Pustaka
Bahasa Indonesia

Gadis kecil kesayangan bapak

6.0K · Ongoing
AIDA FITRIYAH
4
Bab
0
View
9.0
Rating

Ringkasan

Imelda Zafinka Aurelia, seorang gadis remaja yang kini harus menerima tawaran untuk menikah dengan Ares Pati untuk jaminan bagi pinjaman sang bapak yang kini telah tiada demi pengobatannya di masa lalu saat dia masih sekolah menengah atas, Zafinka yang saat itu hendak menghampiri sang bapak malah naas mengalami kecelakaan sampai tubuhnya limbung dan mengalami koma, di saat itulah bapak Zafinka meminjam uang pada Ares. bagaimana dengan kelanjutannya, simak ceritanya ya... meski aku masih amatiran dalam penulisan

RomansaIstriDesainerCinta PaksaPernikahanSweet

"menikah"

“ Tuan penghulu sudah menunggu “ ujar ibu Zaf yang langsung mempersilakan Ares untuk masuk ke dalam rumah di mana mereka sudah siap di nikahkan.

“ Di mana Zaf? “ tanya Ares

“ Di kamar tuan, setelah akad baru kalian boleh bertemu “ jelas ibu Zaf yang di angguki oleh Ares. “ baiklah “ pria itu menjawab santai, sembari menghampiri meja akad. Akad dilaksanakan, sedang Zaf di dalam kamarnya menatap sang bapak di dalam sebuah album dengan senyum manis bersama dirinya kala kecil. Air matanya menetes, mengelus foto itu. “bapak” Zafinka tersenyum getir, hanya kata itu yang mampu Zafinka ucapkan. Derit pintu berbunyi, Aya menatap ke arah asal suara.

“hei kenapa menangis?” Orang itu mendekati Zafinka, memeluknya lalu menghapus air matanya. “kalau kamu gak sanggup, kita lebih baik kehilangan tanah dan perhiasan itu. Dan kamu sama ibu ikut kakak ke kota” Zafinka mengangkat pandangannya, kepalanya menggeleng pelan. “enggak, itu hasil jerih payah bapak. Aku gak bisa kasih apa-apa buat ibu dan bapak, sekarang bapak sudah gak ada. Semua itu adalah hal berharga yang bapak tinggalkan.” Jelas Zaf.

“Tapi kalau bapak masih ada dia akan lebih milih kamu dari pada hanya sepetak sawah dan perhiasan” ujar sang kakak, kini matanya mulai berkaca-kaca. Namun Zafinka tak mengubah keputusannya.

“enggak bisa kak ini sudah keputusanku, dan aku tidak bisa mengubahnya begitu saja. Karena tuan Ares tidak main-main dan tidak akan mau menerima semua keputusan dengan mudah.” jelas Zaf. Zhafran mendengar itu hanya terdiam tak mengatakan sepatah kata lagi, sampai sang ibu turut menghampiri keduanya. “Zhafran, kenapa lama sekali bawa adikmu” ujar sang ibu yang berada di ambang pintu dengan masih memegang kenop pintu tersebut. Zhafran cepat menghapus air matanya, lalu menatap ke arah sang ibu.

“Aku akan merindukan adikku ini Bu, jadi aku masih ingin berbicara dengannya” Bu Risa hanya tersenyum, sembari melangkah menghampiri keduanya. “ya sudah bicaranya lanjut di depan ya, suami adikmu sudah menunggu” mendengar itu Zhafran hanya mengangguk, dengan sang ibu yang kini sudah membantu Zafinka untuk berdiri dan berjalan beriringan. Untung saja make-upnya masih awet dan air matanya tidak sampai merusak riasan wajah itu, meski sebenarnya tanpa make-up Zafinka tetap cantik, di tambah lesung pipi dan bulu mata lentiknya yang memikat.

Ares tersenyum melihat langkah Zafinka yang mulai mendekat, dia bangun dan lalu menghampiri Zafinka. “kamu sangat cantik” ucap Ares, benar-benar terpukau. Zafinka mengangkat pandangannya, di hadapannya berdiri seorang pria jangkung dengan alis tebal dan lesung pipi yang menghiasi. Zafinka hanya bisa menelan ludahnya, tangannya kini sudah berpindah pegangan pada pria itu, di bawa ke arah sofa lalu di dudukkannya. Aya hanya tersenyum, saat Ares tak henti-hentinya menampakkan senyuman pada gadis itu.

“kamu sudah makan?” Ares bertanya lembut, sedang Zafinka hanya menggelengkan kepalanya. “kenapa?”

“saya tidak lapar tuan” jawab Zafinka, membuat Ares tak puas dengan cara bicaranya, sedang ibu dan kakak dari Zafinka hanya bisa melihat Zafinka dari tempatnya semula tak memperlihatkan tanda-tanda untuk menghampiri keduanya.

“Zhafran, sepertinya kita harus membiarkan mereka berdua dulu”

“Kenapa?” tanya Zhafran

“ya agar mereka punya waktu untuk berdiskusi” bisik sang ibu lagi. Bu Risa langsung menarik Zhafran menuju kamarnya.

“kalau kamu tidak mau makan kita bisa langsung pulang ke rumah” Zafinka mengangkat pandangannya, Ares menatap Zafinka sembari menaikkan satu alisnya. “kenapa?”

“tidak bisakah kita bermalam di sini tuan?” Ares terdiam beberapa saat, lalu menatap dalam Zafinka di hadapannya. “hanya untuk malam ini” ujar Ares, Zaf memandang dengan mata berkaca-kaca, sembari mengangguk. “ya..” Aya kembali menundukkan pandangan, sedang tangan kekar Ares mengangkat dagu Zafinka. “kamu sangar cantik” Ares semakin mendekatkan dirinya hendak mencium Zafinka namun di tahannya oleh si gadis. “kenapa Hem?” Zafinka hanya menggeleng dan berusaha bangkit. “mau kemana Zaf?” Ares menggenggam tangan gadis yang sudah berdiri itu.

“maaf tuan, saya mau ke kamar” Ares ikut bangkit lalu menggenggam tangan itu. “baiklah aku juga butuh istirahat” ujar Ares yang langsung berjalan mengiringi pengantinnya malah ini.

“emh” Zafinka kesulitan membuka resleting gaun pengantinnya, sampai seperti kucing yang bertengkar dengan ekornya sendiri. “sulit?” tanya Ares, yang langsung mendekat dan berusaha membantu Zafinka tapi gadis itu terlonjak, karena ini pertama kalinya dia di sentuh pria lain selain bapak dan kakak nya. Zaf menelan ludah.

“Kenapa Zaf, saya hanya ingin membantumu” ujar Ares, yang kini mengukirkan senyuman tipis, bukannya membuat Zafinka tenang malah terasa takut. Zafinka hanya terdiam setelah Ares mulai kembali mendekat dan membuka resleting gaun itu. “terima kasih” ujar Zaf sembari menunduk di hadapan Ares, yang di sambut senyum manis si empunya “sama-sama sayang”

Lagi dan lagi kata-kata Ares selalu mampu membuatnya salah tingkah. “tuan, tolong tutup mata anda, saya mau mengganti baju”

“kenapa? Saya suami kamu” ujar Ares, dengan nada menggoda, Aya mengangkat pandangannya, lalu kembali menunduk. “saya malu” ujar Zafinka terbata-bata, yang langsung memerah pipinya. “baiklah, tapi lain kali aku ingin melihatnya”

“hah melihat? Apa?” Zafinka bertanya-tanya dalam hati. Ares mulai menutup mata dan Zafinka kini berganti sebuah baju tidur lusuh miliknya, sembari Ares mengintip sedikit. “sudah belum?” tanya Ares pura-pura tidak tahu, padahal dia melihat Zafinka masih memasang kancing bajunya tanpa celana tapi sudah pakai celana dalam ya.

“Tunggu tuan” mendengar hal itu Ares ingin tertawa terbahak-bahak. “cepat Zaf”

“sebentar lagi” jawab Zaf, yang langsung buru-buru memasang celananya asal. “kenapa celananya terbalik?”

“hah?” Zafinka menatap celana tidurnya yang memang bagian dalam berada di luar, tangannya kini menepuk jidatnya sendiri. “ah sudahlah saya sudah ngantuk” ujar Zafinka, yang langsung naik ke atas dipannya. “Zaf”

“hemm” Zafinka seakan sudah mulai Lena dalam kantuk yang memaksanya untuk menikmati tidurnya

“Saya tidur di mana?” tanya Ares

“di sini tuan”

“Tapi kasurnya sangat kecil, ini hanya muat untuk satu orang” mendengar itu Zafinka langsung bergeser, lalu tidur miring. “muatkan tuan?” Ares tak menjawab, dia langsung menaiki dipan antik itu. Lalu memeluk Zafinka. “akhhh” Zafinka langsung bangkit dari tidurnya. “kenapa? Ini malam pertama kita kan...” ujar Ares seakan ingin memastikan, Dan lagi-lagi Zafinka menelan ludahnya dengan kasar.

“Apa maksudnya tuan”

“Maksudnya? Apa ya maksudnya?” ujar Ares mengulangi pertanyaannya zafinka, dan malam itu pun terlewati dengan kebersamaan antara kedua pasutri beda usia itu.

Pagi harinya

“Aaaaa” Zafinka berteriak saat tubuhnya di peluk dari belakang, mendorong spontan tubuh kekar itu sampai ambruk ke bawah ranjang

“Akhhh” Ares menggeram kesakitan, lalu bangkit dari jatuhnya. “Kamu kenapa Zaf?” Tanya Ares

“Siapa? Kamu siapa?” suara Zafinka bergetar, mencoba mengenali pria di hadapannya karena suasana remang-remang di dalam kamar yang hanya mendapat sinar rembulan di subuh hari, lupa kalau dirinya sudah menikah.

“Ibu... Kakak...” Zafinka berteriak memanggil kedua orang keluarganya itu. “Hei jangan teriak sayang” Ares mendekat hendak memeluk Zafinka di sana. “akhhhhhh, jangan...” Zafinka mendorong tubuh jangkung itu tapi Ares tak berkutik, sedangkan Bu Risa dan Zhafran yang terusik karena teriakan Zafinka pun langsung beranjak ke kamar gadis itu. “ada apa Bu?” tanya Zhafran yang keluar dari kamarnya. “ibu juga gak tahu , ini ibu mau lihat”

“ihhhh lepasin” Zafinka kembali memekikkak suaranya membuat Ares membekap mulutnya. “jangan teriak-teriak sayang nanti mereka mengira aku mengapa-ngapakanmu, aku ini sudah sah menjadi suamimu” bisik Ares, sedang Zafinka hanya menggeleng sembari menatap pria itu.

Tok

Tok

Tok

“Zaf ada apa?” tanya Bu Risa yang mendengar teriakan sang putri bersama putranya kini berada di ambang pintu. “ibu... Ada penyusup” ujar Zafinka yang berhasil melepaskan bekapan tangan Ares di mulutnya, sedang Ares hanya bisa melongo. “apa katanya... Aku? Penyusup?” gumam Ares di dalam hati.

“hah” sang ibu dan sang kakak hanya bisa mengernyit, sembari membuka pintu kamar sang putri dan menghidupkan Lampu, tampaklah kini sang putri dalam dekapan pria jangkung dengan dada Ter ekspos sempurna. “aaaaa” Zafinka semakin berteriak histeris. “hei jangan berteriak Zaf, ada apa denganmu? Tuan Ares ini suami kamu!” Ujar sang ibu lembut berusaha menenangkan. “suami?”

“ya semalam kamu sudah menikah” mendengar itu Zafinka menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia mulai mengingat-ingat, ya semalam dia sudah di nikahkan dengan Ares dan dia juga yang meminta pada Ares untuk bermalam di rumah itu. “aa ma_maaf” ujar Aya sembari melihat ke arah lain karena Ares bertelanjang dada, sedangkan sang ibu hanya bisa terkikik geli meski hanya senyum tertahan yang di perlihatkan. “lihat adikmu itu, dia merasa suaminya adalah penyusup” bisik sang ibu. “ya sudah Bu, kita keluar jangan mengganggu pengantin baru” jawab Zhafran yang tadi sembari mengangguk-angguk.

Sedang Zafinka hanya bisa memelototkan matanya mendengar kata-kata sang kakak.