Bab 7
Begitu Teddy di singgung, Sheila meletakkan piring dan sendok di atas meja dengan marah, yang mengejutkan kedua orang tua nya .
"Aku sudah putus dengannya. Apakah mama puas sekarang?" Mata Sheila berlinang air mata, dan dia meraung dengan sedih.
Begitu Elisa terkejut, dia berteriak dengan marah, "Kamu bajingan! Apa yang kamu teriakkan? Kamu tidak sopan terhadap orang tua! Bukan urusan mama kamu putus dengannya. Hak apa yang kamu punya untuk berteriak di depan ku?"
"Sayang, tolong jangan katakan apa-apa lagi!" Papa nya menghela nafas dan mencoba membujuk istri nya.
Nyatanya, keluarga Teddy dengan keluarga Sheila, tidak jauh berbeda.
Istrinya menjalankan toko obat kecil seluas lebih dari sepuluh meter persegi di lantai pertama rumahnya di kota ini. Kaki papanya tidak sempurna dan hanya bisa membantunya duduk di depan kasir toko obat untuk mengumpulkan uang dan mencari kembalian di rumah.
Selain itu, karena penyakit kaki papanya, keluarganya harus berutang kepada beberapa kerabat dan teman nya.
Adapun kakak laki-lakinya ...
Meskipun dia bekerja di luar, dia masih harus mengambil uang dari rumah setiap bulan untuk kebutuhannya.
Akhirnya, Elisa menghela napas lega dan sedikit melunakkan nada bicaranya. Setelah melirik Sheila, dia berkata lagi, "Bukankah kamu teman baik Tiara? Katakan padanya untuk membantumu membayar uang kuliah mu sampai kamu menyelesaikannya."
"Ma, apa yang kamu bicarakan?" Sheila langsung kesal.
Sebelumnya, dia tidak tahu kenapa Tiara ingin putus hubungan teman dengannya, tapi sekarang, dia akhirnya mengerti.
Semua orang di desa tahu orang seperti apa mama Sheila itu.
"Apakah kamu tidak mengerti maksud mama? Maksud mama sangat sederhana! Mama tidak akan membantu biaya kuliah mu. Jika kamu ingin menyelesaikan kuliah mu kamu harus bisa mencari uang sendiri untuk kuliah mu dan biaya hidupmu sendiri. Jangan berpikir kalau mama tidak tahu kamu bekerja keras saat kamu masih sekolah, tapi kemana uang yang kamu dapat dari mengajar les? Gerutu mama nya.
Sheila tetap diam.
Elisa melanjutkan, "Saya pikir kamu pasti memberikan uang itu kepada Teddy, bocah malang itu! Kamu harus belajar darinya sehingga kamu kedepannya bisa seperti dia! Karena kamu tidak memiliki latar belakang pendidikan yang baik dan tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan uang banyak, kamu tidak akan memiliki masa depan yang baik, setidaknya kamu dapat mengambil uang banyak seperti dia dari orang lain! Tapi nyatanya bagaimana? Apa gunanya penampilan yang begitu cantik? Tapi tidak menggunakan otak mu sama sekali!"
Sheila terdiam.
Dia tidak setuju dengan pandangan mama nya tentang tiga prinsip, sehingga dia tidak bisa berbicara apa pun.
Papa nya duduk di samping dan tidak bisa berkata apa-apa.
Sheila terdiam sesaat. Walau dia sedih, marah, dan penuh kebencian, matanya masih penuh ambisi. Dia berkata, "Saya tidak ingin belajar dari Tiara, yang hanya memilih pria kaya. Saya juga tidak tahu bagaimana belajar dari Teddy, yang bisa suka dengan orang miskin maupun orang kaya. Lalu bagaimana jika pendidikan ku hanya biasa? Mungkin saat ini aku tidak memiliki kemampuan, tetapi bukan berarti di masa depan aku tidak punya kemampuan. Uang, aku akan mendapatkannya sendiri, setidaknya akan nyaman membelanjakan uang aku sendiri daripada meminta uang dari orang lain dengan menjulurkan tangan!"
"Sheila, Papa mendukungmu!” Di keluarga kita, Sheila pasti akan sukses di masa depan!" Papa Susanto langsung mengacungkan jempol pada Sheila.
Di rumah ini, hanya papa nya yang memiliki perasaan yang sama dengannya dan selalu mendukungnya.
Saat ini, Elisa tidak lagi berdebat dengan Sheila.
Ngomong-ngomong, apa gunanya bertengkar dengan orang lain?
Setelah Elisa selesai makan, dia meletakkan mangkuk dan sumpit di atas meja. Sambil bangun, dia memerintahkan dengan tidak sabar, "Cepat cuci mangkuknya, lalu pergi ke gunung untuk memetik ramuan."
"Ya!" Sheila menjawab dengan tenang.
Mama tidak puas dan mulai berkata lagi, "Kamu adalah seorang mahasiswa, dan kamu tidak mau pulang setiap liburan. Sekarang kamu kembali ke rumah, kamu harus bekerja keras! Kalau kamu sudah mendapatkan ramuannya dan kembali, ingatlah untuk memetik dan membersihkannya. Saya pikir kamu belajar beberapa keterampilan medis dari nenek mu dan berharap kamu menjadi dokter di masa depan. Siapa yang tahu kamu bahkan tidak bisa kuliah di Falkutas kedokteran, malah pergi ke sekolah tidak bermutu untuk mempelajari desain interior. Aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu pikirkan!"
Kata-kata mama nya kasar, dan itu bukan yang pertama atau kedua kalinya.
Sheila sudah terbiasa dengan kekasaran mama nya sejak lama, hanya terkadang dia tidak tahan dengan kata-kata nya dan berdebat dengannya.
Papa nya selalu menjadi orang baik di sisinya. Mereka berdua sedang berbicara sehingga meredakan kemarahan antara ibu dan anak.
Setelah itu, Mama turun ke toko obat.
Melihat papa nya telah selesai makan, Sheila bangkit dan menundukkan kepalanya untuk membersihkan meja.
Papa nya melihat Sheila tidak bahagia di rumah, dan dia tidak bisa menahan diri untuk berkata dengan suara yang dalam, "Sheila! Mengapa kamu tidak pergi ke kota sepupu mu untuk bekerja pada liburan musim panas ini? Setidaknya dengan perusahaan sepupu mu papa yakin kamu bisa!"
"Papa, apakah aku benar-benar orang yang menjengkelkan seperti yang mama bilang?" Sheila bertanya dengan sedih, "Mengapa mama selalu tidak puas denganku?"
Di tahun ketiga saat SMA, Sheila meninggalkan studinya untuk merawat papanya, sehingga dia tidak mengambil kuliah di universitas kedokteran yang diinginkan mama nya. Dia lulus SMA, berpacaran dengan Teddy juga atas suruhan mama nya.
Papa tersenyum penuh pengertian dan berkata, "Papa pikir kalau Sheila hebat! Sheila adalah anak yang baik, berbakti kepada orang tua, berperilaku baik, rajin, dan penuh perhatian. Mama mu hanya berharap kamu bisa menjadi lebih baik." Lagipula, orang tua semuanya ingin Putra Putrinya sukses di masa depan!"
"Yah, aku mengerti." Sheila menjadi tenang dan menjawab sambil tersenyum, "Terima kasih, pa."
Dia berharap alasan mengapa mamanya begitu keras padanya benar-benar seperti yang dikatakan papanya.
Tiara mengirim orang untuk mencari keberadaan Sheila. Ketika dia mengetahui kalau dia dipaksa untuk mencari pekerjaan dan telah berpisah dengan pacarnya Teddy, Sheila benar-benar terpojok. Setelah meninggalkan Kota J dan kembali ke kampung halamannya, hati Tiara jauh lebih tenang.
Selanjutnya, Tiara harus memikirkan cara agar para pemimpin sekolah mengeluarkan Sheila.
Karena, hanya dengan cara ini, Sheila tidak akan pernah muncul lagi di Kota J. Pada saat itulah Tiara merasa kalau posisinya sebagai Nyonya Pertama keluarga Adinata akan aman.
Memikirkan hal ini, Tiara merasa sangat bahagia.
Sudah hampir dua bulan, dan vila di rumah tua itu harusnya segera dibangun!
Tiara memberi tahu Kepala Pelayan Pak Daran dan meminta Pak Sutisno mengatur agar dia kembali ke kampung halamannya secara terbuka.
