Chapter 3: Incident
"Iya." jawab Natalie dengan nada terpaksa. "Selamat anda berdua telah resmi menjadi suami istri." ucap sang penghulu. Keduanya hanya terdiam sampai Darren bergerak cepat dan membuat Natalie terbangun dari lamunannya. "Natalie awassss!!!!" teriak Darren yang segera mendekap istrinya dan terjatuh dari kursi. Tembakan itu meleset dan Natalie diselamatkan oleh Darren. Penghulu itupun terbunuh di tempat dan semua orang seketika kacau dan panik karena insiden tembakan itu.
Darren dengan pelan memeluk Natalie dan mengajaknya merangkak keluar melalui pintu belakang. Semua orang sudah keluar lewat pintu depan termasuk orangtua Darren dan Natalie yang ternyata sudah kenal sejak lama.
"Dimana sang pengantin, Louis?" Victor bertanya kepada Louis yang merupakan ayah Darren sekaligus sahabat lamanya, "Entahlah, bagaimana bisa semua ini terjadi dalam satu hari. Choki, dimana Fransisca?" teriak Louis yang tampak khawatir.
Natalie dan Darren terjebak di pintu belakang. Sentuhan Darren yang begitu dekat membuat jantung Natalie berdegup cukup kencang akan tetapi, dia tidak mungkin jatuh cinta lagi dan Natalie terus menolak bahwa perasaanya salah. Dia tidak akan mencintai pria yang telah menjebaknya dan menyiksanya di neraka seperti ini. Dia sempat bertatapan dengan mata Darren yang melihat ke arah luar karena memperhatikan situasi dan kondisi.
"Boss!!" Darren dan Natalie yang terkejut pun segera menoleh ke arah belakang, "Boss, ngapain disini, boss? Malam pertama ya nanti malam kenapa sekarang, boss?? Astaga, bosss." keluh Adem sembari memegangi kepalanya karena dia melihat pasangan yang baru saja menikah itu sudah berdekatan seolah ingin berhubungan intercourse.
"Heh Adem, sembarangan kalau ngomong. Di depan gimana udah aman? Ada yang terluka selain penghulu itu?" ucap Darren panik, ponselnya berbunyi yang membuat Adem tak jadi menjawab pertanyaan itu, "Halo, Pa. Papa sama Mama dimana sekarang?" tanya Darren ketika menjawab telpon dari ayahnya.
"Papa sama Mama serta mertua kamu juga baik-baik saja. Kamu dimana, kamu harus segera kembali. Natalie baik-baik saja, kan?" tanya Louis yang terdengar khawatir, "Dia baik-baik saja, Pa. Baiklah, kami akan segera ke depan untuk menyusul." Darren menutup telponnya setelah selesai. Dia membawa Natalie ke depan dan Natalie tidak menolak karena pada dasarnya dia masih shock dengan apa yang baru saja dia lihat dan terjadi. Dia menyaksikan penghulu itu mati tertembak sedangkan, dia terjebak dengan Darren yang kini resmi menjadi suaminya.
Dia tidak pernah sekalipun memikirkan bahwa itu semua akan terjadi. Dia selalu membayangkan pergi dengan Cavero, menikah dan punya anak dari Cavero akan tetapi, semua harapan itu pupus ketika Cavero menghilang tanpa jejak, tanpa kabar dan tiba-tiba diculik oleh seseorang dan terancam mati. Natalie sama sekali tidak bisa berpikir hidupnya akan begitu hancur bahkan ketika kepingan debu dari hatinya itu masih tertahan di penjara seseorang, suaminya sendiri kini. Entah apa yang dipikirkan oleh Darren sehingga dia melakukan hal yang gila seperti itu.
Natalie mengira Darren lah pelaku dibalik semua pernikahan palsu itu, akan tetapi, dia tidak akan memarahi Darren saat ini karena pernikahannya dan semua insiden itu terekam dalam suatu siaran langsung. Para wartawan juga sudah mendekat dan ingin mewawancarai Darren, namun, Darren menolak hal itu tanpa ucapan sepatah kata pun. Orangtua Natalie dan Darren pun kembali ke rumah masing-masing. Sedangkan, Natalie ikut kemana Darren akan membawanya karena saat ini dia duduk di samping Darren dalam satu mobil yang membuat Natalie merasakan sesak napas karena dia begitu membenci Darren.
Darren Louis Carter adalah anak pertama dari Louis Carter dan Stacy Carter. Dia pernah menikah dengan Bella Carter yang mati karena dibunuh oleh orang yang misterius tahun lalu, kasus pembunuhan Bella ditutup dan hal itu sempat membuat Darren mati rasa. Darren tak pernah jatuh cinta lagi dengan wanita lain sampai dia bertemu Natalie malam itu. Dia tidak melakukan apa pun dan dia tidak mengerti bahwa dia dijebak dalam pernikahan ini.
Darren memiliki dua adik yaitu Elvin Carter dan Fransisca Carter. Dia membawa istrinya ke rumahnya yang tak jauh dari rumah kedua orangtuanya. Rumah itu besar dan memiliki 3 lantai serta ada 6 kamar belum termasuk kamar belakang para asisten rumah tangga. Ada pengawal yang selalu berjaga siang dan malam serta supir. Darren memiliki banyak koleksi mobil dan dia tidak menyiapkan apa pun untuk Natalie di kamarnya. Tidak ada hadiah, tidak ada dekorasi kamar dengan bunga mawar yang dirangkai dalam bentuk cinta maupun lilin aroma selayaknya pasangan yang baru-baru menikah.
Natalie masih terlihat kesal dan marah, dia tidak tau harus berbuat apa di rumah orang apalagi di rumah orang asing seperti Darren. "Aku tau kamu sedih, Natalie. Tapi, aku juga sama-sama dijebak..." ucap Darren terbata-bata, dia mencoba menjelaskan kepada Natalie namun, Natalie justru terlihat sedih dan menangis, Darren yang melihat itu pun segera mendekat dan ingin sekali dia memeluk Natalie akan tetapi, dia takut akan penolakan. Hati Natalie terasa begitu rapuh untuk Darren dan dia tidak bisa memaksakan diri untuk terus dekat.
"Bukan cuma kamu yang sedih dan terluka. Aku juga, Natalie. Aku hanya tidak menunjukkannya." Darren duduk di depan Natalie yang masih menangis. "Bagaimana pun caranya aku ingin bercerai, Darren. Jangan berpura-pura kamu terluka karena semua ini. Kamu senang, kan?" bentak Natalie kepada Darren.
"Apa alasan aku harus senang menerima semua ini, Natalie?" Darren balik tanya. "Karena aku tau kamu naksir sama aku kan, kalau tidak kamu sudah pasti tidak akan merencanakan ini semua. Kamu menculik Cavero dan kamu menggantikan posisi dia. Kamu tau aku akan lari jadi, kamu mengancam aku. Jika aku tidak menikah dengan kamu maka, Cavero akan mati. Benar, kan Darren Louis Carter?" ucap Natalie kesal sembari melihat nama Darren yang tertera di atas tembok.
"Aku menikah dengan kamu untuk menyelamatkan Fransisca." Natalie begitu terkejut mendengar semua itu, "Aku tidak peduli, Darren. Aku ingin bercerai. Bagaimana pun caranya aku ingin bercerai. Aku tidak ingin hidup bersama dengan orang yang baru saja aku kenal kemaren, ini rasanya menyiksa." ucap Natalie yang semakin menangis.
"Tidak bisa, Natalie. Kontrak pernikahan ini menyatakan 6 bulan baru kita bisa bercerai. Aku tidak mengira ada yang menikahkan kita secara paksa seperti ini." ucap Darren yang terdengar sangat innocent di telinga Natalie.
"Itu karena kamu sudah merencanakan segalanya!!! Kamu ini memang gila, apa di dunia ini tidak ada wanita lain yang bisa kamu jadikan istri dan pelayan nafsumu. Dari jutaan wanita yang ada di Indonesia raya ini, mengapa harus akuuuu, Darren?? mengapa??" Natalie menaikkan nada suaranya karena dia begitu kesal.
"Karena takdir yang memilih, Natalie. Aku sudah menjelaskan apa yang aku perlu jelaskan. Aku tidak ingin mengulanginya lagi. Kamu bisa tidur dimana pun yang kamu suka, aku tidak akan memaksa kamu untuk tidur di samping aku." ucap Darren sembari beranjak dari sofa dan pergi keluar rumah untuk menemui adiknya.
"Nyonya Natalie, jika anda ingin melihat kamarnya akan saya tunjukkan." ucap salah seorang ART yang menghampiri Natalie, "Siapa nama kamu?" tanya Natalie karena dia belum mengenal siapa pun disini. "Jodie, nyonya. Silahkan, anda bisa beristirahat terlebih dahulu." Jodie yang baru saja mengenal Natalie pun bersikap ramah, dia menunjukkan sebuah kamar kepada Natalie di lantai 2 dan memiliki balkon menuju sebuah kolam renang dan taman mini milik Darren.
Natalie tidak ingin melihat ruangan lain, dia memilih kamar itu. Kamar itu juga bukan milik Bella karena sebelum rumah ini dibangun, Bella sudah meninggal terlebih dulu. Jodie juga menceritakan bahwa Darren sering kesepian disini. Dia tidak pernah membawa wanita manapun dan Natalie adalah wanita pertama yang dibawa oleh Darren ke rumah ini.
"Dia benar-benar hancur, hatinya terlalu rapuh sedangkan, dia harus terlihat baik-baik saja." ucap Jodie menjelaskan keadaan Darren ketika ditinggal oleh Bella. "Jika nyonya butuh sesuatu, nyonya bisa panggil saya lewat telpon maupun panggilan biasa." ucap Jodie lagi yang melihat Natalie hanya diam saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Natalie menganggukan kepalanya kepada Jodie tanda bahwa dia mengerti. Dia duduk di sofa dan meminta Jodie membawakannya teh. Dia tidak punya baju ganti dan dia hanya memakai baju pengantin saat ini. Dia bahkan belum sempat menghapus make-up nya dan dia juga seharusnya ada di tempat resepsi dan merayakan bukannya menangis tersedu-sedu di dalam kamar sendirian. Dia menyesal karena hidup, seharusnya dia mati saja tertembak daripada harus hidup dengan Darren, pria yang baru dia kenal kemaren.
"Natalie, aku sudah menyuruh asisten kamu untuk membawa baju kamu kesini. Kamu bis__" Darren mendekat kepada istrinya yang masih duduk di sofa dan menghadap ke jendela, "Natalie, apa yang terjadi????" Darren panik seketika melihat istrinya bersimbah darah di pergelangan tangannya. Baju pengantin yang tadinya putih bersih pun kini jadi merah karena terlumuri dengan darah.
Darren yang panik pun segera membawa Natalie ke rumah sakit. Dia sama sekali tak mengerti apa yang terjadi dengan istrinya. Apakah istrinya baru saja melakukan percobaan bunuh diri?? Pertanyaan itu membuat Darren semakin tersiksa karena dia merasa bersalah meskipun bukan dia yang menjebak Natalie dalam pernikahan ini. Darren juga tak bisa merasa tenang dan duduk dia menyuruh pengawal di rumahnya untuk memeriksa setiap sudut rumah apakah ada sesuatu yang mencurigakan atau tidak.
Darren mondar-mandir kesana kemari karena dia khawatir dengan keadaan istrinya. Dia melihat dari jendela dan melihat Natalie masih dalam perawatan. Darren merasa bersalah akan tetapi, jika dia mengakhiri pernikahannya lebih cepat dan tidak sesuai dengan kontrak yang tertera maka, tidak akan terjadi hal baik. Darren bisa saja melakukan itu akan tetapi, semua itu tidak akan sah dimata hukum karena Darren telah melanggar kontrak yang dia tandatangani bersama dengan Natalie.
"Tuan Darren, istri anda baik-baik saja. Dia bisa pulang besok akan tetapi, tolong jaga kesehatan mental dan pikirannya karena dia sepertinya sengaja melakukan percobaan bunuh diri." saran sang dokter. Natalie segera dipindahkan ke kamar pribadi dan Darren berserta pengawalnya menjaga istrinya yang masih belum tersadarkan diri.
Darren menunggu sampai pagi dan dia masih melihat istrinya terbaring lemah. Natalie juga sempat demam semalam akan tetapi, dokter mengatakan demannya sudah turun pagi ini. Darren melihat ke luar balkon sembari menunggu istrinya terbangun. Ketika Darren sudah bosan dan dia menoleh ke istrinya, dia melihat Natalie sudah bangun dan masih terpaku tak mau berucap sekecap katapun.
"Natalie, apa yang terjadi??"
"Apa yang terjadi, Darren? Siapa musuh kamu? Siapa yang ingin membunuh aku??? Aku tidak segila itu untuk melakukan percobaan bunuh diri hanya karena aku menikah dengan kamu. Seseorang sengaja membiusku dan melakukan semua ini. Siapa Darren???" Natalie menangis dan membuat Darren memeluknya dengan erat. Kali ini Natalie tidak menolak pelukan Darren karena dia butuh seseorang untuk bersandar.
"Shhh, kamu tenang. Aku akan menghukum siapa pun yang melakukan semua ini." ucap Darren
"Bukan kamu, kan?" Natalie melepaskan pelukan Darren dan menatap mata suaminya dalam, "Tentu bukan aku, karena jika kamu berpikir aku naksir sama kamu dan merencanakan semua pernikahan ini lalu, untuk apa aku membunuh kamu, Natalie?" tegas Darren karena dia tidak mungkin membunuh seseorang yang tidak bersalah.
"Lalu, siapa yang melakukan semua ini kepada kita? Kenapa mereka melakukan ini semua???" teriak Natalie yang membuat Darren tidak bisa berkata-kata karena dia benar-benar tidak mengerti siapa dalang dibalik semua ini.
"Natalie, apa yang terjadi?" Grace yang datang pun panik seketika melihat putrinya terbaring di atas rumah sakit.
"Gak apa-apa, Ma. Ada seseorang yang sengaja ingin membunuh aku." Natalue melirik ke arah Darren seolah Darren lah dalang dibalik semua ini. "Kalau kamu mau pulang, kamu bisa pulang." ucap Grace yang tidak mau melihat anaknya menderita, "Tidak, dia tidak bisa pergi kemanapun karena dia adalah istriku. Aku yang harus melindunginya dan dia berada di bawah tanggungjawabku selama pernikahan ini berlansung." ucap Darren memaksa.
"Darren benar, Grace. Natalie tidak akan pergi kemanapun. Kami akan menjaga Natalie, dia bisa tinggal di rumah kami sementara." ucap Stacy yang datang membawa buket bunga tulip. "Baiklah, Mama pergi dulu, ada rapat. Jangan lupa makan dan kamu jaga diri. Jika Darren tidak melindungi kamu, Mama janji akan bawa kamu pulang. Goodbye Stacy." pamit Grace kepada putri dan besannya.
Natalie jadi berpikir mungkin saja orangtuanya yang sengaja melakukan hal ini. Karena melihat hubungan mereka yang dekat dan mungkin saja mereka menjodohkan Darren dan Natalie secara paksa. Namun, jika memang itu keinginan mereka, mengapa tidak sejak awal saja? Maksudnya mengapa orangtua Natalie harus setuju dengan pernikahan dirinya dan Cavero jika mereka ingin dia menikah dengan Darren.
"Mama tau kamu tidak mencintai Darren, akan tetapi, kamu masih punya waktu untuk belajar menerima bahwa Darren adalah suami kamu dan Cavero sudah meninggal." ucap Stacy yang membuat keduanya terkejut bukan main. Darren melihat Fransisca masih hidup dan bagaimana bisa Cavero sudah mati.
"Itu tidak mungkin, kan tante? Tante pasti bohong!!!" teriak Natalie kepada Stacy. "Sayang, panggil Mama ya...ini videonya." Stacy menunjukkan sebuah video dari ponselnya.
Natalie dan Darren yang melihat itupun terkejut bukan main...
To be continued...
