Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PELECEHAN SEXUAL

Sabtu sore  Mona dan kedua anaknya ke Sukabumi menghadiri pesta pernikahan adiknya. Rencananya mereka akan bermalam disana,  minggu sore baru pulang. 

Candra sendiri sejak jumat tugas ke Semarang sampai hari sabtu. Kalau sempat ia mau langsung  menyusul ke Sukabumi. 

Arini sudah diwanti wanti agar tidak menerima tamu siapa pun orangnya dan dengan alasan apa pun. Rumah harus selalu terkunci dari dalam, kalau pun terpaksa harus ke warung rumah dikunci dari luar. Arini mencatat semua pesan  Mona dalam ingatan. 

Sebenarnya Arini takut tinggal sendirian dalam rumah,  tapi mau gimana lagi ini merupakan salah satu tugasnya sebagai asisten rumah tangga. Senjata Arini hanya satu, telpon polisi bila terjadi sesuatu.

Berapa kali sudah Arini mengontrol pintu dan jendela sekedar meyakinkan kalau semua sudah dikunci. Lampu ruang tengah dimatikan, teve dinyalakan sampai pagi meski pun tidak ditonton untuk mengelabui orang agar mereka mengira kalau rumah ada orangnya, begitu pesan Mona. 

Meski pun sudah yakin kalau semua pintu dan jendela terkunci, Arini tetap saja was was kalau ada tamu tak diundang, makanya malam  itu ia tidak bisa tidur nyenyak.

Jangankan ada orang mencongkel jendela, mendengar tikus berlarian di plafon saja ia terkejut. Jantung berdebar debar.

Minggu pagi sekitar pukul delapan Candra pulang. Arini yang saat itu mencuci pakaian terkejut mendengar pintu diketuk, ia mengintip dari balik tembok. Melihat siapa yang mengetuk pintu, Arini buru buru membukakan pintu. 

"Katanya mau langsung ke Sukabumi om?" tanya Arini polos. 

"Ganti baju dulu." suara Candra parau dan bergetar.

Darah Candra berdesir, jantung berdetak keras, nafas sepotong sepotong, demi melihat Arini mengenakan kaos putih, bagian dada basah, sehingga tonjolan di bagian dada tampak transparan. Celakanya Arini tidak menyadari kalau ia tidak mengenakan bra. Arini berlalu kembali kebelakang sementara Candra kekamar ganti pakaian. Namun ia lepas lagi. Adegan yang dulu tersimpan saat Arini main slem dengan Lola muncul kembali ditambah adegan yang baru saja ia liat. Kedua adegan itu terus bermain menguasai pikiran hingga membangkitkan hasrat yang bergejolak hebat. 

Candra keluar kamar hanya berbalut handuk kemudian berdiri di depan kamar Arini.

"Ar....kamu nggak liat shaver  om !" seru Candra. 

Arini menghampiri Candra tanpa curiga ia hanya berbalut handuk, padahal belum pernah ia keluar kamar hanya mengenakan handuk karena kamar mandinya didalam.

"Shaver itu apa sih om ?" tanya Arini.

"Alat cukur kumis."

Arini mencari cari diatas bufet dekat kamarnya. Tanpa diduga tiba tiba Candra menyekap Arini dari belakang seraya menempelkan pisau dilehernya.

"Jangan macam macan kalau tidak ingin mati." ancam Candra.

Arini tidak kuasa berkata apa apa, ia gemetar ketakutan. Arini didorong masuk kamar direbahkan di ranjang dan ditindih. 

Arini geleng geleng kepala seraya menitikkan air mata. Candra tidak peduli akan makna air mata Arini. Air mata ketidak berdayaannya mempertahankan mahkota kewanitaannya yang akan direngut paksa dengan cara sebiadab itu. 

Candra sudah kalap, pikirannya kerasukan iblis laknat. Dengan beringas ia lucuti pakaian Arini. Setelah semua tanggal,  dengan rakusnya Candra menciumi leher Arini, dada dan terus turun. Candra membuka kaki Arini dengan kasar kemudian dengan penuh nafsu menjilati kewanitaannya. Arini menggelinjang antara nikmat dan muak.Puas menjilati kewanitaan Arini,Candra bersimpuh diantara dua kaki Arini kemudian dengan kasar membenamkan kejantanannya yang sudah keras.

Arini terpekik merasakan kejantanan Candra masuk dengan kasar dalam liang kewanitaannya. Arini meringis menahan perih. Dalam liang kewanitaannya serasa disayat. Beberapa saat berselang Candra menggelinjang, mendesah panjang seraya tersenyum puas. 

"Awas kalau bilang sama tante, aku bunuh kamu." kata Candra setelah puas melampiaskan nafsu bejatnya.

Arini baru ingat pesan Desi dan Mak Yah. Inikah yang mereka maksud. Tapi mana mungkin ia mencurigai Candra, majikannya sendiri. 

Sikap Candra selama ini baik baik saja bahkan terkesan acuh padanya. Arini tau diri, sebagai pembantu rumah tangga tidak sepantasnya berharap minta perhatian lebih. 

Arini tidak menyangka dibalik keacuhan Candra ternyata menyimpan niat jahat yang mengakibatkan kehormatannya terengut paksa dengan cara sebiadab itu. 

Candra meninggalkan Arini begitu saja tanpa merasa berdosa sedikit pun. Tinggal Arini duduk bersedengku menutup tubuh dengan selimut. Ia cemas melihat bercak darah bercampur sperma di sprei . Entah apa yang terjadi nanti, besuk atau lusa. 

Minggu sore Mona pulang membawa talas Bogor dan jagung Cipanas. Arini buru buru membuka pintu. Ia tidak berani menatap Candra.

"Kamu kenapa Ar, sakit !?" tanya Mona melihat Arini tampak kusut gitu. Ketika keningnya dipegang, panas tubuhnya tinggi.

"Nggak apa apa tante, paling cuma kurang tidur. Malam tadi nggak bisa tidur, takut."

"Tapi kamu harus minum obat. Panasnya tinggi."

Hape Arini berdering. Ia buru buru kekamar.

"Hallo mak."

"Kamu kenapa, sakit. Kok suaramu parau gitu."

"Nggak mak. Meriang aja, kurang tidur malam tadi."

"Makanya kalau nonton tv ingat waktu."

"Udah dulu ya mak, baterainya drop kalo buat nelpon lama lama."

Arini duduk termenung dibibir ranjang. Air matanya kembali menitik ingat kejadian pagi tadi. Ia tidak menyangka kalau nasibnya seburuk ini. 

Tiba tiba Azka dan Lola masuk

"Mbak Ar kenapa nangis, ingat ibunya ya. Makanya beli android biar bisa vidio call." kata Azka.

"Nanti kalau mbak sudah punya uang."

Mona yang sejak tadi mendengar pembicaraan Arini dan anak anak segera masuk membawakan obat dan air putih.

" Ayo keluar semua, mbak Ar biar istirahat."

Magrib Mona keluar bersama anak anak dan Arini mencari  crayon untuk Azka. Besuk Azka ikut lomba menggambar di balai kota dalam rangka ulang tahun Jakarta. Habis beli crayon  Mona liat liat hape android.

"Mau beli hape lagi. Mami kan baru beli minggu lalu ." tanya Azka. 

"Buat mbak Arini."

"Buat mbak Arini !? Asyik...! Mbak kita bisa main mobile legen nanti." kata Azka girang sambil mengguncang guncang tangan Arini.

"Nggak usah tante, yang lama itu masih bisa kok buat nelpon." kata Arini. 

Mona tidak mendengarkan protes Arini. Ia langsung ambil hape itu.

Sampai dirumah  Mona menggiring anak anak masuk kamar untuk tidur. Arini mengutak atik hape barunya tapi sampai kepala butek ia tidak faham juga, akhirnya hape digeletakin begitu aja. Ia kembali melamun lagi ingat kejadian pagi tadi. Rasa takut, kesal,bingung datang silih berganti mengacau pikiran. 

Tiba tiba muncul kekuatan dari  alam bawah sadarnya untuk berontak. Ia mau menceritakan kejadian pagi tadi. Tapi setelah digelar digulung dengan berbagai pertimbangan niat itu surut lagi. Arini pasrah. Mungkin ini sudah takdirnya harus kehilangan mahkota kewanitaannya dengan cara sebiadap itu. Arini kembali mengutak atik hape dan akhirnya berhasil membuat email. Selanjutnya ia mendown load berbagai aplikasi. Arini senang bisa melihat foto,vidio teman teman sekampung yang  sudah lama tinggal di Jakarta seperti Sri dan Marni serta lainnya. 

Diantara mereka semua yang paling eksis di instagram adalah Sri. Ia tidak sekedar eksis tapi penampilannya juga modis bahkan satu dua foto tampak vulgar. Yang membingungkan lagi banyak vidio Sri tengah nyanyi, kadang solo kadang duet dengan berganti ganti pasangan.Apa mungkin seorang asisten rumah tangga berpenampilan seglamor itu. Arini jadi penasaran pengen tau pekerjaan Sahabat itu.

"Kamu kerja dimana sih Sri?"tulis Arini.

"Ada deh, kapan kapan kamu pasti tau yang jelas bukan asisten rumah tangga. Aku kost sendiri di karet gusuran."

Arini makin penasaran. Tapi Sri tetap tidak mau mengatakan ia kerja dimana. 

Arini maklum kalau Sri mungkin dapat pekerjaan baru yang lebih baik. Sejak sekolah dulu ia memang supel. Cepat beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Sayang ia tidak sempat mengikuti ujian akhir karena keburu ikut Bibinya ke Jakarta. 

Arini merasa mungkin ia paling apes diantar teman temannya yang kerja di Jakarta sebagai asisten rumah tangga. Karena selama ini tidak pernah terdengar kasus tentang tindak kekerasan sexual yang dialami teman temannya. Sampai saat ini mereka bekerja dengan tenang tanpa keluhan yang berarti.

Akhirnya Arini pasrah menerima nasib. Baru satu bulan bekerja sudah mendapat perlakuan tidak menyenangkan. 

Memang kejadiannya begitu cepat diluar dugaan, namun menjadi moment terburuk yang tak akan pernah terlupakan sepanjang hidupnya. 

Sejak kejadian itu setiap pagi Arini cemas menghitung hari, bagaimana bila ia tidak dapat tamu bulanannya. 

Arini tidak paham bagaimana proses pembuahan sel telur berlangsung. Apakah sel telur bisa dibuahi meski pun hanya sekali melakukan hubungan intim dan dilakukan dengan paksa dan biadab.

Rasanya semua wanita lajang seperti dirinya wajar bila merasa cemas setelah melakukan hubungan intim. 

Arini kemudian berpikir melihat kakaknya. Salbini dan Yitno sudah menikah setahun lalu, tapi sampai saat ini belum juga dikarunia anak. Artinya belum tentu intensitas hubungan intim itu membuat perempuan hamil. Arini berharap ia seperti Salbini. Pemikiran itu yang membuatnya sedikit tenang. 

Sehari berselang, Arini kembali gelisah ingat Salbini pernah berujar didepan emak dan bapak kalau ia belum mau punya anak dulu. Makanya ia menggunakan salah satu alat kontrasepsi. 

Sempat terlintas dibenaknya untuk menyatakan kekhawatirannya akan hamil pada Candra. Tapi kemudian niat itu pupus. Ia pikir itu pernyataan konyol yang akan memancing niat Candra untuk melakukannya lagi. Karena dengan pernyataan itu secara tidak langsung sama artinya ia suka akan perbuatan bejad Candra hanya takut bila hamil. 

Arini sering memperhatikan bagaimana keakraban Dati dengan kedua majikannya. Apakah ia juga pernah diperlakukan tak senonoh oleh pak Santo majikannya mengingat istri pak Santo sudah tua.

Arini tersenyum  mengurungkan niat bertanya pada Dati soal itu. Bila itu ia tanyakan sama saja membuka aib sendiri. Sebelum tidur Arini masih memikirkan keantusiasan Dati pada Vidio seperti itu. Apakah semua teman teman yang kerja di Jakarta berpikiran seperti Dati, Arini bergidik sendiri. 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel