Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bagian 8

Waktu bergulir dari semenjak kepergian Narnia ke luar negeri, sudah satu minggu Narnia berlibur dan sudah seminggu pula Athaya sulit menghubunginya. Narnia hanya akan mengirim pesan sesekali, tapi setelah Athaya membalasnya, Narnia akan menghilang kembali. . Athaya merasa aneh, Narnia biasanya tidak sampai seperti ini. Athaya mencoba berpikir baik dan mengerti, Narnia mungkin tidak ingin diganggu ketika bersama teman-temannya. Athaya tidak ingin berpikir buruk sampai berpikir yang bukan-bukan. Dia percaya pada Narnia. Athaya mengusir segala pikiran buruknya dengan bekerja sekeras mungkin.

TOK TOK

“Masuk,” titah Athaya dingin. Terlihat Pak Rendra, sekretarisnya masuk dengan map yang di bawanya. “Apa itu?,” tanya Athaya langsung.

Pak Rendra tidak menjawab langsung, dia membuka terlebih dulu mapnya dan menyodorkan pada Athaya. “Ini catatan pengeluaran keluarga anda bulan ini pak.” Athaya mengernyitkan keningnya. Biasanya Pak Rendra yang berumur 40 tahunan ini tidak akan memberikan catatan pengeluaran seperti sekarang.

“Tumben sekali, ada apa?,” tanya Athaya heran sambil membawa map itu dan melihatnya.

Ditanya seperti itu, Rendra tidak menjawab. Dia hanya membiarkan Athaya melihatnya dan mata Athaya langsung terkejut melihat angka yang besar pada totalnya.

“Mungkin anda selama ini tidak mengetahui pengeluaran anda selama satu bulan, tapi saya tau dengan jelas dan untuk dua bulan ini pengeluaran anda sepuluh kali lebih besar dari biasanya.”

Athaya yang sudah tau dengan gerak gerik asistennya ini, tau ada yang tidak beres. Rendra bukan orang yang suka mencampuri urusannya karena Athaya juga tau Rendra mengetahui dengan pasti kalaupun iya istrinya memakai kartu kredit unlimitednya secara besar, Athaya tidak keberatan karena diapun mencari uang untuk istrinya. Sebegitu royal dan cintanya Athaya pada wanita cantik yang berstatus sebagai istrinya itu. Lagipula Athaya yakin tidak akan bangkrut karena itu. Jadi, apa yang menjadi masalah nya saat ini? Kenapa asistennya yang mengetahui dengan jelas tabiat Athaya mempermasalahkan pengeluaran yag lebih besar daripada biasanya?.

“Katakan langsung ada apa?.”

**

Perkataan Pak Rendra tadi menganggunya, membuat Athaya terus berpikir apakah dia harus membuktikan kata-kata asistennya itu?, karena tidak bisa dipungkiri olehnya, walaupun hatinya mencoba untuk percaya dan diam saja, tapi Athaya merasa memang harus membuktikannya. Cukup lama merenungkan hal itu dengan serius, akhirnya Athaya yakin akan membuktikan sendiri untuk mengusir keraguan pikirnya dan dengan hati yang tak tenang Athaya menyambar kunci mobilnya kemudian mengemudikan sendiri sedan mewahnya.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di alamat yang ditulis Rendra dikertas putih siang itu. Athaya sudah sampai di depan satu rumah besar yang megah, bernuansa abu. Kaca mata hitam di bukanya saat dia keluar dari mobil dan menghampiri satpam yang sedang menjaga di pos.

“Ada yang bisa saya bantu?,” tanya satpam berperawakan tinggi tegap itu.

“Apa benar ini rumah Ibu Bunga?,”

Satpam itu mengangguk sambil meneliti Athaya terang-terangan. “Betul sekali.”

Athaya mencengkram kaca matanya erat saat mendengar jawabannya. “Oh, saya ingin bertemu dengannya.”

“Maaf beliau sedang tidak ada, beliau sedang pergi. Besok baru kembali. Kembali lagi saja besok jika memang sangat penting.” Athaya megangguk dan kemudian pamit pada satpam yang Athaya perkirakan masih berumur 30 tahunan. Berjalan dengan tenang dan tegap.

Ketika sudah berada dalam mobil, Athaya meninju angin dengan kencang. Menangkupkan wajahnya pada roda kemudi setir. “ARGHHH!,” teriaknya lalu dengan cepat mengemudikan mobilnya dengan kencang. Membelah jalanan, tanpa peduli banyak klakson yang ditujukan padanya karena mengemudikan mobil dengan ugal-ugalan. Athaya sungguh merasa kesal sekaligus takut. Takut akan fakta yang dikatakan asistennya itu benar semuanya.

Untuk kali ini, dia berharap asistennya yang sudah tua mulai menurun kinerjanya dan semuanya salah. Sebetulnya dia pun marah pada Rendra ketika melaporkan banyak hal, beraninya Rendra menyelidiki kehidupan pribadinya, tapi setelah dipikirkan lagi. Bukan salahnya, semua berawal dari pekerjaannya yang mengurus semua keuangan Athaya dan menemukan satu keanehan hingga keanehan lainpun ditemukan dan terungkap.

Athaya yang sudah merasa moodnya jelek, pulang ke rumah untuk melihat putrinya. Dia rasa itu lebih baik daripada dia harus kembali ke kantor dan akan ada banyak orang yang terkena imbasnya, namun lain halnya jika dia di rumah, dia akan merasa tidak ada yang salah dengan hidupnya saat ini. Dulupun saat ayah Athaya meninggal, dia hanya diam dan berada di sisi putri dan juga istrinya.

Benar saja ketika dekat dengan putrinya. Athaya merasakan kebahagiaan dan membuat rasa kesalnya menguap entah kemana. Cukup dengan senyuman dan pelukan Gintari untuknya.

**

Beberapa bulan kemudian.

Wanita dengan balutan dress merah maroon menapaki kakinya di rumah mewah bernuasa putih. Menggerek koper kecilnya dengan senyum yang tidak pernah pudar bahkan senyumnya sangat mengembang dengan sempurna. Mencari ke seluruh penjuru rumah dimana anak dan suaminya hingga dia menemukan suami dan anaknya dengan kue ulang tahun yang tertancap dua buah lilin. Satu lilin dengan angka 2 dan satu lagi angka 9. Senyum Narnia pun semakin mengembang sempurna.

"Selamat ulang tahun, sayang," ucap Athaya.

"Selamat ulang tahun juga, bunda," kini ucap anaknya yang duduk di kursi roda. Tersenyum sangat manis dengan balutan dress putih mengembang dan flower crown di kepalanya.

"Terima kasih" ujarnya pelan lalu meniup lilin yang menyala itu, membuat Gintari berteriak senang bertepuk tangan. Gintari meminta tolong ayahnya mengambilkan kadonya di meja. Athaya mengambilkannya dan Gintari langsung memberikannya pada Narnia. Narnia membuka dan menemukan selembar kertas bergambar wanita yang tersenyum senang dengan koper di tangannya.

Narnia mengernyit, "Ini bunda?."

"Iya, kan bunda sering tersenyum senang dengan koper yang bunda bawa dan Gintari suka senyuman bunda ketika itu."

Narnia terdiam dengan senyuman kaku sambil tetap mengatakan terima kasih.

Athaya yang berada diantara keduanya, menyodorkan sebuah kotak pada Narnia. "Ini dariku sayang." ujarnya dengan senyuman.

Narnia langsung menerima dan membukanya. Didalamnya kunci mobil dengan pita cantik. Mobil yang selama ini diidamkan Narnia. Mobil sport mahal. "Ini benar untukku?,” tanyanya dengan mata yang sangat berbinar-binar berbeda sekali ketika Narnia mendapatkan kado dari Gintari.

Athaya menunjuk dengan dagunya. "Coba saja nyalakan, mobilnya ada didepan. Ketika masuk tadi pasti kamu melihatnya.”

Narnia teringat jika ketika masuk tadi melihat sebuah mobil mewah mahal. Dia pikir sedang ada temman suaminya, ternyata itu kado untuknya. Dengan perasaan yang membuncah, Narnia langsung menekan tombol kunci mobil itu. Terdengar bunyi yang nyaring dan sekarang Narnia yakin. Dia memeluk suaminya dan mencium bibir suaminya itu.

"Ayo sekarang potong kuenya bunda," Gintari menyerahkan pisau kue untuk digunakan wanita yang telah melahirkannya itu.

Narnia menyiman kado yang dipegangnya dan menerimanya, tak lama dia langsung memotong kue ulang tahunnya. Potongan kue pertama diberikan untuk suaminya dan yang kedua untuk anaknya. Gintari tersenyum senang dengan krim yang menempel di sekitar mulutnya.

"Ya, sudah kalau gitu, bunda ke kamar dulu ya. Bunda capek."

"Ya, bunda," Gintari menjawab dengan penuh pengertian, walaupun sebenarnya dia sangat masih merindukan bundanya.

Narnia tanpa rasa bersalah pada Gintari membawa kopernya ke kamar sementara suaminya mendorong kursi roda Gintari untuk masuk ke dalam kamarnya. "Tidurlah sayang, pasti Gintari mengantuk karena harus buat kejutan". Gintari mengangguk patuh.

Athaya mematikan lampu kamar Gintari, mengecup kepalanya dengan dalam dan sayang seakan dia telah berbuat salah pada Gintari. Menutup pintu Gintari dan menuju kamarnya.

Dikamarnya, Narnia sedang menghapus make up nya. "Sayang, aku punya satu hadiah spesial lagi untukmum" ucap Athaya dengan senyuman yang selalu dia berikan pada istrinya itu.

Istrinya yang mendengar itu berbinar-binar. "Benarkah?, kamu memang suami yang baik dan romantis sayang."

"Tentu, untukmu. Tunggu sebentar," Athaya membuka laci di nakas samping ranjangnya. Kotak warna merah dengan pita cantik.

"Ini," Athaya menyodorkan pada istrinya.

Narnia langsung membuka kotak itu. Matanya berbinar begitu melihat, satu kotak set perhiasan. "Kamu selalu tau cara membuatku bahagia Athaya.”

Narnia terus tersenyum lebar dengan apa yang diberikan Athaya, hingga ketika mengangkat kotak itu ada sebuah kertas putih yang dilipat rapih. Narnia kira itu sebuah ucapan selamat, tapi dia keliru. Narnia begitu terkejut melihat isi suratnya, senyumnya pun langsung pudar dan memandang suaminya seketika. Sementara suaminya dengan santai tersenyum dan berkata, "selamat ulang tahun Narnia dan selamat berpisah.”

Bak tersambar petir disiang bolong Narnia tidak percaya dengan kertas yang dipegangnya, sebuah surat gugatan cerai dari suaminya. "Ini apa Athaya?, kamu bercanda bukan?. Ini sama sekali tidak lucu, sayang."

"Kamu bisa membacanya bukan?, itu surat gugatan cerai dariku untukmu dan itu sama sekali bukan gurauan."

Narnia menggeleng berulang kali sambil berkata. "Tidak mungkin."

"Kenapa tidak mungkin?, karena aku sangat mencintaimu sampai-sampai aku buta dan mau saja kamu bohongi?," ucap Athaya tenang sambil mendekati Narni yang terduduk lemas di tepian ranjang.

"Apa salahku?," tanya Narnia yang sudah berlinang air mata.

"Kamu benar-benar tidak tau?.” Narnia mengangguk ragu, dia tau dirinya bersalah, tapi dia takut jika saat ini Athaya sedang memberikan kejutan dan semua ini hanyalah omong kosong belaka. "Baiklah akan kuceritakan sedikit apa yang kutemukan.”

Flash back On

"Bu Bunga ada?," tanya Athaya dengan kaca mata hitam yang bertengger menutupi matanya terdapat lingkaran hitam.

"Sedang tidak ada. Boleh saya tau ada keperluan apa?," tanyanya sopan, hingga laki-laki yang ada dibelakang Athaya maju.

"Bisa kita bicara sebentar?,” tanya Renda dan satpam itupun mengangguk.

Setelah pembicaraan singkat itu selesai, Rendra menghadap Athaya, "beres pak," lapornya.

"Bagus, pastikan dia tidak berkhianat."

"Tentu pak," jawab Rendra dengan yakin.

Satpam itupun maju dan mengangguk hormat. "Saya akan setia kepada anda dan anda bisa percaya kepada saya."

"Terima kasih. Saya tidak suka orang yang berkhianat. Rendra pastikan bayarannya.”

"Baik." Rendra mengangguk, kemudian masuk ke dalam mobil dan memberikan amplop coklat yang tebal kepada satpam itu.

Satpam itu langsung mengantunginya dengan cepat agar tidak terlihat oleh siapapun. "Ibu Bunga biasanya akan datang pada jam tiga sore bersama beberapa teman wanitanya dan beberapa pria;"

Athaya yang sebenarnya merasa pedih dan terluka berkata dengan dingin. "Mereka itu seperti tidak punya pekerjaan saja. Ya, sudah, saya percayakan pekerjaan ini kepada anda. Saya pamit.” Athaya berjalan angkuh ke mobil yang terparkir agak jauh.

Rendra mengikutinya. Athaya langsung duduk di kursi belakang dan Rendra duduk di kursi depan. "Kita ke tempat selanjutnya pak?."

"Hem," jawab Athaya singkat.

Mobil itu pun melaju kencang di tengah gelapnya malam. Athaya menutup matanya, merasakan hatinya yang remuk redam dan hancur, walaupun sebenarnya didasar hatinya yang paling dalam, dia masih berharap semua itu tidak benar. Dia sangat mencintai Narnia.

Tepat ketika Athaya memikirkan Narnia, mobilnya berhenti di satu tempat. Athaya membuka matanya yang lelah dan masuk ke dalam tempat itu bersama Rendra. Ketika masuk langsung ada petugas berbaju serba hitam, Rendra bertanya pada petugas itu, "Anda melihat wanita ini?."

Pria berbaju hitam itu meneliti Rendra dan Athaya yang dibelakangnya dari atas hingga bawah, Rendra yang mengerti langsung mengeluarkan amplop coklat. "Saya harap anda bisa bekerja sama dengan saya untuk kedepannya. Saya sedang mencari seseorang dan saya pun akan jadi pelanggan VVIP disini.”

Petugas berbadan besar itu menerima amplopnya dan langsung ???mengintip uang merah yang ada dibalik amplop cokelatnya dan menelisik Rendra kembali, kemudian berbisik. "Saya rasa saya bisa bekerja sama dengan anda."

Athaya yang melihatnya berdecih. Manusia mudah sekali berkhianat karena setumpuk uang. Menyedihkan, batin Athaya. “Mereka adalah pelanggan VVIP. Biasanya mereka datang tidak lama dan sekarang mereka ada di lantai atas. Langsung saja anda ke lantai atas."

"Oke terima kasih," ucap Rendra.

Tak buang waktu lama, Rendra dan Athaya berjalan ke atas kemudian mencari sudut yang aman agar tidak terlihat oleh orang yang mereka cari, namun mereka bisa melihat jelas ke arah mereka dan dengan bantuan petugas tadi, Athaya dan Rendra mendapatkan sudut itu. Duduk dengan gelas minuman di tangannya, Athaya melihat dari sudut matanya seseorang yang sangat dikenalinya sedang asyik bergelayut manja pada seorang lelaki muda. Tangan Athaya pun mencengkram gelas minuman merahnya dengan erat dan Rendra menyadarinya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, hanya diam. Dia tau, saat ini hati atasannya yang terlihat dingin itu sangat sakit dan hancur.

Athaya mengeluarkan ponselnya, di tempelkannya di telinga. Dari sudut mata Athaya, dia melihat orang itu berjalan menjauh dan mendekati tempat yang agak sepi."Ya, sayang, " jawabnya langsung dengan agak keras.

"Kamu dimana sayang?, maaf aku tidak bisa pulang. Aku sedang ada pesta keberhasilan kerja sama dengan satu perusahaan di sebuah tempat."

"Ya, aku tau, kamu pasti bekerja. Ini aku ... aku sedang mendengarkan musik dikamar. Bosan sendirian," bohong Narnia membuat Athaya semakin mencengkram gelasnya kuat-kuat.

"Baiklah. Aku merindukanmu, hati-hati." ucap Athaya dengan sorot mata dingin namun dapat berkata dengan manis dan tenang seperti biasanya. Rendra yang berada disampingnya, merasa takjub sekaligus ngeri pada atasannya ini.

Dengan sekali teguk, Athaya meminum cairan merah itu, lalu menyimpannya dan berkata, "ayo pergi dari sini. Aku ingin mengetahui lebih banyak lagi apa yang dilakukannya.”

"Baik pak.”

Athaya keluar dari club itu dengan tenang dan arogan, tanpa ada yang mengetahui bahwa kakinya sebenarnya lemas, tangannya bergetar dan hatinya sudah hancur berkeping-keping. Ini baru dua transaksi yang membuktikan Narnia, istrinya itu telah melakukan hal diluar perkiraan Athaya sama sekali. Masih ada transaksi-transaksi lainnya yang belum dibuktikan kebenarannya.

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel