Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ditoilet

Mira duduk di kursinya, membaca catatan pelajaran sambil menunggu guru berikutnya datang. Namun, suasana hening itu segera pecah ketika suara seorang siswa laki-laki terdengar dari bangku belakang.

"Mira," panggilnya.

Refleks, Mira menoleh ke belakang. Wajah masam langsung terlukis di rautnya ketika melihat siapa yang memanggil. Nino, siswa paling tampan sekaligus paling menyebalkan di kelas, tersenyum lebar ke arahnya.

"Iya, ada apa?" jawab Mira, malas.

Nino menyandarkan tubuhnya dengan santai, sambil tetap menatap Mira dengan mata jahil. "Aku duduk di sebelah kamu, ya, Mir."

"Apaan sih, Nino." Mira melirik jam dinding di depan kelas. "Lagian bentar lagi Bu Amel juga mau masuk. Kamu gak bisa tenang sedikit, ya?"

Nino tertawa kecil, suara tawanya terdengar seperti ejekan. "Yaelah, masa sama Bu Amel aja takut. Tenang aja, aku kan murid kesayangan Bu Amel."

Mira mendengus. "Pede banget jadi orang. Sok kecakepan, dasar!"

"Haha, apa sih, Mir. Ngaku aja kamu suka sama aku, iya kan?" goda Nino, sengaja berbicara sedikit lebih keras agar teman-teman di sekitar mereka mulai melirik.

"Ogah! Gak, ya!" Mira segera membalikkan badan, memutuskan untuk mengabaikan Nino. Tapi Nino tetap saja bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat.

"Udah...udah, pokoknya aku duduk di sebelah kamu," ucap Nino dengan percaya diri sambil menarik kursi kosong di samping Mira.

"Apa-apaan sih kamu, Nino. Aku gak bolehin kamu duduk di sini," bisik Mira kesal.

Namun, sebelum Mira bisa mengusir Nino, suara lantang dari depan kelas menginterupsi.

"Selamat pagi, anak-anak," sapa Bu Amel dari ambang pintu dengan senyum ramahnya.

"Pagi, Bu!" jawab seluruh siswa kelas 11 serentak, kecuali Mira yang hanya melirik Nino dengan tatapan tajam.

"Baik, kita lanjutkan pelajaran minggu lalu. Silakan buka buku paketnya," kata Bu Amel sambil melangkah menuju meja guru.

Seluruh siswa segera membuka buku masing-masing, suasana kelas berubah tenang. Kecuali di sudut ruangan, meja ketiga dari depan, tempat Mira dan Nino yang masih sibuk bertengkar dalam bisikan.

"Udah, Mir. Diam aja, dengerin tuh Bu Amel ngejelasin materi," ujar Nino sambil menahan tawa, melihat wajah Mira yang semakin kusut.

Mira mendesah panjang, menyadari ia tak punya pilihan. Kalau saja Rara, teman sebangkunya, tidak libur hari ini, pasti Nino tidak akan semudah itu duduk di sampingnya.

"Baiklah, anak-anak," suara Bu Amel terdengar lagi. "Hari ini kita lanjutkan pembahasan tentang teks deskripsi." Bu Amel menjelaskan dengan lantang di depan kelas sana, sedangkan para siswa mendengarkan dengan seksama.

"Mira," Nino tiba-tiba berbisik ke Mira, sembari tangannya menjelajah liar ke paha perempuan itu.

Mira terlihat geram, dan tentunya menahan sedikit geli. "Nino,urang ajar," ucap Mira dengan suara pelan juga, hanya terdengar oleh mereka berdua saja.

"Sayang, aku kangennn," bisik Nino lagi, dan tangannya semakin menjadi merabaipaha Mira.

"Mirr, aku pengennn," lanjutnya berbisik dengan tangannya yang kini sudah menelusup masuk ke dalam rok seragam sekolah Mira, yang kebetulan memang memakai rok seragam pendek.

"Nino, tolong jangan kurang aj...eummpphh," Mira tiba-tiba mendesah pelan saat jari Nino sudah bermain di bawah sana.

"Sayang, kamu basah," bisik Nino dengan tatapan haus, sambil terus memainkan jarinya di dalam rok seragam Mira.

"Ninn, tolong jangan bersikap gila...eeuummphhh. Nanti ada yang lihat, kita bisa mmati..eehhhh."

Nino sama sekali tak menghiraukan ucapan Mira, ia malah semakin asik menusuk-nusuk lubang Mira dengan jari panjangnya, "ahhh, kamu udah basah banget sayang."

"Eumphhh, Nino tolong berhen...eeuumphh," Mira bahkan terlihat ingin menangis, bagaimana tidak ingin menangis jika ia harus menahan sensasi nikmat dan takut di saat yang bersamaan.

"Mir, punyaku udah tegang banget, nanti istirahat kamu harus tanggung jawab," racau Nino dengan bisikan, dan masih tetap mengocok lubang Mira di balik rok.

Mira tak menjawab, raut wajahnya terlihat begitu gelisah, bahkan sesekali ia memejamkan matanya.

"Sayang, kamu coba pegang punya aku, dia minta dielus dari tadi," tanpa menunggu persetujuan, Nino menarik tangan Mira untuk memainkan miliknya yang sudah ia keluarkan dari dalam kancing celananya.

"Ninoo..." Mira jelas terperanjat melihat aksi Nino, ia takut ketahuan.

"Pegang aja sayang, ini biar aku tutupin pake buku," kemudian Nino menutupi area miliknya dengan buku agar tangan Mira tidak terlihat saat sedang memainkannya.

Kali ini Mira tak menolak, ia mengelus milik Nino dengan pandangan yang pura-pura fokus ke depan. Sepertinya perempuan ini juga mulai dikuasi birahi.

"Ahhhh... Eeuummphhh enak banget Mir, sumpahhh," Nino sampai memejamkan mnatanya ulah menahan nikmat.

Ting tong, bel istirahat berbunyi.

Sreeett...

Nino dengan cekatan mengancing celananya, lalu menarik tangan Mira untuk keluar kelas.

Mira menurut saja, karena lubangnya juga sudah meronta ingin dimasuki batang Nino yang perkasa.

Ya, ini memang bukan pertama kalinya Mira disetubuhi oleh Nino. Mereka sudah beberapa kali melakukan hubungan intim layaknya suami istri, padahal status mereka baru sebatas pasangan kekasih.

Brakk..

Nino mendobrak pintu toilet rusak di belakang sekolah mereka. Dan area itu memang jarang didatangi orang-orang.

Dengan cepat ia membawa Mira ke dalamnya, dan segera menguncinya.

"Aku masukin ya sayang," Nino dengan kesetanan mendorong tubuh Mira ke tembok, lalu mengeluarkan miliknya dari dalam kancing celananya, Kemudian menaikan rok Mira ke atas, serta menurunkan celana dalamnya.

Bleesss, rudal Nino amblas sepenuhnya ditelan lubang Mira.

"Akhhh, nikmat bangettt.. hhh," Nino meracau sambil mementokkan rudalnya di dalam milik Mira.

Tanpa tunggu lama, Nino langsung memaju mundurkan tautan penyatuan milik mereka di bawah sana.

"Ahhh ohhhh eumphhh, Niinoo pelan-pelanhh,"

"Aku gak bisahhh, ini salah kamu karna gak mau kasih aku jatah kemarin malam...hh."

"Aku kan udah bilang Nin, kalau aku lagi ngerjain tug...ahhh eumphhh. Ninoo, sakit banget... hhhh."

Srepp, Nino mencabut rudalnya dari dalam lubang Mira.

"Nungging sayang, aku mau entod kamu dari belakang."

Mira langsung melakukan perintah Nino, kemudian dengan penuh nafsu Nino menyodok lubangnya dari belakang.

"Ahhh ahkhhh akhhhh, aku bakal buat kamu hamill."

"Jangan kurang ajar ya, Niinoo."

"Hehe, canda sayang. Aku hamili kamu pas kita udah nikah nan..."

"Akhhhh, aku mau keluarrrrrhhh."

"Eitss, tunggu sayangg. Kita barengan."

"Akhhh eeuumphh cepetan makanyaaa, aku gak tahan lag...."

"Aw, sakitttt," Mira mendelik kesakitan saat Nino meremas kencang bukit kembarnya di balik seragam SMA itu.

"Sabar sayang, aku juga belum nyusu," ucap Nino menyeringai, sembari melepas miliknya dari sarang. Kemudian ia menelentangkan Mira di lantai, lalu merayap ke atasnya.

Tak ingin ada yang terlewatkan, Nino memasukkan rudalnya lagi ke dalam vagina Mira, kemudian sambil menyusu di atas sana.

"Akhhh, Niiinoo," Mira menggelinjang kenikmatan, sambil mencengkram rambut Nino.

Plok plok plok

Suara penyatuan mereka ulah pompaan rudal Nino di bawah sana.

"Desah aja sayang, gak bakal ada yang dengar kit...ahhhh,"

"Akhhhh Niinn, mentokin punya kamu, aku mau keluarrrr."

"Ahaha, siap sayang."

"Akhhhhh," Nino mementokkan miliknya, sampai Mira membelalak kesakitan.

"Nikmat banget sih sayang memek kamu...hhh," lanjut Nino meracau saja.

"Abbhhhh, aku sampaihhh Ninn," Mira akhirnya menyemburkan larva hangatnya.

"Aduhh, anget banget sayang.." Nino tersenyum mengerikan.

"Tunggu ya sayang, aku dikit lagi juga sampai," Nino kembali menggenjot dengan cepat.

Mira tak menjawab, ia sudah terkulai lemas ditindih kekasihnya.

Tak berapa lama setelah itu, Nino pun sampai pada tahap klimaksnya.

Keduanya terkulai lemas di lantai kotor, Nino menatap Mira dengan tatapan sayu, kemudian mencium kening perempuan itu dengan lembut, "Makasi ya, sayang."

Ting tong, bel masuk berbunyi. Dan keduanya langsung bergegas merapikan diri karena harus mengikuti mata pelajaran berikutnya.

"Sayang, nanti malam kita main lagi ya," Nino merengek seperti bayi saja.

"Dasar, kayaknya cuma itu aja deh Nin yang ada di pikiran kamu," Mira membalas sembari memutar malas bola matanya.

"Yah, namanya pacar aku cantik. Siapa coba yang gak nafsu terus."

"Hadeuh, terserah kamu deh Nin," Mira pun berjalan cepat meninggalkan Nino.

Nino tertawa, kemudian mengejar Mira yang berjalan cepat, "Berarti sayang setuju kan kalau kita gituan lagi nanti malam?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel