Bab 4 Buk Nelly
Hari itu aku dapat order nganter orang ke Tegal, Ya.. sebagai orang yang kerjanya serabutan, ada kerjaan apapun ku lakukan, kebetulan aku bisa nyopir dan punya SIM, aku akan nganter Bu Nelly, istri dari Pak Dadang, Karena pak Dadang sakit maka dia menyuruh aku nganter istrinya pulang kampung ke Tegal memakai mobilnya, sedan Vios.
Sebenarnya bu Nelly ini istri kedua dari pak Dadang, itupun di kawin siri, gak resmi, saat di kawin dia sudah janda, tapi masih cantik dan sexy. Sehari-harinya Bu Nelly berpakaian baju muslimah.
Kami berangkat pagi dari bandung, Bu Nelly duduk di depan di sebelahku yang lagi menyetir, sampai di Tegal menjelang siang, lalu aku mengantar beliau keliling Tegal mendatangi saudara-saudaranya, dan baru menjelang malam tuntas semua urusannya.
"Alhamdulillah, Sudah beres mas Rudy." ucap Bu Nelly sambil meletakkan bokongnya di sebelahku, aku segera menghidupkan mobil, setelah bu Nelly menutup pintu.
Bu Nelly selalu memanggilku dengan sebutan mas, meski umurnya diatasku, dia mungkin sudah 30 an lebih.
"Kita gak usah pulang dulu, capek, kita cari hotel saja buat istirahat, besok pagi baru kita pulang" ucap Bu Nelly.
"Baik Bu nel.." aku menjalankan mobilku ke jalan raya.
"Cari hotel yang dekat saja, di ujung jalan itu ada mas, cukup murah dan bersih" kata Bu Nelly, aku menjalankan mobil ke sana dan kebetulan ada parkiran yang kosong segera ku masukan ke sana.
"Mas Rudy saja yang pesan kamar ya, aku malu kalau pesan, satu kamar saja mas ngirit, gak apa-apa ya.." kata Bu Nelly.
"Eh..gak apa-apa Bu.., sebentar tak pesan kamar dulu." sahutku.
"Ini mas uangnya" Bu Nelly memberikan uang 300 ribu, dan aku dapat kamar di lantai dua pojok seharga 250rb, aku pilih kamar yang bagus, ada sih yang 150 ribu tapi aku khawatir Bu Nelly gak suka.
Aku pun kembali ke mobil dan mengajak Bu Nelly turun, dia pakai masker dan menggandeng tanganku, ya kami seperti sepasang suami istri.
Kamar itu lumayan bagus, single bad, bersih dan besar pakai AC ada tv layar datar juga, kulkas mini, dan kamar mandi dalam dengan air hangat, kalau yang harga 150 ribu gak ada air hangat.
"Mas Rudy mandi dulu apa saya yang mandi dulu?"tanya buk Nelly.
"Bu Nelly saja dulu." jawabku, lalu Bu Nelly masuk kamar mandi, aku berfikir bu Nelly ngajak nginep di hotel sekamar pasti ada maunya, karena aku tau pak Dadang sakit gula dan darah tinggi, biasanya orang sakit gitu juga kena impotensi, jadi mungkin bu Nelly sudah lama gak di gauli dan lagi pengen. Ya itu hanya analisaku saja, lihat saja nanti, aku sendiri sudah lama sering curi-curi pandang ke tubuhnya yang sexy, meski di balut busana muslimah tetapi tidak bisa menutupi buah dadanya yang montok dan bokongnya yang besar dan semok. Aku sering menelan ludah bila melihat tubuhnya, apalagi gerak-geriknya yang terkesan manja dan wajah ayunya membuat aku gemes pingin memperkosanya ..
Hehehe..
"Ngelamun aja.. ayo giliranmu mandi mas.." kata Bu Nelly, eh.. sudah selesai dia, kini dia hanya menggunakan daster, rambutnya di tutupin handuk.
"Eh iya Bu.." akupun segera masuk kamar mandi dan mandi kilat, selesai aku naik kasur dengan memakai kaos dan sarung.
"Capek mas? Nyopir seharian?" tanya bu Nelly yang duduk di depan cermin sudah memakai daster panjang dan jilbab.
"Lumayan bu Mar.." jawabku.
"Mau di pijit gak? Tapi nanti gantian ya.." tawarnya.
"Ya mau dong" jawabku sumringah.
"Yaudah tengkurap sana" perintahnya, aku segera tengkurap dan bu Nelly segera memijitiku, mulai kaki hingga punggung.
"Sudah ya sekarang gantian," kata Bu Nelly.
Setelah dia mengatakan itu aku bangun lalu Bu Mar tengkurap di atas kasur, aku langsung memijitnya, semua bagian tubuh ku pijat dan berakhir di bokong semoknya, ku pijat ke bokongnya dengan gemes, karena sekal sekali, besar dan padat, sampe kontolku ngaceng. Ku tekan-tekan bawah pantat nya dia diam saja, langsung ku rogoh sela-sela selangkangannya, dan ku gosok-gosok lembut berirama.
Bu Nelly blingsatan, tangannya mulai meremas-remas sprei dan nafasnya naik-turun.
"Depan juga ya mas.." suara Bu Nelly serak mendesah, lalu dia membalikkan badan. Mukanya memerah, bibirnya sedikit membengkak, hidungnya juga sedikit memerah mekar.
"Iya Bu Nelly.."
Aku mulai memijit lagi, Bu Nelly langsung memejamkan matanya, akupun menyerang buah dadanya, ku remas-remas pelan penuh perasaan, ku usap-usap, ku remas lagi, Bu Nelly mendesah-desah gak karuan, lalu tanganku turun ke kaki, ku pijit dari bawah, ku singkap dasternya lan tanganku nyelonong ke celana alamnya, ku usap-usap belahan empiknya pelan lembut.
Bu Nelly melebarkan pahanya, matanya terpejam tapi bibirnya mendesah-desah. Daster terus ku singkap ke atas, tali BH Bu Nelly ku buka dan BH itu pun lempar, ku remas lembut dua gundukan buah dada itu, lalu pentilnya kujilat pelan, kiri kanan. Lalu ku kulum pentilnya yang mulai mengeras, kiri kanan.
"Aahh.. mas Rudy.. kok nakal siihh?" erang Bu Nelly, aku membimbing tangan Bu Nelly masuk ke dalam sarungku.
"Aduh mas.. apa yang keras ini?" tanya bu Nelly, aku mendekati wajahnya.
"Kontol saya Bu Nel.." bisikku di telinganya.
"Kok..kok besar sekali ya.. panjang lagi" ujarnya setengah mendesah, aku mengecup lembut bibirnya, alu pipinya, lehernya, telinganya.
"Geli mnass.. ahh.." Bu Nelly mendesah-desah, tangannya masih memegang kontolku seperti gak mau kehilangan benda itu.
Bibirku lalu turun ke puting buah dadanya, bermain-main di sana, menjilat mengulum kadang menggigit, sedangkan tanganku bergerilya di selangkangan Bu Nelly, celana dalamnya ku turunkan ke bawah dan tangan, dengan lembut ku elus-elus, jembutnya tidak terlalu tebal, di potong rapi, pertanda Bu Nelly rajin merawat tempeknya. Jari telunjukku ku masukan ke lobang tempeknya, Ku putar-putar dan jempol ku menggosok-gosok itilnya.
"Maass.. kau apakan.. tempekku.. auuhh.. hsss." Bu Nelly menggelinjang, segera ku ciumi bibirnya dalam-dalam, Bu Nelly memakai jilbab putih, tapi dasternya sudah terangkat sampai atas dada, dan gak pakai BH serta celana dalam, tapi pemandangan itu bagiku indah sekali, sangat eksotis.
"Kan di pijat bu Nell.." bisikku lembut di telinganya.
"Kok gitu?.. Auh.." tanya Bu Nelly, kelopak matanya sedikit terbuka sendu, ku tatap dengan lembut, ku cium sedikit bibirnya.
"Ini namanya pijat all in Bu Nell.."
Aku melepas kaosku lalu sarung juga ku lepas, aku telanjang bulat, kontolku sudah ngaceng dan ku dekatkan ke wajah Bu Nelly "Mau pegang lagi Bu Nell?" tanyaku.
Bu Nell terkejut melihat kontolku yang besar dan panjang, dia mengelus-elus seperti sayang banget dengan kontolku, lalu di kecup lembut, di jilat-jilat, di kulum-kulum.
"Ahh.. gemes aku mas..gede banget ini, punya pak Dadang kecil banget soalnya." racau Bu Nelly.
