

"Sudah penuh non," jawab mamang. "Masuk saja non! Tapi non, tahukan acaranya di taman belakang?!"

Arlyna ragu untuk masuk karena pasti tidak ada seorangpun yang dikenalnya. Beberapa saat hanya berdiri mematung sampai mamang memintanya pergi saja ke taman belakang menemui Tuan muda Gideon.

Suara alunan musik dengan diiringi biola terdengar oleh Arlyna. Kaki yang terbalut sepatu high heels melangkah tegas menuju ke taman belakang seperti apa yang tadi siang disampaikan Nyonya Mela kalau acaranya ada di taman belakang.

Suara lembut dari alunan biola terdengar syahdu di telinga Arlyna. Pandangannya mengedar ke sekeliling, banyak anak muda yang seumuran dengannya sedang berbincang dan benar saja, tak ada seorangpun yang dikenalnya di acara yang belum Arlyna ketahui sama sekali sebenarnya acara apa karena Nyonya Mela hanya mengundangnya tanpa memberitahu acara apa.

"Minumannya nona," seorang pelayan berseragam putih hitam membawa baki kecil datang menghampiri Arlyna yang sedang berdiri tak tahu harus berbuat apa.

"Terima kasih." Arlyna mengambil satu gelas  orange juice.

Tidak jauh dari tempat Arlyna berdiri, Gideon sedang asyik berbincang dengan rekan bisnisnya. Sampai satu temannya melihat Arlyna.

"Hai bro, coba lihat itu! Gue baru melihat gadis itu!" tunjuk temannya, Bram.

Gideon melihat ke arah yang ditunjuk Bram. Hatinya mendesir ketika matanya bertabrakan dengan kedua bola mata Arlyna yang juga sedang melihatnya.

"Bro, kok malah bengong!" tegur Bram. "Siapa gadis itu? Cantik."

Gideon gugup, orange juice yang ada di tangan langsung diteguknya. Entah kenapa, jantungnya selalu berdegup kencang kalau melihat Arlyna.

Suara dari mic memecah konsentrasi Arlyna yang meminta semuanya berkumpul ke depan karena acara akan segera dimulai. Dengan bingung, Arlyna mengikuti saja apa yang diarahkan dari orang yang memegang mic.

Nyonya Mela tampil anggun dalam balutan gaun malam hasil rancangan Arlyna, berjalan bersama suaminya menuju ke depan di mana Gideon sudah berdiri menunggu.

"Sebenarnya acara apa sih ini? Gue bego banget sampai lupa tidak tanya pada Nyonya Mela tadi siang. Jadi bingungkan gue akhirnya," hati Arlyna menggerutu sendiri.

Banyak wanita yang kebetulan berdekatan dengan di mana Arlyna berdiri saling berbisik memuji ketampanan dari Gideon Bastian. Dari mereka pulalah, Arlyna tahu kalau Gideon merupakan anak tunggal pewaris perusahaan raksasa milik keluarganya. 

"Ternyata si Gideon ini hebat juga. Gue pikir, dia cuma pekerja biasa saja yang ikut mejeng di kantor bapaknya, ternyata oh ternyata dia seorang CEO," Arlyna hanya bisa bicara sendiri di dalam hatinya.

Satu per satu susunan acara dimulai, Arlyna akhirnya mengetahui acara yang sedang berlangsung adalah pesta ulang tahunnya Gideon Bastian. 

Satu kue tart dengan susunan cukup tinggi dibawa menggunakan troli kecil oleh dua orang pelayan pria ke tempat di mana Gideon berdiri. Tepuk tangan meriahpun terdengar riuh begitu juga dengan Arlyna ikut-ikut saja tepuk tangan. 

"Sudah besar begitu masih tiup lilin. OMG!" Arlyn tanpa sadar bergumam. "Dasar anak mami!"

"Ssst,, jangan sembarangan bicara," pria yang berdiri samping Arlyn menegurnya. "Kalau Gideon dengar, dia pasti marah."

Arlyna menutup bibir. "Ups. Sorry."

Tepuk tanganpun kembali terdengar menyertai satu per satu acara yang sedang berjalan. Dari mulai tiup lilin sampai acara suap menyuap kedua orangtua Gideon.

Arlyna hanya bisa tersenyum simpul, apa yang terjadi di depannya sungguh seperti acara ulang tahun umur belasan tahun bukan ulang tahun orang dewasa seperti Gideon. 

Selesai semua, Arlyna kembali memisahkan diri sampai seseorang menyapanya. "Hai. Sendirian?!"

Berdiri pria berjas hitam yang tadi menegurnya, tersenyum manis menatap Arlyna.

"Seperti yang kamu lihat."

Pria tersebut mengulurkan tangan. "Dafa. Kamu bisa memanggilku Dafa."

Arlyna melihat tangan yang terulur, dengan berat hati menyalami. "Arlyna Aira."

"Nama yang cantik, secantik orangnya," puji Dafa.

Arlyna melengos, baginya bukan satu kali dua kali mendengar pujian seperti itu. "Ini nih, salah satu buaya darat lepas dari penangkaran, tidak bisa lihat jidat licin," gerutu Arlyna dalam hati.

"Saya baru melihatmu. Apa kamu temannya ,,,," belum sempat Dafa melanjutkan kalimatnya, mamang sopir pribadi keluarga Gideon menyela.

"Non Arlyna, kata Nyonya besar, non diminta ikut bergabung di sana," tunjuk mamang pada meja kursi yang telah duduk keluarga Gideon.

"Gue? Eh,, maksudku, saya!" tunjuk Arlyna pada dadanya sendiri.

"Iya," mamang mengangguk. "Mari non," ajak mamang. 

Setelah pamit pada Dafa yang masih penasaran, Arlyna mengikuti mamang dari belakang. 

Arlyna duduk dengan canggung apalagi Gideon tak lepas menatapnya, semakin tak bisa berkutik Arlyna bersikap.

"Ini siapa?!" tanya Tuan Alex.

Arlyna dengan sopan langsung memperkenalkan diri. "Saya Arlyna Aira, Tuan."

"Dia ini yang fashion designer," sambung Nyonya Mela. "Gaun yang mami pakai ini, salah satu rancangannya. Baguskan?!" 

Tuan Alex hanya mengangguk kecil. Sorot matanya bak elang menatap tajam pada wajah Arlyna.

Arlyna terlihat gugup, taplak meja yang menjuntai di atas paha diremas menjadi satu-satunya sasaran untuk menyalurkan kegugupannya. 

Gideon tahu Arlyna gugup, gelas orange juice di dekatkan pada Arlyna. "Minum?!"

"Terima kasih."

Tak berapa lama kedua orangtua Gideon pergi meninggalkan mereka berdua untuk menemui beberapa tamu yang baru saja datang.

"Ehm,," Arlyna berdeham sebelum bicara. "Selamat ulang tahun."

"Thank you," jawab Gideon datar padahal jantungnya berdetak cepat ketika Arlyna menatap wajahnya.

Tidak ada yang bicara lagi sampai Dafa muncul memberi ucapan selamat pada Gideon. 

"Thank you, bro!"

Suasana canggung pun langsung mencair begitu Dafa ikut bergabung, tak lama kemudian satu per satu datang teman-teman Gideon ikut bergabung. 

Arlyna hanya bisa tersenyum samar, kadang tidak mengerti dengan apa yang sedang mereka bicarakan. 

Selagi asyik berbincang, tiba-tiba rintik hujan turun dari langit. 

"Wah ,,, hujan!" 

Orang-orang yang sedang menikmati pesta berhamburan mencari tempat berteduh. 

Gideon mengadakan pesta ulang tahunnya di outdoor, otomatis jika turun hujan akan basah semuanya.

Arlyna bangun dari duduk, tas tangan miliknya dipegang erat bersiap akan mencari tempat berteduh seperti yang lain.

"Ayo!" Tanpa sadar, Gideon meraih tangan Arlyna. "Kita cari tempat berteduh."

Aliran darah dalam setiap urat di dalam tubuh Arlyna seakan berdesir begitu cepat menuju jantung sehingga menghasilkan detak begitu cepat ketika Arlyna melihat pergelangan tangannya dipegang Gideon.

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel