Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

INTIMIDASI

Dengan adanya hape baru yang dibelikan Mona, Arini mulai berselancar diberbagai media sosial.Meski pun semua itu hanya dunia maya yang tidak nyata, namun Arini cukup terhibur setidaknya melupakan sejenak kenangan pahit yang menggores hatinya.

Arini mulai mengenal banyak kawan dari berbagai belahan bumi hanya dengan satu jari.Mengikuti aktivitas artis artis atau tokoh masyarakat dengan kongkrit tidak sekedar berita sepotong sepotong dari tv tetangga. 

Bila  waktu senggang Arini belajar dengan Wanti, bagaimana cara mencari kawan kawan lewat media sosial. Tapi sudah beberapa hari ia mencari seseorang belum juga ketemu.

"Barangkali dia pake nama palsu. Siapa sih nama aslinya.?" tanya Wanti saat mereka jalan jalan sore di taman.

"Jono."

"Pacar kamu dikampung ya?"

Arini tersipu malu. 

Wanti menjelaskan bahwa dimedia sosial ini kadang orang malu pake namanya sendiri mungkin karena namanya dianggap kampungan.

" Aku tidak bilang kalau nama Jono kampungan lho ?"

"Gitu ya mbak."

"Ada juga namanya asli tapi fotonya orang lain. Makanya hati hati kalau kenalan di medsos. Cowoknya banyak yang modus kaya Rido."

"Emang mbak Wanti kenal Rido lewat medsos !?"

"Iya."

Semudah itu mengganti nama dan foto disosmed, semudah itu jadian dan putus. Bisa jadi Jono mengubah foto atau nama dimedsos. 

Kenangan Arini dan Jono seminggu sebelum kelulusan pun memudar. Salahkah bila kini Arini menanggapi teman teman di medsos yang mulai menaruh perhatian padanya.

*****

Pukul delapan pagi  Mona sudah siap pergi ke arisan komunitas di Kelapa Gading. Arini sampai tidak berkedip memandang Mona berpakaian seperti itu, layaknya mau menghadiri penobatan piala oscar sehingga menyesuaikan penampilan. Boleh dibilang pagi itu Mona seperti artis tanpa status. Pakaian yang dikenakan mungkin dibeli dari butik kemarin. Kalau tidak salah dengar harganya puluhan juta rupiah. 

Perhiasan kebanggaannya pun dikenakan semua mulai dari cincin, gelang dan kalung yang bertahtakan berlian 5 karat. 

Mungkin Mona hanyalah salah satu dari wanita wanita yang rela melakukan apa saja dengan biaya berapa saja demi eksistensi semata. Pemikiran Arini belum sampai kesitu, yang ia tau Mona baik hati.

Baru saja Arini merendam pakaian, hapenya berdering. Candra mengirimi vidio berdurasi 30 detik tentang kejadian perkosaan terhadap dirinya. Arini baru sadar saat itu Candra menaruh hape diatas almarinya. Rupanya hape itu tengah merekam kejadian yang tengah berlangsung. 

Arini gemetar, jantung berdebar debar. Seketika itu juga vidio tersebut ia hapus. Ia heran, dari mana Candra tau nomornya sedangkan ia tidak pernah merasa berbagi nomor dengan Candra.

Arini heran, kenapa vidio yang dikirim ini terkesan bahwa kejadian itu dilakukan suka sama suka, padahal faktanya Candra melakukannya dengan beringas . Arini belum faham bahwa vidio itu sudah diedit sedemikian rupa sehingga terkesan suka sama suka. 

Setengah jam berselang, Candra datang. 

"Apa maksudnya ini om? tanya Arini.

" Vidio itu mau aku share agar semua orang tau termasuk keluargamu di kampung sana bisa melihat."

"Jangan om..saya mohon jangan lakukan itu." rintih Arini sambil mengguncang guncangkan tubuh Candra.

"Kalau begitu turuti kemauan om." kata Candra seraya menarik  Arini .

Arini bingung, menolak kemauan Candra sama artinya mempermalukan diri didepan umum. Kawan kawan, saudara, orang tua. Ia tidak kuasa membayangkan bagaimana bapak dan emaknya harus menanggung malu bila vidio itu disebar luaskan. 

Akhirnya Arini pasrah mengorbankan tubuhnya demi menjaga aib yang harus ditanggung orang tuanya seumur hidup.

"Gimana ?" tanya Candra.

Arini menunduk tanpa ekpresi, ia melemah saat Candra menuntunnya masuk kamar. 

Arini yang saat itu mengenakan daster tanpa bra berdiri mematung disisi ranjang. 

Candra mengusap usap bahunya dari belakang.

"Nggak usah munafik Ar, nikmati aja, nanti kamu akan terbiasa sehingga kita bisa menikmatinya sama sama." kata Canra sambil menciumi tengkuk Arini sementara tangannya menggerayangi buah dada kemudian turun hingga kewanitaannya.

Melihat bulu kuduk Arini berdiri, Candra merebahkannya diranjang kemudian dengan lembut melumat bibir, leher dan puting susunya.

Mulanya tubih Arini kaku sebagai sikap penolakannya atas perlakuan Candra. Ia ingin bertetiak sekeras kerasnya, namun tak kuasa.

Karena Candra terus agresif berusaha menjinakkan Arini, akhirnya Ia mulai bereaksi, Candra makin semangat berusaha membangkitkat hasrat Arini tanpa beringas apalagi kekerasan. 

Diluar kesadarannya Arini berada pada dimensi yang saling bertolak belakang. Dari satu sisi nuraninya menolak hal ini terjadi, namun disisi lain ia tidak kuasa membendung metabolisme tubuh yang mereduksi hormon karena rangsangan Candra. 

Arini pasrah dalam ketidak berdayaannya. Mungkin benar kata Canra, tanpa bermaksud  munafik, diluar kesadarannya Arini menikmati aksi Candra. Ia mendesah, menggeliat memacu Candra makin atraktif.

Tubuh Arini tidak sekaku saat pertama dulu.Kini ia melemah saat membuka kedua kakinya, ketika Candra mulai membenamkan kejantanan di kewanitaannya, Arini tidak merasa kesakitan lagi, tanpa sadar ia mendesah memancing Candra mempercepat rintme permainan membuat Arini hilang kendali, tangannya yang semula pasif diranjang, terangkat memegang pinggul Candra. sekali lagi Arini mendesah mengangkat kepala mulai menikmati kejantanan Candra yang bermain liar dalam liang kewanitaannya.

Akhirnya Candra melenguh panjang, sekujur tubuh menggelinjang, selanjutnya ia terkapar disisi Arini tepat saat goojek langganan Lola datang.

Candra buru buru menyambar pakaiannya meninggalkan kamar Arini masuk kamarnya sendiri untuk mengenakan pakaian.

"Papi sudah pulang ?" tanya Lola melihat Candra keluar kamarnya membawa stopmap entah apa isinya.

"Ada yang ketinggalan ." jawab Candra buru buru keluar dan pergi entah ke kantor atau kemana. Sementara Arini dikamar mandi membersihkan kotoran dari tubuh Candra.

"Masak apa mbak ?"

"Hari ini mbak Ar tidak masak,mak Yah nggak lewat sini. Nggak jualan kali ya." 

"Lola tadi liat mak Yah dorong gerobak dimuka gang."

"Kok nggak kesini ya."

"Mbak Ar kali yang nggak dengar waktu mak Yah panggil panggil."

Arini menahan senyum.

"Lola mau makan ? Mbak order gofood ya !?"

" Nggak usah. Bikinin mie aja, pake telor, pake sayur."

Arini kedapur.  Lola nyelonong masuk kamar Arini maksudnya 

pinjam hape.

"Mbak kotoran apa ini dikasur, hi......bau lagi!"seru Lola.

Arini terperanjat, panik ingat belum mengangkat sprei yang ternoda sperma setelah Candra melakukan kebiadabannya lagi.

"Si manis tadi muntah dikasur," ujar Arini seraya menarik sprei dan langsung merendamnya.

"Buang aja si manis itu, jorok. Lola geli liat dia kencing sembarangan."

"Nanti Azka marah."

"Bang Azka juga, sayang kucing tapi nggak mau merawatnya."

"Sudah, sudah,.....nggak boleh menghujat kakak. Lola sendiri kan juga punya binatang piaraan."

"Tapi nggak jorok kaya kucingnya bang Azka."

Arinii kembali kedapur nyiapin sarapan Lola. Jantungnya masih berdebar debar gara gara lupa gara gara lupa mengangkat sprei . Untung Lola tidak mengenali bau apa yang mengotori mengotori spreinya itu.

Lepas magrib Arini ngobrol dengan Danti didepan rumah. Arini tanya kenapa orang yang tidak kita kenal bisa tau nomor WA kita. 

"Medsos ini memang serba salah, kita jujur ngasih nomor takut diisengi orang, nggak dikasih nomor salah. Emang ada yang isengin kamu ?"

"Ada mbak. Ngirim vidio lewat WA. Vidio porno lagi."

"Mana liat. Kedalam aja yuk ?" kata Danti antusias. 

"Sudah saya hapus mbak."

"Aduh...sayangnya. Nanti kalau orang itu ngirim lagi share ke WA ku ya ."

Arini mengangguk. Dalam hati ia bertanya, sudah separah inikah dampak dari media sosial sehingga seorang asisten rumah tangga seperti Danti segitu antusiasnya ingin melihat vidio yang tidak semestinya ditonton. 

Kalau sudah begini siapa yang mau disalahkan. Produsen atau konsumen. Kita  tidak menampik kalau penerintah melalui kominfo sudah segitu ketat mengawasi konten sejenis itu. Bahkan ribuan platfom sudah diblokir tapi nyatanya konsumen masih bisa mengakses dari link link tertentu.

Candra keluar mengantar Mona ke super market.

"Mari om.." balas Danti saat Candra menyapanya. Tanpa setau Danti, Arini membuang muka merasa muak setiap kali melihat majikannya.

"Senengnya punya suami seperti dia. Sudah ganteng, kaya, baik hati pula." gumam Danti.

"Siapa mbak ?"

"Itu, om Candra."

Arini prihatin. Orang yang telah mencabik cabik kehormatannya dengan cara sebiadap itu masih dapat pujian dari Danti mungkin orang orang disekitar sini juga.  Andai saja mereka tau bagaimana bejatnya akhlak Candra. Andai saja mereka tau bagaimana perihnya hati Arini.

Malamnya Arini kembali tidak bisa tidur ingat kejadian pagi tadi. Kali ini bukan saja hatinya yang terluka, mungkin bagian kewanitaannya pun terluka karena setiap kali ke toilet ia merasakan perih. 

Kejadian pagi tadi memang tidak sebrutal yang pertama.Kalau mau jujur Arini seakan terbawa  suasana untuk menikmati  seperti yang Candra nikmati. 

Arini sendiri heran. Kenapa bisa seperti itu. Padahal bila melihat posisinya ia tertindas. Tapi faktanya tidak seperti itu. 

Arini pernah membaca cerita di perpustakaan sekolah kalau tidak salah judulnya perawan di sarang penyamun. 

Dalam cerita tersebut sang perawan adalah korban, tertindas. Namun akhirnya tumbuh rasa cinta entah karena apa. 

Apa yang dialami Arini pun tak jauh beda dengan sang perawan tersebut, bedanya bukan cinta yang kemudian tumbuh tapi rasa menikmati, persis seperti apa yang diminta Candra.

Arini kemudian berpikir jauh kedepan. Bila hal ini dibiarkan berlarut larut, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti justru Arinilah yang membutuhkan Candra. 

Tidak, ini tidak boleh terjadi. Arini tidak ingin melukai hati Tante Mona. Ia juga tidak ingin suatu saat nanti hamil. 

Malam ini Arini memutuskan untuk menyudahi semua ini apa pun yang terjadi, meski Candra mengancam akan membunuhnya.

Arini menyadari sebagai orang dusun yang gagap tehnologi, tapi tidak juga harus takut pada tehnologi itu sendiri

Arini ingat beberapa berita tentang salah seorang artis yang mempublikasikan Vidio serupa, akhirnya dia sendiri yang dijebloskan kedalam penjara. 

Berpijak dari kasus itu Arini yakin Candra tidak mungkin menyebar Vidio tersebut, paling ia hanya menggertak agar Arini tunduk padanya, menuruti nafsu bejatnya.

Malam itu tekat Arini sudah bulat akan menceritakan apa yang ia alami selama ini pada Sri. Ia tidak peduli apakah Sri Percaya atau tidak, bahkan mungkin berbalik menuduhnya kalau ia sendiri yang bersedia dengan rela tidur dengan Candra. Tentu dengan imbalan tertentu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel