PENGALAMAN PERTAMA
Sekujur tubuh Dhika basah oleh peluh, ia ingat kata kata lek Suminem tentang perilaku biologis perempuan Cina. Kalau itu benar benar terjadi, bisa remuk aku, batin Diki.
"Kamu nggak mandi Dik!" seru Kim dari bathroom.
"Nanti, masih keringatan."
Diki duduk termenung di bibir ranjang mengenang kejadian yang baru saja mereka lalui berdua.
Kim keluar dari bathroom hanya mengenakan handuk sebatas dada kemudian menghampiri Diki yang duduk dibibir ranjang.
"Buruan mandi biar segar untuk season kedua nanti, baru istirahat," kata Kim seraya merapatkan tubuhnya hingga bagian dada menekan kepala Diki.
"Besuk jadi ke Borobudur kan?" kata Diki seraya masuk bathroom.
"Jadi dong."
Sementara Diki mandi, Kim pesan makanan dan minuman di F&B hotel.
"Ini makanan apa?" tanya Diki melihat makanan dan minuman di meja.
"Tenderloin steak. Ini blue wine. ini wine baru, kalau belum terbiasa coba sedikit aja."
Diki mencium blue wine.
"Kaya whisky ya?" tanya Diki seraya nyengir.
"Betul, tapi ini bahannya herbal dan melalui fermentasi yang canggih."
"Terserah aja Kim, pokoknya aku nggak mau kalau sampai mabok."
Kim cekikikan.
Mulanya Diki tidak tau tenderloin steak itu makanan apa, ternyata cuma daging panggang has dalam. Tapi rasanya memang lain dengan daging sapi lokal. Daging sapi new Zeland teksturnya lebih lembut dan renyah.
"Kenapa kamu tadi nggak pesan kopi hitam apa teh tubruk, malah pesan blue wine," kata Diki usai makan.
"Kopi hitam sama teh tubruk nggak ada sayang. Paling cappucino."
"Minta air panas aja, beli kopi sunset diwarung depan hotel."
"My God, besuk dah aku belikan satu kardus."
Setelah menenggak seteguk demi seteguk blue wine nya, mata mereka berdua mulai berat, bicara ngelantur.
Kim menarik tangan Diki dan mereka rebah bersamaan diatas bad. Diki masih merasa setengah sadar, tapi ia tidak mengenali dirinya lagi mungkin karena efek dari blue wine tersebut. Begitu juga dengan Kim. Mereka berdua pun kehilangan naluri kemanusiaannya dan yang tersisa tinggal insting hewani sehingga perilaku pada season kedua dini hari itu tak lebih seperti animal. Ini pengalaman pertama Diki memperlakukan wanita seperti hewan atas kemauan Kim.
*****
Pukul duabelas siang Kim dan Diki berkemas ke Borobudur mengendarai sepeda motor. Sesampainya disana Kim khusu berdoa.
"Kupikir kamu Nasrani," kata Diki usai Kim berdoa.
"Di KTP aku memang tercatat sebagai Nasrani. Tapi dalam beribadah aku masih mengikuti peribadatan leluhurku. Dalam kehidupan sehari hari keluarga kami cenderung mengamalkan Taoisme."
Dika melongo tidak tau apa yang dimaksud Kim.
Kim menjelaskan bahwa Taoisme adalah semacam aliran kepercayaan yang pertama kali diajarkan oleh Lao Tzu 320 tahun sebelum Masehi pada masa dinasty Chou.Sebelum agama Budha lahir.
"Di Jawa juga ada ajaran semacam itu sebelum Hindu maupun Budha masuk. Ajaran tersebut dinamakan Kapitayan, ajaran ini mengenal adanya zat Tan keno kinoyo ngopo,"
Diki menjelaskan garis besar tentang Kapitayan. Ajarannya kurang lebih seperti yang diajarkan Lao Tzu yaitu tentang keluhuran Budi, hakekat dari keseimbangan alam yang biasa disebut Yin dan Yang. Bedanya Taoisme tidak mengenal tentang zat Tan keno kinoyo ngopo.
Baik Kim maupun Diki mulai merasakan adanya persamaan pandangan dan pikiran tidak sekedar sanjungan dalam cinta atau mengumbar birahi sampai kehilangan naluri.
*****
"Kita sama sama hidup sebatang kara," ujar Kim sepulang dari Borobudur sambil rebahan berdua di hotel.
"Aku punya tabungan sekitar lima juta US Dollar. Kurasa cukup untuk membeli rumah dan modal usaha disini,"kata Kim.
Diki tidak tau apa maksud pembicaraan Kim.
"Kamu punya tabungan sebanyak itu emang gaji kamu berapa?"
"Sekarang sekitar 7 ribu dollar."
"What!?"
Memang gaji militer di Korea tinggi jauh bila dibanding tentara di Indonesia. Pangkat setingkat Kim di Indonesia paling tinggi 4,5 juta sudah termasuk tunjangan jabatan dan struktural.
Ini anak beneran apa mengigau mau beli rumah disini, batin Diki
"Diki, kok malah bengong. Gimana?"
"Apanya yang gimana?"
"Lho, aku tadi ngomong nggak kamu dengerin."
"Denger. Bingung aja, beneran nggak kamu mau beli rumah disini?"
Mereka kemudian membicarakan rencana beli rumah untuk tempat tinggal dan usaha apa yang akan dilakukan nanti.
"Soal rumah, disini banyak perumahan murah. Tapi kalau soal usaha, aku belum punya bayangan sama sekali."
"Aku tidak mau beli di perumahan. Aku ingin bangun rumah di pinggir kota.Beli sebidang tanah yang luas untuk rumah dan kebun."
Makin ngelantur ini bocah, batin Diki.
"Oke, nanti kamu sambil cari cari peluang usaha apa yang bagus disini," ujar Kim.
Kayanya serius banget ini anak, batin Diki.
Karena capek dan ngantuk, akhirnya mereka berdua ketiduran.
Menjelang magrib Kim terbangun kaget mendengar ponselnya berdering.
"Hai Kim, bagaimana liburanmu di Indonesia?" tanya Norman.
"Aku senang sekali. Jogya adalah kota yang indah, unik. Kota pelajar, budaya dan seni, apalagi selalu didampingi kekasihku."
"Kamu ketemu sama Diki?"
"Ya, dia menjemput aku di bandara.Ternyata dia romantis, lucu, aku sangat bahagia sampai kepikiran tidak mau kembali ke Korea."
"Buang pikiran buruk kamu itu, aku tidak ingin punya sahabat jadi diserter. Aku akan selalu mengingatkanmu Kim."
"Becanda aja Norman. Thanks atas perhatianmu."
Diki melihat tampaknya Kim dekat dengan Norman.
"Sedekat apa kamu sama Norman?" tanya Diki dengan nada interogasi.
"Sebagaimana persahabatan seseorang.Dia satu satunya sahabat di kesatuan yang mau dengar omonganku.Kenapa emang!?"
"Kadang persahabatan hanya sebagai kamuflase untuk menjalin cinta."
Serta merta Kim bangkit, memeluk Diki dan berbisik di telinganya.
"Jangan cemburu dong sayang. Percayalah, hanya kamu yang ada di hatiku."
"Aku percaya kamu.Mungkin aku masih trauma saat ditinggal pergi pacarku dulu," kata Diki seraya mengusap usap rambut Kim.
Kim minta Diki menceritakan apa yang terjadi pada pacarnya.
Sebelum jadian dengan pacarnya Diki sudah tau kalau ia sahabatan dengan Anwar sejak masih sekolah hingga kerja satu pabrik. Anwar juga tau kalau Diki dan Nanda pacaran satu bulan setelah kerja di pabrik itu. Kenapa setelah mereka jadian Nanda justru kabur dengan Anwar, itu yang membuat Diki sakit hati.
"Mungkin Nanda punya alasan sendiri yang tidak kamu ketahui. Tapi yang terpenting Kim tidak akan pernah seperti Nanda,"kata Kim.
Diki tersenyum manis, dan senyum itu pun dibeli dengan ciuman oleh Kim.
Mereka berdua memaknai pertemuan ini sebagai honey moon, hanya saja belum memegang sertifikat halal dari KUA.
"Sayang, aku punya sesuatu," ujar Kim.
Kim mengambil foto dari dalam diarynya.Foto hitam putih yang warnanya sudah berubah kecoklatan.
"Siapa mereka?"
"Itu foto mama saat perayaan hari Kartini. Saat itu mama kelas lima SD."
Diki mengamati foto itu dan wajah Kim silih berganti. Dibelakang foto ada tulisan yang nyaris hilang dimakan usia.
"SD Netral Putri!" ujar Diki seraya melotot.
"Kenapa kamu terkejut gitu?"
"Coba kamu perhatikan ini. Ini kan S. D. Net..r..l. P..u...i. ...ka..ta. SD. NETRAL PUTRI Jogjakarta. Ya kan!?" tanya Diki.
"Mungkin."
"Pasti Kim. Berarti mama kamu dulu tinggal disini."
"Really!?"
"Besuk kita telusuri jejak mama kamu."
"Ini menarik. Aku jadi bersemangat."
*****
Ini hari kedua Kim dan Diki menikmati honey moon di hotel, merajut cinta kasih mereka sebagai anugerah yang paling indah. Keindahan macam apalagi yang bisa membuat dua insan bahagia selain cinta. Dan, mereka pun mendapatkannya.
