Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 4: Hospital

Alexander

"Isabella, bagaimana ini bisa terjadi? Aku minta maaf karena tidak bisa datang menyelamatkanmu." Brandon meletakkan buket bunga ke dalam vas yang ada di sebelah Isabella. Dia memeluknya, mencium kening Isabella seolah wanita itu tidak memiliki seorang kekasih. Aku rasanya ingin menghantam Brandon saat ini akan tetapi, Mama masih berdiri di sampingku dan melihat pemandangan kedua sejoli yang akan segera mendapatkan gelar dokter itu.

"Mereka itu sangat cocok sekali, aku tidak pernah membayangkan bagaimana jika aku menikah dengan seorang pengacara. Pasti pemikiran kita akan sejalan, haha." Mama tertawa lirih sementara, aku masih terpaku menatap keduanya yang sedang berbincang.

"Alexander, ayo kita pergi. Aku tidak ingin menganggu mereka berdua, biarlah mereka bermesraan." ucap ibuku mengajakku untuk pergi setelah melihat pemandangan keduanya sejenak.

Aku mengikutinya kemana dia pergi ternyata dia pergi ke bandara dan sekalian memintaku untuk pulang. Dia sama sekali tidak berbicara kepadaku sepanjang perjalanan, dia hanya menatapku sinis dan lebih sibuk dengan laptonya karena sepertinya dia masih belum menemukan asisten yang dapat dia percaya untuk menggantikan separuh pekerjaannya sebagai seorang pengacara. Ibuku masih belum mempercayai Irene untuk membantunya terlebih ketika Irene masih belum mendapatkan gelar sarjana hukum.

"Aku tidak tau apa yang kau lakukan di rumah sakit akan tetapi, Jane mengatakan kau berada di Melbourne untuk pekerjaan. Tidak ada apa-apa di Melbourne, kau hanya beralasan saja, bukan?" Dia menatapku dalam. Kami sudah berada di dalam jet pribadi miliknya.

"Jika Brandon dapat menjenguknya, mengapa aku tidak? Aku seharusnya tidak memiliki masalah untuk itu." protesku sembari meneguk segelas bir yang pelayan tuangkan.

"Baiklah, aku tidak ingin mendengar penjelasan lain. Kau sebaiknya menjelaskan ini dan mengapa mereka masih bisa masuk melalui data kita." Dia menunjukkan sebuah berita yang tertera di tabletnya.

"Itu bukan Almonds, setelah mereka gagal membunuh Yaren aku rasa mereka sudah berhenti untuk menyerang karena mereka sudah sia-sia mengirim orang untuk membunuhku dan Jane akan tetapi, selalu gagal." jelasku kepadanya.

"Lalu, siapa lagi ini? Apa kepentingan mereka? Aku tidak mengerti dengan semua ini?" ucap ibuku dengan sedikit emosi.

"Aku tidak tau, menghadapi Almonds saja sudah cukup kewalahan ditambah mereka." Aku mengembalikan tabletnya karena hal itu masih belum bisa ku cerna, "Itulah alasan mengapa kau harus tetap mengawasi, Alexander. Aku tidak ingin seluruh rahasia kita bocor ke pemerintahan, kita bisa hancur jika sampai mereka melaporkan kita." tegasnya.

"Minta putrimu untuk mengawasinya sesekali, dia harus belajar dunia kita. Atau setidaknya dia harus berlatih tembak menembak sama sepertimu. Bukankah itu yang seharusnya kau ajarkan kepadanya. Dia-"

"Berhenti di sana, Alexander. Ayahmu tidak pernah setuju dengan usulanku, dia ingin menjauhkan Irene dari semua ini. Itulah alasan kau harus tetap mempertahankan hubunganmu dengan Jane dan buat dia hamil. Sudah setahun kalian menikah, mengapa dia belum kunjung hamil juga, hmm?"

Aku meneguk segelas bir, "Aku tidak tau, aku sudah melakukan seks dengannya. Aku sudah mencoba berbagai gaya agar cairan putih yang katanya jumlahnya jutaan itu dapat membuahinya namun, selama ini apa yang terjadi?"

Dia mengecap kesal, "Ck, kau harus memeriksakannya ke dokter. Atau kalian berdua sebaiknya pergi ke dokter. Aku ingin kau membuatnya hamil agar dia tetap bersamamu."

"Bahkan jika dia tidak hamil sekalipun, dia akan tetap bersamaku."

"Alexander! Aku dan ayahmu menikahkanmu dengan anak Maynard karena mereka berpengaruh di pemerintahan." tegasnya.

"John dan Caroline Maynard sama saja seperti kalian, pejabat korup. Jika Jane mengancam-"

"Kita sama-sama memiliki kartu masing-masing, Alexander jadi, tidak usah melakukan hal itu. Permintaanku dan ayahmu cukup sederhana, kami ingin anak lahir dari rahim Jane." tegasnya sekali lagi sembari meminum birnya.

"Aku akan mencobanya jika itu yang kalian inginkan. Lagipula, kita memang hidup untuk memenuhi permintaan kalian." Dia seketika menatapku dalam namun, tidak merespon dengan ucapan lain.

"Aku ingin kau membereskan masalah ini, temukan mereka, bunuh mereka jika perlu." Aku mengangguk saja karena tak ingin berdebat persoalan Jane.

Seks saja sepertinya tidak cukup karena Jane selalu pergi ke luar kota untuk berdinas. Menyempatkan waktu bersama di rumah saja jarang walaupun sesekali aku sering pulang lebih awal untuk bercakap dengannya karena begitulah isi prahara pernikahan. Aku mengerti dengan benar karena ibuku selalu mengatakan demikian kepada anak-anaknya sebelum kami memutuskan untuk menikah. Aku tentu saja mencintai Jane itulah alasan mengapa pernikahan ini masih bertahan, masih utuh meskipun sekarang separuh hatiku sudah ku berikan kepada Isabella.

Dia meninggalkanku malam itu di hotel setelah pertunangan Arthur. Dia pergi ke Munich untuk pelatihan karena dia akan memegang beberapa proyek dari Grand Foster Laboratorium yang menguji dan membuat obat-obatan. Terobosan terbaru kami adalah membuat senjata biologis hanya saja kami membutuhkan subjek untuk itu. Banyak yang menolak menjadi subjek meskipun kami sudah memberikan penawaran dengan bayaran yang cukup tinggi karena resikonya adalan penderitaan jangka panjang dan malfungsi organ tubuh yang membuatnya cepat mati.

Semenjak ayahku memimpin seluruh kerajaan Foster, dia mengembalikan bisnis lama yang sudah tidak beroperasi selama beberapa tahun karena konflik dengan Almonds. Dia membangun kembali gudang yang sempat terbakar dan terjadi insiden penembakan ibuku waktu itu. Dia menyimpan seluruh stok di sana hanya saja kami melakukan semua itu dengan hati-hati untuk menghindari hukuman karena ayahku tak ingin ditangkap karena telah terlibat melakukan pencucian uang.

Aku hanya bisa mengira siapa yang telah mencuri data itu hanya saja aku tidak bisa memastikan kebenarannya karena tidak ada bukti jelas yang mengarah kepada orang itu. Aku hanya menduganya saja, aku tidak tau alasan dia mencuri database milik Foster. Namun, jika dia menggunakan data itu untuk memunculkan skandal kriminal oleh Foster maka, reputasi keluarga kami akan hancur.

Ketika aku kembali ke rumah, Jane tidak ada di rumah karena dia sedang dinas seperti biasanya. Dia sangat jarang berada di rumah.

"Aku rasa itu adalah pekerjaan Almonds, Tuan. Mereka mungkin saja kembali ke Perth setelah sekian lama menyembunyikan diri di Toronto." ucap John kepadaku.

"Aku justru menduga Frederick Bennet yang melakukan itu, maksudku keluarganya. Kakak tertuanya masih hidup." ucapku menduga.

"Red akan melakukan penyidikan terhadap itu." John berhenti sejenak memikirkan sesuatu, "Namun, Almonds rasanya sangat berpotensi karena mereka membutuhkan uang. Bagaimana jika bukan skandal yang ingin mereka ungkap melainkan mereka hanya ingin mencuri data untuk dijual atau mereka menggunakan hal itu untuk mencuri aset Foster." jelasnya.

Aku menggelengkan kepala, "Almonds bukan rival, John. Bisnis mereka berada di Toronto, jika mereka sampai memiliki aset di Perth. Bukankah kita akan lebih mudah menemukan dan membunuh mereka?" Aku mengangkat alisku sebelah.

"Anda benar, Tuan."

"Lagipula, William Almonds sudah mati. Istrinya saja, Jemma Almonds yang masih hidup itupun jika mereka memiliki anak? Jika tidak? Tentu saja aset itu akan dihibahkan." jelasku sembari menyesap rokok yang baru ku nyalakan.

"Oh ya, dimana Jane? Dia jarang sekali berada di rumah?" tanyaku iseng kepada John.

"Nyonya Foster baru saja pergi ke Swiss kemaren untuk menghadiri konferensi mewakili perusahaan. Dia dipercaya ibu anda untuk mewakilinya dan ibu anda juga memberikan pekerjaan tambahan untuk nyonya Foster di firmanya." jelas John.

"Dia bahkan tidak berbicara kepadaku." protesku lirih. Aku sedikit kesal dengan Jane yang selalu melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa berkomunikasi denganku terlebih dulu.

"Anda mengatakan akan menyempatkan waktu bersama Nona Isabella, mengapa anda pulang lebih awal, Tuan?" tanya John penasaran.

"Aku tidak tau, pikiranku kacau sejak kembali dari Melbourne. Sepertinya banyak masalah yang harus ku selesaikan di kepalaku. Jika ibuku tidak datang ke rumah sakit mungkin aku tidak akan di sini saat ini." jawabku kesal.

"Jika tidak ada hal lain?"

"Tidak ada, pergilah. Red harus menyelesaikan semua masalah ini, John." Dia mengangguk kemudian meninggalkanku yang sedang frustasi di dalam ruangan kerja.

Isabella memintaku untuk tidak menelpon sebelum malam tiba karena kedua orangtuanya masih berada di sana. Apa yang terjadi pada Isabella adalah ulah Almonds, mereka pasti berambisi untuk mendapatkan anaknya Lily karena dia akan dijadikan seorang pewaris dari seluruh aset Almonds yang tersisa. Sekaligus mereka ingin membalas dendam atas kematian seluruh keluarganya di masa lalu karena kedua orangtuaku terutama ayahku yang merencanakan pembataian hari itu.

Aku kembali kepada pekerjaanku, mengesampingkan kekhawatiranku mengenai kondisi Isabella karena dia melarangku untuk memikirkannya. Dia mengatakan dia baik-baik saja akan tetapi, ketika aku berada di dekatnya dia sesekali mengeluh bahwa bekas lukanya terasa begitu nyeri. Itulah yang membuatku sangat merindukannya apalagi ketika dia bergerak di atas kedua pahaku, memutarkan tubuhnya, menghimpitkan kewanitaanya di batangku. Aku sangat menyukainya bahkan dia membuatku puas hanya lewat video dan foto yang dia kirim selama bertugas di Munich. Tak jarang kami melakukan panggilan video ketika Jane berada di luar kota. Aku selalu puas setiap kali melakukan panggilan video karena sensasinya begitu berbeda daripada bertemu langsung.

Selama 6 bulan terakhir, kami tidak pernah saling meninggalkan. Bahkan dia sudah menyewa sebuah tempat khusus untuk kami berdua nanti ketika liburan keluarga. Dia ingin berbicara kepadaku secara pribadi karena kali ini dia akan diizinkan untuk berlibur dan memiliki kesempatan untuk bertemu denganku. Aku rasanya tak sabar untuk berlibur tahun baru bersama keluarga.

Jane kembali setelah seminggu berada di Swiss. Dia kembali untuk persiapan liburan bersama dengan keluarga. Dia sepertinya sangat senang karena dia bekerja terlalu keras selama ini.

"Alexander, aku yakin kau sudah tidak sabar, kan? Akupun. Aku ingin melihat adik kesayanganmu itu, dia bahkan tidak hadir di pernikahan kita." Jane duduk di sampingku sembari meminum kopinya.

"Bagaimana liburannya di Swiss? Aku yakin kau juga berlibur?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Tidak, aku bekerja."

"Foto-foto itu sepertinya tidak pernah berbohong, Jane. Dan kau menerima pekerjaan dari ibuku, untuk apa kau menerimanya? Apakah kau tidak puas menjadi pengacara yang bekerja untuk pemerintahan?" tanyaku kepadanya.

"Alexander, mengapa kita membicarakan hal ini? Tadinya, aku ingin memberitaumu saat kau sudah tidak sibuk akan tetapi-"

"Kau bahkan tidak berbicara kepadaku, kau selalu saja pergi dinas tanpa memberitauku. Kau tidak pernah sekalipun memberikan aku-" Aku berhenti setelah memotong kalimatnya karena tidak pantas sepertinya bila ku lanjutkan kalimatku.

"Baiklah, lain kali aku akan menelponmu sebelum pergi dan berbicara kepadamu sebelum melakukan sesuatu. Apakah pekerjaan dari Mama buruk sehingga aku tidak boleh menerimanya?" Dia menatapku dengan rasa bersalah.

"Tidak, aku hanya tidak ingin kau lelah dan sibuk. Kau tau kedua orangtuaku saat ini sangat menginginkan seorang anak untuk lahir dari rahimmu, Jane. Pernikahan kita sudah berusia setahun sekarang dan kau? Kau sepertinya masih belum memiliki tanda bahwa kau sedang hamil." ucapku kepadanya.

"Alexander, sebenarnya aku masih belum siap apalagi untuk meninggalkan pekerjaanku begitu saja. Kau tau aku menikah karena perjodohan dan kita saling mencintai. Bukankah kita sepakat untuk menunggu sampai aku siap?" ucapnya memelas. Dia selalu mengatakan begitu ketika ku minta untuk hamil.

"Semenjak pernikahan kita bukan perkawinan kontrak, jika kau menolak permintaanku maka, aku akan menceraikanmu saat ini juga, Jane Foster." tegasku kepadanya. Aku beranjak dari kursi dan kembali ke ruang kerjaku.

Hari ini aku mengadakan jadwal untuk bertemu Jerry karena setelah seminggu penyelidikan sepertinya dia menemukan sesuatu tentang orang yang telah mencuri data milik Foster.

"Rick Bennet, Tuan. Dia terlibat dalam hal ini, pria itu sudah mengakui ketika tertangkap waktu itu. Kita tinggal membunuhnya hanya saja dia kabur." Jerry duduk di hadapanku. Dia menyerahkan beberapa dokumen terkait dengan Rick Bennet.

"Sudah ku duga, mengapa dia tidak mencuri dan menjual asetnya sekalian. Dia sudah mendapatkan datanya." tanyaku penasaran.

"Pasar menolak, beberapa investor mengetahui bahwa itu adalah aset curian makanya, mereka tidak ingin mengambil resiko terutama ketika Foster begitu kuat." jelas Jerry.

"Jika aku sudah berhasil menangkapnya lagi, aku akan memberitaukan kepada anda." Jerry beranjak dari kursinya untuk berpamitan.

Aku tersenyum tipis membayangkan melihat darah segar setelah sekian lama. Tempo hari mereka cukup kuat akan tetapi, Bennet melakukan hal bodoh. Seharusnya mereka tidak melakukan hal itu karena mereka sama saja bunuh diri dengan melawanku.

"Selamat pagi, sayang. Kau tidur nyenyak semalam?" tanyaku kepadanya melalui telpon yang terdengar sedikit panik, napasnya terdengar berat.

"Apa yang terjadi, apakah kau baik-baik saja?" tanyaku khawatir.

"Aku baik, Alexander. Kau tidak usah melakukan itu, aku akan membereskan Bennet. Aku akan bertemu dengannya sebelum pergi ke Auckland. Perintahkan orang red untuk tidak mengejarnya, Alexander. Aku mohon kepadamu." ucapnya memelas.

"Bells, dia sudah mencuri data milik perusahaan keluarga kita dan kau? Apa yang akan kau lakukan?"

"Apa lagi? Aku akan menjelaskan bagaimana kematian Frederick. Biarlah aku yang menjadi pelaku, aku akan menyerahkan diri kepada polisi jika perlu. Aku sudah muak, dia mengancamku selama ini, Alexander!" teriaknya memarahiku.

"Lalu, mengapa kau diam saja, Bells? Kau bahkan tidak pernah menceritakannya kepadaku.":

"Bagaimana seharusnya aku percaya kepadamu jika kau saja menyelesaiakan masalah dengan menghabisi mereka. Kau tau kan mereka pasti akan balas dendam, bahkan Almonds pun melakukan hal yang sama atas kejadian tragis yang disebabkan oleh keluarga kita di masa lalu." jelasnya kepadaku.

"Tenanglah, kau akan baik-baik saja. Travis ada di sana, dia akan selalu melindungimu. Dan aku akan menemukan Rick dan melakukan sesuatu."

"Alexander." Aku segera mematikan ponselnya ketika mendengar suara Jane memanggilku sembari membuka pintu kantorku.

"Ada apa, istriku?" Aku tersenyum tenang menyambutnya.

To be continued...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel