Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab. 6 Rencana Penyelamatan Mba Siti

Keesokan harinya mbah Marni menyuruh Rani untuk membersihkan Sari, sekitar jam 7 pagi Rani masuk ke dalam kamar Sari sambil membawa baskom berisi air hangat dan waslap untuk membersihkan tubuh Sari. Dengan pelan Rani mengelap tubuh Sari. Sari seperti manusia tanpa jiwa, dia hanya diam matanya kosong, saat itulah Rani memperhatikan wajah Sari, Rani terkejut karena wajah Sari mirip dengan gadis di foto di rumah Bu Mala. Jangan - jangan ini anak gadis di foto di rumah Bu Mala, pikir Rani di dalam hati.

Setelah melihat cara Rani membersihkan badan Sari, mbah Marni yang sudah yakin Rani bisa melakukan pekerjaannya dengan baik  kemudian keluar dari kamar Sari meninggalkan Rani menyelesaikan kerjanya.

Tiba - tiba terdengar suara perempuan yang diikat di pasungan.

“Tolong saya neng, tolong selamatin saya dan anak saya.” Rintih perempuan yang terpasung itu sambil menahan isakannya.

Rani tersadar dari lamunannya dan segera menoleh keperempuan itu. “ Mba siapa? Kenapa mba di pasung begini?” Tanya Rani kaget.

“ Nama saya Siti, saya di pasung karena mereka mau mengambil anak saya saat lahir”. Jawab perempuan itu.

Rani sangat terkejut mendengar nama perempuan itu adalah Siti, Rani teringat dengan kata – kata pak Yayat yang menyuruhnya untuk menyelamatkan Siti, apakah maksudnya perempuan ini?, Rani berpikir dan semakin bingung dengan keadaan yang dihadapinya. Yang lebih membuat Rani terkejut ternyata mba Siti sedang hamil tua, sepertinya sudah hampir melahirkan. Rani semakin ketakutan hingga tanpa sadar ada sedikit air tumpah ke bajunya Sari. Rani segera tersadar dan kemudian mengelap lagi badan Sari, setelah itu dia segera menggantikan pakaian Sari dengan baju yang sudah disiapkan oleh mbah Marni di kasur.

“ Neng jangan takut dengan saya” ujar mba Siti.

“ Siapa yang memasung mba seperti ini ?” Tanya Rani penasaran.

“ Pak Roby dan bu Mala, mereka ingin mengambil anak saya” ujar mba Siti sambil menangis.

“ Mba jangan keras – keras suaranya saya takut didengar oleh mbah Marni, kenapa mereka mau mengambil anak mba? ” Tanya Rani ketakutan.

Kemudian mba Siti menceritakan bahwa dia adalah istri pak Yayat dan mang Amat adalah ayahnya, mereka sekeluarga bekerja kepada pak Roby sudah lama, mulai dari ayahnya kemudian pak Yayat dan mba Siti.

Cerita mba Siti terpotong karena tiba – tiba pintu kamar terbuka dan masuklah mbah Marni, mbah Marni menatap Rani.

“ Tugas kamu sudah selesai belum ? jika sudah cepat keluar dari kamar ini, ingat tugas kamu hanya memandikan Sari” .

Rani menganggukkan kepalanya ke mbah Marni, sambil membereskan baskom dan waslap, Rani mengambil baju bekas yang sudah dipakai Sari, Rani masih sempat melirik ke arah mba Siti tetapi mba Siti sudah tertunduk dan pura – pura tidur setelah mbah Marni masuk. Setelah itu, Rani segera disuruh keluar oleh mbah Marni. Rani berjalan ke kamar mandi untuk menaruh baskom dan mencuci baju Sari, Rani masih penasaran dengan mba Siti di kamar Sari, sebenarnya apa maksud dari kata – kata mba Siti tadi bahwa majikannya mau mnegambil anaknya saat lahir nanti. Sepertinya Rani masih tidak bisa hidup tenang setelah pindah berkerja di rumah mbah Marni, mungkin dia tidak akan menemukan setan atau makhluk halus lainnya, tetapi hal menakutkan lainnya sedang menunggunya.

Sore harinya ternyata pak Roby dan bu Mala datang berkunjung dan begitu masuk ke rumah mbah Marni mereka segera masuk ke kamar Sari. Rani ada di teras depan saat mereka datang, Rani menyapa majikannya, tetapi majikannya hanya mengangguk dan berjalan masuk. Saat Rani sendirian di teras tampak pak Yayat berjalan mendekati Rani kemudian menyerahkan secarik kertas yang sudah dilipat kecil setelah memastikan bahwa sekeliling tidak ada orang dan kemudian segera berlalu pergi ke mobil tanpa mengucapkan kata sepatah katapun. Rani menyembunyikan kertas tersebut ke dalam saku bajunya. Rani segera masuk ke kamarnya setelah pekerjaan selesai, dia segera membuka kertas yang di berikan pak Yayat, terlihat tulisan yang tidak begitu rapi mungkin ditulis dengan tergesa-gesa.

‘ Rani tolong nanti malam kamu selamatin Siti yah, setelah saya mengantar bapak, ibu dan mbah pergi cepat kamu bawa Siti keluar, tolong gunakan apapun untuk membuka pasungan kaki Siti, nanti malam ada mang Amat yang akan menjemput kalian pergi. ’

Rani membaca berkali – kali tulisan di kertas itu, kertas sudah terlipat – lipat lusuh karena sudah diremas oleh kedua tangan Rani tanpa sengaja, tangan Rani berkeringat dingin karena ketakutan dengan tulisan di kertas itu. Apa yang harus dilakukannya, apakah harus membantu mba Siti melarikan diri seperti pesan yang tertulis di kertas. Rani berjalan mondar mandir didalam kamar. Sambil sesekali membaca tulisan didalam kertas itu. Ada perasaan bingung, takut, bimbang, semua bercampur menjadi satu. Apalagi waktu sudah malam, apakah benar akan terjadi seperti petunjuk pak Yayat. Setelah memikirkan berulang kali akhirnya Rani memutuskan akan melakukan pesan pak Yayat, yaitu menyelamatkan mba Siti yang sedang di pasung. Rani merasa kasihan membayangkan mba Siti yang menangis meminta tolong kepadanya, apalagi mba Siti dalam keadaan hamil besar.

Hati Rani berdebar- debar, bagaimana tidak, selama hidupnya dia tidak pernah menghadapi hal yang menakutkan seperti ini , menyelamatkan orang yang di pasung. Ya Tuhan sebenarnya apa yang sudah dia alami. Rani tidak bisa tenang sedikitpun sambil terus melihat jam dinding di kamarnya, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam tetapi tidak ada tanda – tanda majikannya akan pergi,  pak Yayat masih belum membawa pulang pak Roby, bu Mala dan mbah. Waktu terus berlalu, tiba - tiba sekitar pukul 12 malam terdengar suara jeritan keras yang menyayat hati, suara perempuan yang berteriak itu sangat keras, tetapi Rani tidak bisa mengenali suara siapa itu, kadang suara itu tertawa kadang tiba – tiba berteriak melengking marah dan kadang tiba – tiba menangis. Rani ingin segera keluar tetapi tubuhnya gemetaran dan tiba – tiba ada suara pintu dibanting, kemudian Rani mengintip dari celah pintu kamarnya, dia melihat pak Roby, bu Mala dan mbah Marni keluar dari kamar Sari dan segera pergi keluar rumah sambil terdengar suara mbah Marni berteriak “ Cepat kembali ke rumah kalian sesuatu terjadi, cepat sebelum terlambat”. Terlihat mereka dengan tergesa - gesa pergi menggunakan mobil yang disupir oleh pak Yayat.

Setelah sudah tidak terdengar suara mobil lagi, Rani segera keluar dari kamarnya dan berlari kearah pintu depan untuk memastikan bahwa majikannya dan mbah marni sudah pergi jauh. Dengan nafas memburu Rani melangkahkan kakinya kearah pintu kamar Sari. Rani dengan tangan bergetar memegang gagang pintu dan perlahan membuka pintunya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel