Bab. 3 Kejadian Aneh Di Rumah Majikan
Suatu hari pak Roby dan bu Mala pergi diantar pak Yayat dan hingga sekitar jam 6 sore, majikannya masih belum juga pulang ke rumah, Rani menunggu di teras, di teras cukup rimbun karena adanya pohon beringin besar, sepertinya beringin itu sudah cukup tua, tetapi Rani kadang merasa merinding jika menatap pohon beringin tersebut apalagi jika menjelang sore hari seperti saat ini, seperti ada aura - aura yang tidak enak, Rani tidak tahu perasaan aneh apa yang dia rasa yang pasti jika dia menatap kearah pohon beringin itu sekujur tubuhnya merinding, dan ada perasaan gelisah dan perasaan was – was. Apalagi suasana rumah majikannya yang selalu dalam keadaan sunyi, rasa suram dan seram lebih terasa. Karena waktu terus berlalu dan majikannya belum terlihat kembali akhirnya Rani memutuskan untuk masuk ke dapur dan duduk di meja dapur. Rani melihat ke arah jam dinding di dapur waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Tiba – tiba dari ruangan luar terdengar suara langkah kaki dari arah depan dan ternyata mang Amat berjalan masuk ke dapur .
“ Jika sampai jam 9 malam bapak dan ibu belum kembali kamu harus kunci semua pintu dan jendela dan cepat masuk ke kamar dan tidur, tidak usah ditungguin” kata mang Amat dan berjalan pergi tanpa menunggu tanggapan dari Rani.
Rani yang masih termenung kaget dan melihat kepergian mang Amat, segera Rani mengikuti mang Amat ke depan untuk mengunci pagar depan. Rani akhirnya kembali duduk di teras sambil memperhatikan jam dinding di dalam ruangan depan. Waktu terus berlalu, tiba – tiba terdengar suara dentangan jam dinding berbunyi, “ting…ting…ting…” Rani terus menghitung suara dentangan jam dinding tersebut didalam hati, dan ternyata berbunyi sembilan kali, akhirnya jam menunjukkan pukul 9 malam, Rani akhirnya ingat pesan mang Amat, dia berjalan masuk ke rumah dan mengunci semua pintu dan jendela, Rani memeriksa sekali lagi setiap pintu dan jendela yang terkunci untuk memastikan tidak ada yang terlewat dikunci. Sepertinya majikannya tidak akan pulang malam ini seperti kata mang Amat. Tetapi Rani masih terus merasa khawatir jika kemudian majikannya ternyata pulang dan tidak bisa masuk bisa – bisa nanti dia akan dimarahi oleh majikannya. Akhirnya Rani memutuskan untuk menunggu di kamar depan supaya jika majikannya pulang dia bisa mendengar suara mobil majikannya yang datang. Rani tidak berani tidur, dia terus terjaga dan duduk diatas kasur, walaupun dalam keadaan mengantuk, dia hanya mulai merebahkaan tubuhnya di kasur tetapi masih terus memasang telinganya untuk mendengar apakah ada suara mobil yang datang. Keadaan malam begitu hening, walaupun rumah majikannya di kota, tetapi karena jarak jalan raya dan rumah lumayan jauh sehingga suara kendaraan yang lalu lalang di jalan utama tidak terdengar didalam rumah. Membuat suasana rumah sepi dan hening.
Jam dinding di ruang depan kembali terdengar berdentang, ternyata satu jam kembali berlalu, tiba - tiba sekitar 10 menit kemudian, Rani sayup – sayup mendengar suara- suara dari luar kamar, dan lama kelamaan suara tersebut menjadi semakin kencang dan suaranya sangat berisik, seperti ada keramaian, rumah yang hening tiba – tiba menjadi begitu ramai dengan berbagai suara membuat Rani segera keluar dari kamar karena mengira majikannya sudah pulang. Saat sudah berada diluar kamar, Rani mendengar ketukan - ketukan dan suara berisik yang sangat cepat tetapi setelah didengarkan dengan teliti tenyata suara itu bukan berasal dari pintu depan, setelah didengarkan dengan seksama, ternyata suara tersebut berasal dari kamar tengah yaitu kamar majikannya. Rani perlahan – lahan berjalan mendekati kamar tersebut dan mendekatkan dan meletakkan telinganya kepintu kamar, suara – suara berisik terus terdengar dari dalam kamar bu Mala, apakah majikannya sudah pulang? Tapi sepertinya dia tidak mendengar suara mobil datang. Suara – suara itu terus terdengar, semakin lama semakin cepat dan berisik. Ada suara barang – barang yang jatuh ke lantai, kadang seperti suara tangisan perempuan, semua suara saling bercampur menjadi satu sehingga tidak jelas suara apa saja yang Rani dengar dari luar kamar. Kadang suara – suara ketukan diiringi dengan suara tangisan, Rina bingung apakah bu Mala yang menangis?
Detak jantung Rani tiba - tiba tidak beraturan, keringat dingin bercucuran dari dahinya dan tangannya yang terkepal juga berkeringat dingin terpacu karena mendengar suara - suara itu. Suara itu bercampur aduk, kadang seperti ada sesuatu yang diketuk - ketukkan, tetapi kadang juga terdengar benda - benda berjatuhan dan paling membuat Rani ketakutan adalah suara tangisan pilu yang terdengar sayup – sayup ditelinganya. Saat Rani masih memikirkan apakah harus masuk atau tidak ke kamar majikannya itu, tiba - tiba terdengar suara ketukan lain dari pintu depan, Rani segera berbalik melihat kedepan dan benar saja gagang pintu depan bergerak - gerak seperti ada orang yang hendak membuka pintu untuk masuk. Rani segera berjalan menuju kedepan. Tetapi saat tangannya akan memutar kunci untuk membuka pintu depan, Rani terhenti dan memutuskan untuk bertanya terlebh dahulu.
“ Siapa diluar? Ibu ya?” tidak ada jawaban yang terdengar dari luar. Keadaan sunyi senyap, gagang pintu juga sudah tidak bergerak - gerak lagi setelah terdengar suara Rani bertanya, Rani kemudian dengan perlahan melangkah ke jendela yang terletak tepat disamping pintu depan dan kemudian memberanikan diri untuk mengintip dari jendela, Rani perlahan menyingkap gorden jendela, terlihat diluar, didepan pintu depan tampak sesosok perempuan berbaju putih dengan rambutnya yang panjang menjuntai hampir sampai ke lutut sedang berdiri menghadap kearah pintu depan, Rani berusaha untuk melihat wajahnya, tetapi wajahnya tertutup oleh rambut panjangnya. Tiba – tiba Rani merasa hidungnya mencium bau bunga, dia terus menghirup dari hidungnya dan benar saja ada bau bunga melati yang tercium oleh hidungnya. Rani menggosok hidungnya dan ternyata bau melati semakin tercium olehnya. Rani bingung kenapa ada bau bunga melati disekitanya, apalagi biasanya dia tidak pernah mencium bau bunga melati didalam rumah, seingatnya ditaman depan juga mang Amat tidak menanam bunga melati, lalu dari mana bau ini berasal. Tak lama kemudian sosok perempuan berbaju putih itu berbalik berjalan pergi dan tiba-tiba menembus kearah pohon beringin besar di samping rumah dan menghilang. Jantung Rani berdetak kencang melihat penampakan itu, wajahnya sudah pucat pasi. Rani sekarang yakin perempuan itu bukan manusia, itu pasti makhluk halus. Rani seketika segera berlari masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar, Rani meringkuk di kasur dan tidak berani bersuara, dia menutupi dirinya dengan selimut dan tubuhnya gemetaran,dia begitu takut melihat kejadian barusan. Dan anehnya suara - suara berisik dari kamar majikannya juga sudah tidak terdengar lagi. Malam kembali menjadi sunyi dan sepi, Rani yang tidak pernah mengalami kejadian menyeramkan seperti ini tidak bisa berhenti menangis, apalagi dia sendirian di rumah majikannya ini. Malam semakin larut dan sunyi, hari sudah menjelang subuh akhirnya Rani tertidur juga dengan perasaan takut.
