Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PEMANDU LAGU

Arini terbangun. Kepalanya masih terasa pusing. Saat bangun hendak turun dari ranjang ia terkejut merasakan sesuatu, ada bercak sperma di sprei dan pakaian dalamnya. 

Yatno tidak ada entah kemana.Arini duduk termenung dibibir ranjang  mengingat ingat sebelum ia tak sadarkan diri. 

Sekali lagi Arini meraba bercak disprei dan menciumnya sekedar meyakinkan. Tidak salah lagi, ini bau sperma seperti saat Candra usai menggaulinya.

Kenapa Yatno tega melakukan itu pada dirinya. Tidak sadarkah dia bahwa Arini adalah adik iparnya. 

Arini bingung. Bertahan ditempat kontrakan Salbini sama saja memberi kesempatan untuk Yatno. Arini yakin, setelah ini ia pasti akan melakukannya lagi seperti Candra. 

Mengadukan ini pada Salbini mungkin membahayakan perkawinan mereka, atau bahkan Yatno berbalik memfitnah kalau itu atas kemauan Arini.

Arini mengemasi pakaiannya.

"Sri, share lock tempat kost kamu, aku mau kesana," tulis Arini lewat WA.

"Bentar kushare."

Setelah Sri nge-share lock, Arini meninggalkan rumah kontrakan Salbini. 

"Kemana Ar?"tanya Yuni.

"Kerumah Sri, tolong sampaikan Salbini nanti."

"Ya, ntar kusampein."

Gojek yang dipesan Arini tiba. 

"Sesuai titik ya mbak?"

"Ya bang."

"Tasnya biar didepan aja kalau berat."

Arini memberikan tasnya. Gojek berlalu, Yuni tidak curiga sama sekali.

Sampai di tempat kost Sri, Arini tercengang melihat perabotan diruang tamu. LCD TV 43 inci lengkap dengan DVDnya. Seperangkat sofa yang cukup mahal. Ranjang merek terkenal yang tidak murah.

Arini bertanya tanya dalam hati, apa pekerjaan  Sri tampaknya ia banyak uang.

"Kenapa, kenapa dikontrakan Salbini. Jenuh, kumuh, bising banyak anak anak mabok?"tanya Sri 

Arini menahan diri untuk tidak cerita apa yang telah diperbuat Yatno dengan membiusnya lewat es campur. 

"E...ya..semua."

"Sebenarnya sejak awal aku mau ngajak kamu kesini. Tapi nggak enak sama Salbini."

Coba dari awal aku kesini, nggak mungkin Yatno sampe menggagahiku, batin Arini. 

"Sudah jangan dipikir. Disini kamu aman. Anak anak muda disini segan sama aku jadi kamu tenang aja."

Arini tersenyum kecut. Ia percaya Sri tidak saja disegani, mungkin mereka takut melihat Sri. 

*****

Baru dua hari Arini tinggal dirumah kost Sri ia sudah jadi buah bibir penghuni kost disekitar situ. Sri tidak kaget, hal seperti itu sudah biasa terjadi. Setiap kali ada penghuni baru pasti jadi omongan. Apalagi perempuan secantik Arini. 

Para pemuda yang tadinya suka nongkrong didepan kosnya Puput, kini tongkrongan pindah didepan kostnya Sri. Mereka masing masing mengatur strategi untuk merebut perhatian Arini. Tapi Arini sendiri masih trauma pada makhluk yang namanya lelaki. Jangankan mereka yang belum dikenal, kakak iparnya sendiri aja tergoda oleh kemolekan tubuhnya.Arini selalu menjaga jarak dan sedikit jual mahal  agar tidak terkesan tebar pesona. 

Untung disitu Sri cukup disegani baik oleh cowok maupun cewek karena teman teman premannya sering datang, seperti Bobby dan Jack serta yang lain. 

Pukul satu gojek langganan Sri datang. Ia berangkat kerja di Star karaoke sebagai pemandu lagu. Arini menutup kamar kost dan kembali nonton tv sambil chatingan sama teman teman menanyakan kerjaan. Tapi tangan sampai keriting semua menjawab belum ada. 

Arini bingung, bagaimana bila keadaan seperti ini terus berlarut larut. Ia percaya Sri tidak punya pikiran apa apa meski pun Arini tinggal disitu sampai dapat kerjaan baru. Tapi Arini tidak enak merasa membebani Sri. 

Memang sejak   kelas satu SD mereka sahabatan hingga SMP. Bahkan duduk saja selalu sebangku. Saat kelas satu SMP mereka pernah berselisih gara gara Jono,teman sekelas yang jadi rebutan cewek termasuk Sri. 

Arini sendiri saat itu tidak antusias pada Jono, namun Jono justru menaruh perhatian padanya. Celakanya Jono mengungkapkan perasaannya lewat Sri agar disampaikan pada Arini. Tentu saja Sri berat menyampaikan karena ia sendiri naksir berat pada Jono. 

Sejak saat itu Sri menjauhi Arini tanpa alasan yang jelas. Entah  karena cintanya pada Jono tak terbalas atau alasan lain, kelas dua SMP Sri keluar dan ikut bibinya kerja di Jakarta sebagai asisten rumah tangga. Sampai saat ini Sri belum tau kalau Arini dan Jono sudah jadian seminggu sebelum kelulusan. 

Sore Arini keluar menanyakan pekerjaan diwarung warung sepanjang jalan sekitar tempat kostnya Sri. Setelah bertanya tanya sampai sepuluh warung lebih akhirnya ada satu warteg yang mau menerimanya bekerja. 

Arini senang, ia bersemangat lagi menatap hari esok. Menjelang magrib ia pamitan pulang besuk pagi baru mulai kerja. Tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah kost Sri jadi ia bisa pulang sore.

*****

Sri pulang jam satu dinihari, kadang jam dua tergantung rame tidaknya pengunjung karaoke. Malam itu ia pulang bawa terang bulan. Kemarin bawa roti bakar. Awalnya Arini kaget juga ketika Sri pulang jam satu dinihari. 

Perasaannya  masih tinggal di rumah Mona dan ia pikir yang mengetuk pintu selarut itu adalah Candra. Arini terkejut bangun, jantung berdebar, keringat  dingin bercucuran. 

Kini pada malam ketiga tidur di kosan Sri ia sudah mulai terbiasa. 

Begitu pulang biasanya Sri tidak langsung tidur, ia bikin teh dulu makan penganan yang baru dibeli sambil up date- up date status.

Mau tidak mau Arini menemaninya sampai jam empat baru tidur lagi. 

"Sri, besuk pagi aku mulai kerja." kata Arini.

"Serius. Dimana !?"

"Di warteg dekat ponsel itu."

"Wartegnya haji Narto ! "

" Ya. Orangnya baik Sri, ramah."

"Kamu belum tau, dia itu buaya setan. Bininya tiga. Kamu mau jadi bini keempat !?'

Arini bergidik sambil geleng geleng kepala.

" Disini kamu bisa geleng geleng kepala. Coba kalau sudah kena jampi jampinya, klepek klepek kamu. Tadi ada nggak perempuan muda dandanannya menor ?"

"Ada. "

"Itu bini ketiga yang baru dinikahinya."

"Kirain cucunya. Jadi gimana !?"tanya Arini minta pertimbangan.

"Nggak usah. Besuk aja ikut aku. Kamu liat liat aja dulu. Kalau merasa nyaman kerja aja disana. Suaramu kan bagus Ar. Kamu pasti cepat dapat tamu. Jangan khawatir kamu aman disana selama ada aku."

Jam tiga Amat datang, penghuni rumah barak diseberang, kerjanya dagang nasi goreng keliling. Sri dan Arini tidur.

Besuknya pukul satu lewat Sri berangkat kerja bersama Arini. Seperti biasa ia mengenakan mini span dengan kemeja lengan pendek ketat sedangkan Arini mengenakan short dress brokat warna biru.  

Orang orang disekitar memperhatikan Arini sejak ia turun dari grab sampai masuk gedung karaoke. Sri langsung masuk ruang karyawati, menaruh barang barangnya di loker kemudian menggesek fingerpeint IDnya.

Teman teman Sri yang sudah duduk diruang tunggu karyawati bisik bisik sambil memandang kearah Arini. Selang menunggu tamu datang, karyawati mengisi waktu kosong sambil ngobrol. Berselvi ria atau ngapalin lagu dari hape masing masing. 

Arini diperkenalkan dengan teman temannya.

"Mau kerja disini ya mbak ?" tanya salah seorang diantara mereka saat Sri dipanggil bunda Dini, pemilik karaoke.

"Belum tau lagi mbak."

"Kamu adiknya Sri."

"Bukan. Teman."

Pukul tiga baru mulai ada tamu,  itu pun hanya anak anak muda, paling tidak masuk  vip room. Arini mulai jenuh hanya duduk duduk menunggu. Kata Sri tidak tentu  juga, kadang siang sudah ada tamu. 

Arini keluar mau cari makanan, pada saat yang bersamaan dua orang pemuda masuk, langkah Arini tertahan, rasanya ia pernah kenal anak muda itu tapi entah dimana. 

Arini mengurungkan niat kekios depan beli makanan. Ia kembali masuk untuk melihat pemuda tadi. Baru masuk ruang tamu ia dipanggil kedua pemuda itu untuk menemaninya nyanyi. 

Arini terperanjat melihat salah seorang dari mereka mirip Jono.

"Ada apa mas?"

"Temeni nyanyi dong."

"Maaf mas saya nggak kerja disini. Sama mereka aja." kata Arini menunjuk teman temannya Sri. Kedua pemuda tidak mau, mereka maunya sama Arini. 

Mendengar ribut ribut diluar bunda Dini dan Sri keluar.

"Ada apa Ar ?" tanya Sri. Operator menjelaskan bahwa kedua tamu itu ingin ditemani Arini.

"Ya udah. Temeni aja ." ujar bunda Dini.

Teman teman Sri mencibir. Mereka meragukan kemampuan Arini, anak kampungan gitu mana bisa nyanyi. Bisa bisa kencing dicelana. 

Namun begitu Arini mulai menyanyi, semua terpukau.  Bunda Dini pun keluar lagi dari ruangannya dan berdiri tercengang memandang aksi Arini. 

Satu lagu Arini istirahat . Ia ngobrol dengan pemuda yang mirip dengan Jono. Entah kenapa hati Arini bergetar saat pemuda itu mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Pernah ikut ajang pencarian bakat?" tanya Irfan.

"Nggak pernah."

"Kenapa ?"

"Malu mas, saingannya keren keren."

"Bukan mereka yang keren. Tapi kamu belum percaya diri. Suaramu sudah diatas rata rata. Nanti kalau ada seleksi lagi coba daftar ya. Aku akan mendampingi kamu."

Arini hanya mengangguk.

Bunda Dini memanggil Arini setelah kedua tamunya usai nyanyi 5 lagu. Arini dapat tip 200 ribu. Jumlah yang besar banget bagi Arini. Hanya menemani nyanyi paling lama tiga jam dapat tip sebanyak itu.

Pantesan Sri banyak uang. Tapi kenapa ia sampai kerja disini, siapa yang membawa. Bagaimana pekerjaannya sebagai asisten rumah tangga di Kelapa Gading dulu.

"Gimana Ar  kamu sudah lulus sebelum diseleksi. Mau gabung kerja disini . Sri tentu sudah cerita banyak tentang management disini,' tanya  bunda Dini.

Arini memandang Sri minta pertimbangan.

"Gimana.!" tanya Arini pada Sri.

"Dicoba aja dulu satu dua bulan. Gitu kan Bun!?."

"Ya, kamu coba dulu. Nanti Sri bisa kasih tau bagaimana peraturan disini."

Arini mengangguk.

Hari itu kebetulan malam jumat, pengunjung sepi. Sri dan Arini pulang pukul duabelas.

"Senayan bang," kata Sri pada driver."

"Kok ke Senayan Sri?"

"Mumpung pulang lebih awal, kita santai makan makan dulu disana."

Mereka turun di parkir timur Senayan. 

Arini tercengang melihat cafe dan warung tenda berjejer disana. Mobil dan motor memenuhi halaman parkir. Hampir semua warung atau kafe penuh pengunjung. 

Setau Arini Senayan hanya tempat untuk olah raga saja. Ternyata bila malam hari tempat nongkrong anak anak muda serta masyarakat yang ingin menikmati berbagai menu atau sekedar nongkrong di kafe melewatkan malam.

"Mau makan apa Ar, semua ada."

"Terserah kamu aja."

"Kita nongkrong diwarung tenda haji Boim. Disana banyak cowok kece. Kadang artis artis juga nongkrong disitu."

"Kumat gilanya dah," gerutu Arini mengiringi langkah Sri menuju warung haji Boim.

 

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel