3. INSIDEN MEMBAWA BERKAH
"Bibi!" panggil Nyonya Mela.
Dengan tergesa-gesa bibi datang. "Iya, Nyonya!"
"Kalau ada orang datang dari butik Nyonya Ratih beritahu saya!"
Bibi mengangguk. "Iya Nyonya."
Setelah itu, Nyonya Mela pergi ke ruang makan menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya yang rutin dilakukan nya setiap hari.
"Darimana mam?!" tanya suaminya sedang asyik mengoleskan selai coklat ke roti panggangnya.
"Dari dapur melihat persiapan untuk acara nanti malam," jawab istrinya.
"Di mana yang mau ulang tahunnya?!" tanya suaminya tidak melihat keberadaan putra semata wayangnya sarapan.
"Sudah berangkat ke kantor."
"Pagi-pagi begini sudah berangkat ke kantor?!" tanya papi tak percaya. "Biasanya jam segini masih ngorok."
"Tadi dia ngomel karena di rumah pagi-pagi sudah berisik! Padahal berisik juga untuk acaranya dia nanti malam," jelas mami.
Sementara itu jauh dari kediaman Tuan Alex, Arlyna sedang kebingungan di pinggir jalan. Entah kesialan apa yang sedang menimpanya, mobil butik yang sedang dibawanya tiba-tiba saja mogok.
"Kenapa ada acara mogok segala sih ini mobil? Mana mogoknya ditempat sepi lagi, pilih-pilih kek kalau mau mogok!" gerutu dan omel Arlyna melihat mobil Honda jazz merah yang ada di depannya.
Dilihatnya sekeliling, tak ada satu orangpun untuk dimintai tolong bahkan semut lewatpun tak terlihat batang hidungnya.
"Gue harus bagaimana ini?!" tanyanya pada diri sendiri. "Mana bawaan barang gue banyak banget lagi. Masa iya, gue pikul ini semua ke rumah Nyonya Mela?! Yang benar saja!"
Dilihatnya sekali lagi ke sekitar untuk memastikan ada orang atau tidak, tapi hasilnya tetap sama.
Arlyna akhirnya menyerah. Setelah menghubungi bengkel langganan butik, Arlyna membawa semua barangnya berharap setelah berjalan ke depan akan ada kendaraan yang lewat. Satu tangan kanan membawa kotak box yang cukup besar berisi gaun pesanan Nyonya Mela dan satu kiri membawa paper bag berisi perlengkapan jahit menjahitnya dan beberapa aksesoris bila nanti diperlukan sementara tas selendangnya dibiarkan menggantung di bahu.
"Sial banget! Kalau gue menunggu orang bengkel datang, bisa kena semprot Nyonya Ratih karena telat mengantar gaun ini ke rumah Nyonya Mela. Apes, apes!" gerutuan tak hentinya ke luar dari bibir Arlyna.
Satu meter, dua meter telah terlampaui. Kaki Arlyna yang memakai pantofel hitam melangkah dengan sangat hati-hati karena banyak genangan sisa air hujan di beberapa tempat.
Arlyna berjalan sambil bersenandung untuk mengusir kekesalannya dan tentu saja untuk mengusir kesepian disekitarnya.
"Udaranya segar juga di sini, tapi jalannya tidak bersahabat," gumam Arlyna fokus melihat tanah becek yang dilewatinya agar tidak terpeleset.
Selagi asyik berjalan menghindari genangan air pinggir jalan, tiba-tiba sebuah mobil sport warna merah melaju kencang sehingga menciptakan cipratan air kubangan ke tubuh Arlyna yang sedang berjalan.
Sesaat kedua bola mata Arlyna melebar, tak bisa berkata-kata ketika melihat sebagian tubuh dan rambut panjangnya telah ternoda oleh air kubangan.
"Ya ampun!" teriak Arlyna geram setelah beberapa saat terdiam karena shock.
Mobil sport berhenti setelah menyadari ada orang terkena cipratan air kubangan karena ulahnya. Mundur secara perlahan menghampiri wanita yang sibuk membersihkan noda air kubangan di bajunya.
Arlyna geram, menatap tajam mobil sport merah yang berhenti tepat di depannya. "Menyebalkan! Tidak tahu tempat! Sudah tahu banyak kubangan di sini, bawa mobil seenak jidat sendiri!" omelnya.
Satu detik, dua detik pintu mobil tidak juga terbuka begitu juga dengan kaca mobilnya. Arlyna masih berdiri mematung menatap tajam mobil sport merah yang ada di hadapannya, ingin tahu wajah orang yang ada di dalam mobil.
Detik berikutnya yang ditunggu pun tiba, kaca mobil bagian depan perlahan diturunkan. Seraut wajah blasteran dengan alis tebal dan mata teduh melihat pada Arlyna.
"Hai, nona! Are you okay?!"
Arlyna terpana, suara itu ,,, suara yang pernah didengarnya. Wajah itu ,,, wajah yang selalu mengganggu dan bermain di dalam pikirannya siang malam. Ya, dia ,,, dia, pria itu yang telah menolongnya ketika akan jatuh terpeleset. Walau pertemuan itu singkat, tapi sangat membekas dalam hati dan ingatan Arlyna.
"Hai, nona! Apa kamu baik-baik saja?!" tanya pria itu lagi melihat Arlyna hanya berdiri terpaku.
Setelahnya, pria itu pun turun dari mobil dan berdiri tepat di depan Arlyna.
"OMG!" ucap pria itu melihat noda-noda air kubangan menempel di baju dan rambut Arlyna. "Sorry, saya tidak sengaja!" ucapnya lagi penuh penyesalan.
Arlyna tersadar. Walau senang bisa bertemu dengan pria itu lagi, tapi menyadari keadaan tubuhnya yang bagai tikus baru nyemplung dari got membuatnya seketika emosi.
"Maaf, nona!" Pria itu melihat sorot mata gadis yang telah dibuatnya kotor marah.
"Loe! Bawa mobil tidak pake mata!" nyolot Arlyna marah.
Pria tersebut bukannya takut melihat ekspresi wajah Arlyna yang marah, alisnya malah terangkat dua-duanya ke atas. "Saya memang bawa mobil tidak pake mata," ucapnya. "Saya bawa mobil dengan kaki agar bisa melaju dan tangan untuk setir."
Napas Arlyna naik turun tak beraturan. Kotak baju yang isinya gaun malam pesanan Nyonya Mela sudah basah sebagian luarnya terkena cipratan air kubangan.
"OMG!" jerit tertahan ke luar dari bibir Arlyna. "Gaunnya ,,, gaunnya ,,, bagaimana ini?!" Segera Arlyna mencari tempat kering untuk melihat isi kotak yang ada di tangan kanannya.
Pria itu mengikuti Arlyna dari belakang. Wajahnya terlihat sangat bersalah.
"Untunglah, gaunnya tidak apa-apa," gumam Arlyna melihat isi dalam kotak tidak terkena noda sedikitpun.
Setelah itu, Arlyna kembali berhadapan dengan pria tersebut. Menatap galak.
"Saya benar-benar minta maaf, saya tidak sengaja. Jangan khawatir, saya akan mengganti semua kerugian," ucap pria itu.
"Enak banget loe ngomong!" seru Arlyna galak. "Lalu bagaimana dengan keadaanku ini? Bajuku kotor semua!"
Pria tersebut garuk-garuk kepala tak gatal melihat Arlyna dari atas sampai bawah. Ingin tertawa, tapi tidak etis dong kalau menertawakan keadaan Arlyna karena ulahnya.
"Gue juga harus cepat-cepat pergi ke rumah pelanggan mengantar pesanannya," omel Arlyna. "Tidak mungkin gue datang dengan keadaan begini! Sial banget gue hari ini, mobil mogok eh,, malah kena semburan air kubangan," tak hentinya Arlyna menggerutu karena kesal.
"Kalau begitu ikut denganku," ajak pria tersebut.
"Hah?!"
"Jangan salah paham! Saya akan bertanggung jawab atas kondisi anda itu," jelasnya menahan tawa melihat keadaan Arlyna bagai tikus dalam got. "Nama saya, Gideon Bastian," mengulurkan tangan mengajak bersalaman.
Arlyna terdiam, bagaimana bisa bersalaman kalau kedua tangan penuh dengan barang bawaan.
Pertemuan yang selalu diawali dengan hal tak terduga antara Arlyna dan Gideon membawa cerita tersendiri dalam kehidupan mereka selanjutnya.
"Ini rumah loe?!" tanya Arlyna kaget karena Gideon membawanya ke alamat rumah yang menjadi tujuan Arlyna.
"Iya," jawab Gideon santai, parkir di depan rumahnya yang megah. "Nanti saya akan minta bibi untuk membantumu membersihkan diri," ucapnya. "Dan satu lagi, jangan panggil loe gue, rasanya tidak enak di dengar. Panggil saja Gideon."
Gideon turun dari mobil, berputar membukakan pintu untuk Arlyna yang masih shock dengan apa yang terjadi. Sungguh semuanya menjadi serba kebetulan.
