Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pulang Ke rumah suami

“Tapi.. aku khawatir Bu” ujar Zafinka, sembari menatap sendu sang ibu. “nanti kalau kakak udah balik aktif kerja di kota ibu sama siapa?”

“kamu ngomong kayak gitu, kayak sudah gak mau ke sini lagi Zaf, kamu lupa kamu lahir di mana? Kamu juga bisa jenguk ibu kan.. ?”

“iya Bu mana mungkin aku lupa di mana aku lahir, aku kan sudah bilang aku khawatir, karena aku gak 24 jam bisa jaga ibu”

“memangnya bodyguard sampek jagain 24 jam segala” ujar Bu Risa mencoba mencairkan suasana. “bu aku serius” Zafinka memeluk ibunya dengan erat. “sayang... Aku ada kerjaan di kantor” ujar Ares yang juga langsung duduk di samping Zafinka yang masih setia memeluk sang ibu.

“Tuan, apa boleh nanti jenguk ibu..?”

“tentu saja, aku tidak akan melarangmu. Ayo!” Ujarnya lembut

“Kami pamit” lanjut Ares yang berubah nada suaranya kembali datar, Zafinka mencium takzim tangan ibunya, dan juga sang kakak. “hati-hati, nanti kalau masak jangan Sampek kematengan ya...” ujar Zhafran, sembari menggusar kepala sang adik. Zafinka memicingkan matanya. “ihhhh kan gak sengaja, juga gak bakal sering kan...”

“nanti kamu kena makan tuh sama suamimu tuh, liat aja pandangannya aja kayak...” bisik Zhafran, yang belum juga selesai langsung di sikut pinggangnya oleh Zafinka. “kakak gak boleh gitu” tandas Zafinka menekan setiap kata-katanya.

“ya sudah, sana” dengan nada usiran

“kakak ngusir aku..”

“jadi kamu maunya apa? Kan memang udah punya rumah baru.. sana” mendengar itu Zafinka langsung mencubit perut Zhafran. “akhhhh, sakit Zaf”

“biarin kalau nanti kakak ke rumah, aku usir kakak juga”

“Hahaha memangnya tega mengusirku yang tampan ini”

“Huek”

“eh sudah-sudah Zaf cepat suamimu harus segera berangkat kerja”

“Dengerin tuh harus berangkat kerja, gak ada romantis-romantisnya ya, baru semalam nikah paginya gak ada libur.” Bisik Zhafran

“Kakak..”

“apa adekk” Zafinka menginjak kaki sang kakak. “kakak makin tua nyebelinnnn” Aya langsung berjalan keluar dari rumah sang ibu, di ikuti sang ibu di belakangnya, begitupun ares dan juga Zhafran yang juga terlihat masih menahan rasa sakit di kakinya. Karena injakan sang adik.

“Dia kakaknya, tapi aku cemburu melihat istriku bercanda gurau dengan selainku” gumam Ares, yang ikut berlalu.

“hati-hati” ujar Ares yang sudah ada di belakang Zafinka, membukakan pintu mobil untuk sang istri. Zafinka tersenyum simpul, Ares membalas senyuman itu lalu Ares berbalik untuk ikut masuk ke dalam mobil itu. Sesaat setelah mobil itu melaju Zafinka melihat ke arah belakang, di mana sang ibu dan kakaknya masih melihat ke arahnya sembari melambaikan tangan. Zafinka tersenyum dengan genangan air mata di pelupuk matanya.

“hei, kenapa?”

“gak papa” Zafinka menatap Ares, sembari tersenyum. “kenapa menangis?” Ares menghapus air mata Zafinka lembut. Zafinka tak menjawab hanya menggapai tangan kekar yang ada di pipinya lalu menaruhnya di pangkuan. “kamu boleh bertemu ibumu kapan pun kamu mau hemm” timpal Ares kembali, yang kini memeluk Zafinka. “benarkah tuan?” mendengar kata zafinia raut wajah Ares berubah, lalu menjawab

“aku sudah bilang jangan memanggilku dengan sebutan itu, aku bukan majikanmu, aku ini SUAMI KAMU” jelas Ares mempertegas kara suami. “ah iya, benarkah suami?” tanya zafinka.

“sayang, buatlah panggilan yang bagus, jangan panggil suami saja.”

“apa yang bagus? Mas? Kakak? Abang? Aa’? Emhhh... zauji? Apa?”

“terserah kamu!”

“TERSERAH?”

“Iya sayang” bisik Ares gemas, karena zafinka seakan sengaja dari tadi. Entah itu karena saking polosnya atau hanya ingin mengerjainya. “Emhhh, ya sudah zaf panggilnya BAPAK!” Ujar Zaf seakan tak berdosa, dengan polosnya nada bicaranya itu. “Sayang aku...”

“Bapak dari anak-anak kita” lanjut Zafinka, yang tahu Ares akan menyanggahnya. “umm kamu ya... Memangnya kamu sudah siap?”

“enggak, memangnya mau tunggu sampai zaf siap? Kalau begitu boleh dong zaf kuliah dulu” ujar zaf. “kamu mau kuliah?”

“ya... Tapi zaf gak punya uang.” Zafinka menatap Ares dengan tatapan sendu dan kini matanya kembali berkaca-kaca. “hei, jangan menangis. Saya hanya bertanya, kalau kamu sungguh-sungguh saya tidak keberatan, saya akan memasukkanmu ke jenjang perkuliahan” jelas Ares.

“Benarkah tuan?”

“hei, kamu tidak boleh mengatakan kata itu lagi!”

“Baiklah, Zaf keterima di sebuah universitas dengan akreditasi A di kota, Zaf juga mendapat 100% DPP. Dan juga Zaf sudah di hubungi ulang untuk memastikan tapi belum Aya jawab karena bimbang. Zaf janji gak mau kecewakan Mas, tapi Zaf ambil ini ya, soalnya ini cita-cita Zaf”

“prodi?”

“fashion desain business. Kenapa? Apa masalah bagi mas?” Ares tersenyum, lalu melanjutkan kata-katanya. “jadi kamu mau meninggalkan suamimu ke kota?” raut wajah Zafinka kembali berubah, dia seakan menimang-nimang semua keputusannya.

“iya... Zaf kan juga harus memastikan keadaan ibu ya...” Aya membuang pandangan ke luar jendela. “sayang aku gak akan menghancurkan mimpi kamu, aku tidak memaksamu untuk berhenti. Kamu boleh kok melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.”

“Tapi... Bagaimana dengan ibu..”

“aku akan memastikan ibumu akan baik-baik saja, seperti janjiku sebelum menikahimu. Aku akan menjaminnya” Zafinka menatap sendu, hatinya terenyuh mendengar perkataan tulus sang suami. “terima kasih mas” Ares mengangguk. “tapi... Mas gak papa kalau aku di kota selama beberapa tahun untuk menggapai semua mimpi aku sebagai desainer”

“kenapa tidak istriku sayang” bisik Ares, yang bertepatan dengan mobil itu berhenti di depan rumah besar bak istana megah.

Citttttt

Decitan ban mobil dengan tanah berpadu, membuat Ares yang tadi berbisik kini refleks tubuhnya menempel pada sang istri dengan bibir yang juga menempel di hijab Zafinka tepat di telinganya.

“maaf tuan, kita sudah sampai” ujar sang supir, yang tadi hanya bungkam selama perjalanan.

“Ekhem” Ares berdeham, membenarkan jasnya lalu mengangguk formal. Berbeda dengan bagaimana cara dia berbicara dengan Zafinka.

Pintu besar itu kini terbuka, menampilkan beberapa pekerja.

“Mas..” Zafinka gugup sembari bersembunyi di balik tubuh jangkung itu. “hei kenapa? Jangan takut, ayo perlihatkan dirimu agar mereka mengenalmu sayang” Zafinka hanya menggeleng, mengikuti langkah Ares, sedang Ares hanya tersenyum mengembang. “selamat datang Di kamar kita sayang..” mata Zaf terpana melihat ranjang king size milik Ares, benar-benar berbeda dengan rumahnya bahkan luas kamar Ares tiga kali lipat dari kamar Zafinka.

“sayang”

“ah iya, iya” Aya tersadar dari lamunannya, tersenyum malu karena tatapan ares. “kamu kenapa?”

“Tidak, tidak papa tuan. Bukankah tuan harus bekerja”

“emhh ya.. aku harus ke kantor, tapi aku usahakan pulang cepat. Dan... Satu lagi jangan sampai aku mendengar kata tuan lagi dari bibirmu yang manis ini ya sayang” ujar Ares dengan tatapan aneh, membuat Zafinka ciut. “aaa iya, iya mas maksudnya” ujar Zafinka gelagapan. Sedang Ares hanya menanggapinya dengan senyuman. “aku akan segera pulang, jangan keluar dari rumah hemm” Ares mengatakan itu, sembari mengecup kening Zafinka. Sedang si empunya hanya bisa mengangguk patuh.

“hati-hati” ujar Zafinka, sembari berjalan di belakang Ares yang sudah sampai di ambang pintu. Senyuman mengembang dari bibir Ares. “ya pasti” ujar Ares, yang kini sudah benar-benar melangkah ke arah mobil dan melajukan mobilnya itu menjauh dari rumah menuju kantor.

“nyonya, mau sarapan apa?” tanya pembantu di rumah itu, Zafinka berbalik menatap wanita paruh baya tersebut, lalu tersenyum. “saya sudah sarapan Bik, bibi jangan panggil saya nyonya panggil nama saya saja. Nama saya Zafinka.”

“Aduh enggak bisa atuh nya, nanti kalau tuan tahu saya panggilnya dengan sebutan nama takut atuh di kira lancang”

“tetap saja bik, saya gak enak kalau di panggil dengan sebutan itu. Atau begini saja, bibi panggil pakai namaku saja kalau gak ada mas Ares, kalau ada mas Ares baru bibi panggil sebutan itu.” Bik Inem menahan tawa karena kepolosan Zafinka. “aduh kumaha atuh gak enak nya naon non Zafinka teh?”

“hehehe gak enak saja bik, jadi canggung rasanya. Apalagi sekarang baru pertama kali di panggil nyonya.” Jawab Zafinka, sembari tersenyum menggemaskan. “ih meni cantik pisan Masya Allah lesung pipinya non Zafinka”

“ هذا من فضل ربي”

“bibi juga cantik” ujar Zaf melanjutkan.

“ah non Zafinka bisa saja, bibi teh udah tua, udah gak cantik lagi.”

“bibi gak boleh ngomong gitu, yang namanya wanita itu akan tetap cantik gak bakalan ganteng, kalau ganteng bahaya atuh.”

“Ah non bisa juga ngelawak.” Baru saja bik Inem menjawab candaan Zafinka, Mina seorang pekebun di rumah itu memanggil.

“Inemm, aku pulang dulu ya... Tugas aku sudah selesai.”

“oh iya na gak papa pulang aja” mina langsung keluar dari area kebun pribadi Ares, membersihkan tangan dan kaki, lalu berlalu ke arah pintu utama untuk pulang. “ ini siapa?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel