Bagian 6
Cerita Lana dan Mario.
Lana yang pertama kali melihat kehadiran Mario di ruang meeting merasa tertarik. Mario tampak polos, namun memiliki postur tubuh yang gagah. Urusan pekerjaan Mario akan dengan sabar belajar dan mendengarkan apa yang Lana sarankan. Selain itu pun Mario sangat menghormatinya. Saat Lana mengajaknya makan siang bareng, Mario bertanya Lana ingin makan dimana bahkan Mario mempersilahkan Lana untuk duduk lebih dulu di tempat yang nyaman. Semua perlakuan yang terasa baisa itu terasa manis bagi Lana dan membuat Lana semakin tertarik karena masalahnya Lana tidak pernah mendapatkan perlakuan manis seperti itu dari mantan suaminya. Laki-laki yang dulu sangat dicintainya. Laki-laki yang ternyata hanya menganggapnya sebagai pabrik pembuat anak saja untuk menjadi penerusnya.
Dari merasa tertarik, Lana menjadi ingin memiliki Mario untuk jadi miliknya. Meskipun Lana tau kalau Mario sudah beristri. Lana merasa tidak masalah. Rencana awal yang Lana rencanakan untuk menggoda Mario adalah dengan mengajak Mario untuk lembur di rumahnya berdua. Awalnya Mario merasa aneh ketika Lana mengajaknya ke rumah untuk menyelesaikan pekerjaan, tapi karena Lana mengatakan kalau memang biasanya banayk yang lembur dirumahnya akhirnay Mario mau. Saat itu Lana mengenalkan Mario dengan anak pertamanya. Lana seperti mendapatkan jalan ketika Mario menyukai anaknya dan mengatakan kalau pernikahannya belum juga dikarunia keturunan padahal mereka sudah beberapa tahun menikah.
Lana dengan pakaian yang sedikit terbuka yaitu dress diatas putus dengan belahan dada yang rendah dan bahu yang terbuka memancing Mario untuk menceritakan apa yang tidak disukai dari istrinya. “Cerita aja, gak apa-apa kok. Tiap pernikahan kan pasti wajar ada hal yang disuka dan gak disuka. Saya juga gitu kok dulu, bedanya kalau saya dulu gak pernah cerita sama temen atau siapapun. Jadi dipendem aja gitu. Eh taunya malah menumpuk dan meledak. Langsung cerai deh.” Kata Lana dengan santainay menceritakan perceraiannya.
Mario yang awalnya merasa kalau masalah dalam pernikahannya biasa saja menjadi khawatir dan merasa takut. “Oh gitu mbak?. Saya jadi takut. Abisnya saya takut kalau cerita, bukannya dibantu malah disebarin” Jujur Mario aat itu belum menyadari Lana yang semakin condong duduknya ke Mario.
“Kamu cerita aja sama saya. Saya gak mungkin bocorin. Itu masalah rumah tangga orang. Saya cuman bakal jadi pendengar yang baik, mungkin malah jadi temen sharing. Gimanapun kan saya pernah mengalami perceraian.” Lana dengan sok bijaknya padahal ada udang dibalik batu.
Melihat Lana seperti malaikat, Mario langsug merasa percaya dan menceritakan mengenai kekurangan dari istrinya yang selama ini kurang agresif saat di tempat tidur. Belum lagi baju-baju istrinya yang terlihat norak dan kurang terbuka di mata Mario.
Lana semakin merasa jalannya untuk mendapatkan Mario semakin terbuka lebar. Lana mendekatkan diri pada Mario kemudian dengan berani memegang tangannya. “Cewek itu memang susah kalau masalah ranjang, Mario. Mereka butuh kesadaran diri untuk menyenangkan suaminya. Urusan pakaian pun juga susah dirubahnya. Itu urusan selera. Kamu udah coba ngomong sama istri kamu?.” Tanya Lana dengan wajah dibuat sesedih mungkin dan seperhatian mungkin pada Mario padahal Lana sudah tidak ingin tau menahu mengenai rumah tangga Mario.
Mario mengusap wajahnya kasar. “Kalau masalah udah, tapi dia tetep gak bsia dikasi tau. Kalau masalah ranjang, aku gak mau kasih tau dia. Aku gak mau dia terluka.”
Lana kesal, Mario sepeduli itu pada istrinya. “Kamu baik banget ya. Beruntung istri kamu punya suami kayak kamu. Aku dulu gak pernah dapet perlakuan baik dari mantan suamiku. Dia agak kasar dan semuanya sendiri. Aku gak bisa nentuin apapun. Padahal banyak yang pengen aku lakukan bahkan pas lagi bercinta, tapi dia gak mau tau.” Jujur Lana gantian.
Mario yang merasa kasihan dan merutuki kebodohan mantan suami Lana karena menyia-nyiakan perempuan cantik, seksi, modis dan pintar seperti Lana. Apa sih yang kurang dari Lana?, pikir Mario. Tangan Mario pun ikut menggenggam tangan Lana. “Saya yakin kalau laki-laki itu bodoh karena menyia-nyiakan perempuan sempurna seperti anda.”
Setelah saling jujur dan cerita itu, Lana dan Mario saling pandang. Mario mendekatkan diri dan hampir mencium bibir Lana, tapi ketika wajah Kanaya terlintas di pikirannya Mario sedikit mendorong Lana. “Maaf mbak, gak seharusnya saya mencium mbak. Saya udah punya istri.” Mario berdiri dan membereskan tasnya. Lana yang kesal karena penolakan dari Mario langsung menahan tanagn Mario dan menarik Mario kemudian mencium Mario dengan membabi buta. Pada awalnya Mario menolak, tapi karena terus menciumnya dengan rakus naluri laki-laki Mario pun bangkit.
“Please Mario, aku pengen kamu.” Bisik Lana saat mereka saling mengambil jeda karena sesak terlalu lama berciuman.
“Aku.. gak akan bisa berhenti kalau kita terus-terusan gini.” Jawab Mario dengan berbisik juga. Lana sengaja mendekatkan dadanya ke dada Mario membuat mata Mario akhirnya bisa dengan jelas dan dekat melihat dua buah dada Lana yang besar. Berbeda dengan milik istrinya yang Mario rasa kecil.
“Aku cuman mau nanya sama kamu, kamu mau aku atau enggak?. Kalau aku sih mau kamu. Titik, gak pake koma.” Balasan Lana membaut Mario yang semula menatap mata Lana untuk mencari keyakinan akhirnya mencium Lana dengan rakusnya. Dan dibalas rakus juga oleh Lana. Keduanya dengan tergesa-gesa membuka baju lawannya. “Dikamar yuk.” Bisik Lana. Mario langsung menggendong dan membawa Lana ke kamarnya dengan arahan dari Lana.
Saat sampai dikamar dan menutup pintu, Lana yang baru saja diturunkan dari gendongan langsung mendorong Mario ke ranjangnya dengan keras. Lana meliuk-liukku badan dihadapan Mario bahkan menurunkan bajunya dengan gaya erotis. Mario sudha tidak bsia bergerak lagi, dirinya terlalu takjub dan terangsang. Selama ini impian yang dia inginkan dari istrinya terwujudkan oleh Lana dengan inisiatif Lana sendiri. Dan tambah terkejutnya Mario saat Lana menurunkan bajunya, sudah ada lingerie berwarna hitam yang dipakainya dengan stoking berwarna senada.
“Sekarang kamu diem dan serahin ke aku.” Lana memainkan milik Mario dengan lihainya. Berbeda dengan Kanaya yang masih sangat canggung dan seperti jijik saat melakukannya. Lana sangat menikmatinya, bahkan saat Mario mengeluarkan cairan miliknya Lana tanpa rasa jijik menelannya. Mario langsung merasa sangat gagah dan terangsang. Dengan brutalnya Mario membalikkan posisi kemudian menyerang Lana dan memasukkan miliknya pada Lana. Permainan merekapun berlangsung lama dengan berbagai gaya. Mario langsung merasa menemukan dunianya yang baru. Menemukan dunia fantasi yang selama ini di inginkan. Lana adalah perwujudan segala cita-cita yang Mario dambakan.
Setelah malam itu pun mereka membuat keputusan untuk saling bertemu di tengah malam karena bagaimanapun Mario tidak ingin istrinya tau. Mario tidak ada niatan untuk meninggalkan istrinya. Mulanya sih Lana bisa menyepakati kesepakatan itu, tapi lama-lama Lana melanggar dengan melakuakn hal itu dimanapun mereka bisa. Toilet kantor, ruangan, bahkan di lantai atas. Dan setelah keduanya sering melakukan hal itu, Lana mulai mempertanyakan hubungan mereka. Melihat Mario dengan istrinya, Kanaya ternyata membuat Lana cemburu. Lana tidak suka saat Mario menggandeng istrinya didepan banyak orang. Lana juga kesal saat Mario menyentuh punggung terbuka istrinya.
Tanpa disadari awalnya Lana semakin dikuasai oleh perasaan egois ingin memiliki dan perasaan cinta yang ternyata semakin hari semakin dalam.
Jadi saat Kanaya menemukan Lana dan Mario dirumahnya, Lana merasa bahagia. Lana tau, tanpa bergerak atau mengotori tangannya pun kebohongan itu pasti akan tercium juga.
**
