Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

“apa katanya? mengganggu pengantin baru?” gumam Zaf, ya meski memang benar baru semalam menikah. Zafinka melepaskan dekapan Ares lalu berusaha turun dari ranjang yang hampir punah itu. “aduh” Aya merasakan sakit perut

“Kenapa?” Ares ikut bangkit, untuk memastikan keadaan istrinya itu. “Emh tidak, tidak papa tuan, mungkin saya sedang haid”

“Haid?” Ares meninggikan suaranya dan langsung memelototkan matanya mendengar penuturan Zafinka, sedang Zafinka hanya bisa menggosok telinganya yang terasa berdenging karena suara yang di hasilkan sang suami. “jangan berteriak di telingaku tuan” Zafinka sembari berjalan terseok-seok merasakan cekit-cekit di area perutnya, benar saja setelah di cek di kamar mandi dia sedang haid.

“bagaimana?” tanya Ares.

“Emh apanya?” tanya Zafinka balik. “ya... Apa kamu haid?” Zafinka menatap Ares sebentar lalu menggapai pembalut di lemari sederhana itu, lalu menunjukkannya pada sang suami. Melihat itu sudah cukup bagi Ares, bahwa sang istri masih dalam keadaan haid dan tidak boleh di sentuh. “jadi malam pertamanya gak jadi deh, atau... lebih tepatnya pagi pertama. Cuma ada malam seminggu kemudian. Sabar ya...” Ares bergumam, mencoba menyemangati dirinya sendiri.

“sholat tuan” ujar Zaf, yang langsung memberikan baju ganti beserta sajadah kepada Ares. Membuat si empunya tersadar. “eh iya-iya” ujar Ares gelagapan dan lalu menuju ke kamar mandi yang cukup berjarak dari rumah itu, Ares masuk untuk berwhudu, tapi.... “aaaaa”

“ heh ada apa? “ tanya Zafinka, ibu, dan juga kakaknya bersamaan dari ruang tamu sederhana itu. “ayo liatin Zaf takut kenapa-kenapa” ujar sang kakak, yang langsung di angguki oleh Zafinka, dan bersiap menuju kamar mandi. “zaf...” Ares kembali berteriak, sedang Zafinka tergopoh-gopoh untuk segera menghampiri.

“Ada apa? Kenapa?” ujar Zaf, yang langsung melihat keadaan Ares.

“Kecoaaak” Ares langsung memeluk Zafinka, saat kecoak itu terbang ke arahnya. “akhhhh buang, buang diaaa Zaf.....” Ares berteriak histeris saat kecoak itu hinggap di bahunya.

“sa_sa_ya juga geli tuan” Zaf terbata-bata hendak melerai pelukannya, tapi Ares malah semakin mengeratkan pelukannya. “akhhh buang”

Plak

Tiba-tiba saja, Zhafran memukul kecoak itu dengan keras sampai terjatuh ketanah.

“akhhh” Ares sampai menggeram Kesakitan

“Kakak kenapa sekasar itu” zafinka menegur sembari langsung memeriksa bahu Ares yang terlihat sedikit lebam.

“Maaf aku juga geli sama kecoak” ujar Zhafran yang masih memegang alat pemukul lalat, mendapat tatapan tak suka dari Ares. Ares meringis kesakitan, desisan keluar dari lisannya saat Zafinka menyentuh bahu lebamnya. “akhhh”

“maaf, ayo di obati dulu” ujar Zafinka, yang langsung memapah tubuh jangkung itu ke rumah. Zafinka mendudukkan Ares di kursi tua itu, sembari mengambil kotak p3k untuk mengobati lebamnya. “Ssttt” desis Ares, saat Zafinka mengoleskan salep. “sabar ya ini sudah hati-hati” ujar Zaf, sembari meniup-niup pelan bahu itu. Sedang Ares tersenyum menatap gadis di hadapannya. “nah sudah, kalau begitu tuan bisa lanjut ambil whudu, subuh sudah hampir habis” ujar Zaf yang tak mendapat jawaban. “tuan..” Zaf melambaikan tangannya ke kanan dan ke kiri. “akhhh ya apa?”

Zaf membuang nafas pelan. “Whudu tuan, subuh hampir habis” ujar Zafinka

“temani ya” ujar Ares, Zafinka hanya menatap sembari tersenyum. “baiklah ayo” keduanya kembali berjalan menuju kamar mandi, setibanya di depan pintu kamar mandi Ares masih tetap berdiri seolah takut ada kecoak yang lain.

“ayo tuan, cepat” Ares menatap Zafinka, setelah itu dia berusaha memberanikan diri untuk masuk. Namun tangannya menggenggam tangan Zaf untuk ikut masuk. “eehhh tuan”

“sssttt, saya takut nanti ada kecoak lagi” ujar Ares, yang langsung membekap mulut Zafinka yang tadi refleks. Zafinka hanya bisa mengangguk sembari melepaskan tangan kekar yang menutupi mulutnya. Ares membuka seluruh pakaian yang tersisa sampai tanggal semua, Zaf melotot terperangah dengan apa yang di lakukan oleh Ares. Sontak dia menggunakan kedua tangannya untuk menutup matanya.

“Kenapa?” Ares tersenyum, sembari mendekati Zafinka lalu memeluknya.

“Akhh tuan” teriakannya terbungkam oleh ciuman pertamanya dengan sang suami. “ssttt kamu, hanya kamu yang melihatnya hemm” Ares mengelus lembut kepala Zafinka. Pipi Zafinka memerah malu, lalu mengangkat pandangannya, Zafinka menatap mata tajam Ares sembari mengangguk.

“Baiklah aku akan berwhudu”

“ah ya..” ujar Zafinka yang langsung menjauh. Setelah keluar dari kamarnya, Ares di sambut oleh Zafinka beserta ibu dan kakaknya untuk sarapan. “ayo tuan, silakan” Zafinka mengambilkan beberapa lauk sederhana itu beserta nasi, Ares mengangguk, lalu siap menyantap makanannya.

“Zaf, kita akan langsung pindah pagi ini ke rumah saya” Zafinka menatap ke arah Ares, yang kini juga sudah kembali ke kamar.

“emh ya... Tuan” ujar zaf yang sedikit gugup. “saya akan memperkenalkan kamu dengan keluarga saya, dan... Saya tidak mau kamu memanggil saya dengan sebutan tuan. Saya suami kamu, bukan majikan. Hemm”jelas Ares yang langsung menghampiri Zafinka lalu menangkap kedua pipinya menciumnya dengan seksama. “emmh”

“akhhh, jangan mendesah. Aku tak tahan” ujar Ares dengan nada menekan penuh gairah. “emhh” Aya sambil menepuk-nepuk dada bidang Ares. “emhh”

“sayang..” Ares melepaskan pagutannya. “kamu sangat manis hemm” nafasnya semakin memburu menggapai kedua tangan sang istri dan meletakkannya di antara pahanya. “akhhh, puaskan.. akh.. puaskan aku Zafinka sayang”

“Ta_ta pi... Saya” Ares langsung menyambar bibir Zafinka, gerakannya semakin intens. “akhhh, gerakan seperti ini, yah seperti ini” nada suara Ares semakin berat penuh gairah. Sedang Zafinka hanya bisa pasrah, dia tahu sekarang dia juga punya kewajiban untuk memenuhi h@$rat sang suami. “akhhhhhhh akhhh hummm akhhh” Ares mengeluarkan cairan kental yang begitu banyak, nafasnya memburu tak teratur. “Ukkhhh akhhh... Baby rasakan, akhhh rasakan cairanku sayang”

“Tuan”

“Jangan panggil aku dengan sebutan itu” Ares mempercepat gerakannya. “akhhhh, ayo... Mendesah..” Ares membuat Zafinka duduk di hadapannya, lalu memaksa mulut kecil itu untuk terbuka.

Jleb

Mata zafinka membola, tapi dia tak punya waktu untuk berkomentar. Kepalanya di gerakan dengan erotis oleh Ares. “akhhhhh akhhhhhhhhjh, benar-benar nikmatttttt” Ares kembali berh@$rat, memandang wajah ayu sang istri yang mulai memerah. Zafinka sampai merasa tersedak karena milik sang suami. “glek” Zafinka hanya bisa pasrah menerima cairan demi cairan yang dihasilkan. “uhuk-uhuk”

“tuan sudah tuan” Aya menutup mulutnya, mengeluarkan sisa-sisa cairan yang masuk ke dalam mulutnya. Ares menggapai tubuh gadis itu lalu dengan gilanya Ares merobek baju Zafinka, melemparnya ke atas dipan. “akhhhh” jerit refleks Zafinka bercampur dengan suara Ares yang menggeram, membuka Seluruh bajunya. “tuan saya haid” Zafinka berusaha mendorong tubuh Ares. “sayang.. kamu harus puasin aku hemmm” Ares menekan nada suaranya. Ares satukan paha Zafinka lalu melakukannya di antar paha itu.

“tuan... Perih” karena gerakan yang cepat paha putih Zafinka sampai memerah, matanya mulai berkaca-kaca karena ares tak mau berhenti. “akhhh” lagi dan lagi Ares menggapai puncak, dia Jambak rambut panjang Zafinka yang begitu hitam, lalu memasukkannya ke dalam mulut si gadis.

Crotttt

“Akhhhhhh ahhhhh ukkkkkkhhhhhh.... Aku benar-benar puas” Ares menarik dirinya dari penyatuan itu. “sayang..”

“huek, huek” Zafinka berlari ke arah jendela yang langsung terhubung ke halaman belakang mengeluarkan cairan yang masuk ke dalam mulutnya. “

“maaf, aku kasar? Hem” Ares memeluk Zafinka dari belakang. “emh, saya tahu ini adalah kewajiban saya untuk melayani tuan”

“hei, kamu istri saya, ini bukan hanya tentang kenikmatan untuk diri saya sendiri. Dan kita melakukannya bukan... Akhhh.. maaf jika kamu merasa saya menjadikanmu alat pemuas”

“eh eng_ enggak bukan begitu, maksud saya.. ini.. ini tugas saya sebagai istri, saya istri tuan, dan siapa yang akan menuntaskannya? jika buka saya sebagai istri tuan.” Jelas zafinka, Ares tersenyum lalu memeluk tubuh kecil yang lembut itu. “terima kasih, terima kasih sudah memenuhi kewajibanmu sebagai istri” Zafinka tersenyum, lalu membalas pelukan itu, kepalanya mengangguk, serasa menguyel-uyel dada bidang itu. “geli sayang, jangan memancingku lagi, suaramu saja sudah cukup membuatku gila” bisik Ares

“tuan mesum” ujar Zafinka yang langsung menjauhkan tubuhnya dari Ares. “hah, tapi aku begini hanya kepadamu sayang” ujar Ares mengikuti gerakan Zafinka lalu memeluknya dari belakang. “benar?..”

“hemm ya...” mendengar jawaban Ares, Zafinka hanya mengangguk lalu kembali mengemas barang-barang yang ingin ia bawa. “sayang, tidak usah membawa banyak barang, di sana aku sudah menyiapkan seluruh keperluanmu. Bawa apa yang penting saja” Zafinka kembali menatap Ares, lalu mengangguk. Dia hanya membawa album masa kecil, dan juga mukenah beserta beberapa pakaian saja.

Tin

Tin

Ares berjalan menuju depan rumah, melihat bawahannya sudah datang. Dia langsung membawa Zafinka keluar dari rumah itu. “ibu, aku pamit ya Bu.. ibu tidak mau tinggal sama Zaf saja?”

“lalu rumah? siapa yang mau nempatin, ini kan peninggalan bapakmu, lagi pula ini kerja keras kami berdua, ibu merasa bapakmu tetap di sini menemani ibu”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel