Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

MENELUSURI JEJAK IBU

Usai sarapan soto sulung di kidul stasiun, Dhika dan Kim ke sekolahan SD NETRAL PUTRI.Konon katanya sekolahan ini sudah berdiri sejak jaman Belanda dulu setelah Taman Siswa.

Sejak dulu SD NETRAL termasuk sekolahan favorit hingga saat ini. Sesuai perkembangan SD NETRAL terus menambah lokal hingga menjadi SD NETRAL PUTRI, NETRAL A DAN NETRAL B.

Diki dan Kim ditemui kepala sekolah netral Putri, Hadi Wiyono. Ia adalah kepala sekolah ke empat sejak berdirinya sekolahan tersebut.

"Ada keperluan apa mas?" tanya Hadi santun dengan tata krama khas Jogya.

"Saya mau menanyakan arsip tentang siswa pak." ujar Diki.

"Namanya ?"

"Wartini, ini fotonya. Foto ini dibuat saat ibu kelas lima."

"Sebentar ya mas."

Hadi memanggil stafnya minta dicarikan nama Wartini angkatan tahun 1970, kemudian kembali lagi menemui Diki dan Kim.

"Itu orang tua anda?"

"Bukan pak, orang tua dia," Diki menunjuk Kim. Kepala sekolah mengerutkan dahi.

"Jadi begini pak.Kim ini dari Korea, ibunya Indonesia ayah cina.Ibunya meninggal saat ia umur delapan tahun. Satu satunya petunjuk untuk melacak keluarganya di Indonesia cuma foto itu."

"Mudah mudahan ketemu .Sedang dicarikan staf saya."

Duapuluh menit kemudian staf kepala sekolah menghadap membawa stop map file warna kuning kecoklatan.

"Gimana pak Supri?" tanya kepala sekolah.

"Ada pak," kata Supri seraya menyerahkan stopmap file, kemudian ia berlalu.

"Ini mas datanya Wartini."

Kim dan Diki mengamati data siswa milik Wartini. Tiba tiba Diki melotot kearah Kim.

"Kenapa?" tanya Kim.

"Nanti aku jelaskan."

Setelah menyalin data Wartini, mereka berdua pamitan.

"Ternyata ibu tinggal di kampungnya bapak aku dulu,"kata Diki.

"Maksud kamu tempat kost kamu?"

"Bukan, tapi di kampung sebelah tempat kost aku."

Diki bertanya tanya dalam hati. Siapa orang tua Kim, rasanya ia belum pernah dengar orang di kampung bapaknya keluar negeri. Mungkin Wartini keluar negeri saat Diki masih kecil.

Sebelum Diki kost disitu, memang ada beberapa orang dari kampung bapaknya yang keluar negeri. Mas Mar, staf kedutaan di Berlin. Madi, anak kaji Dullah kawin dengan perempuan Australia dan kini tinggal di Bali. Basuki pernah tinggal di Washington.

"Washington!?" tanya Kim tak percaya.

"Ya, dia guide amatir. Ceritanya cukup seru juga."

"Boleh dong cerita."

Suatu ketika Basuki memandu turis cewek asal Washington, cewek tersebut jatuh hati pada Basuki. Singkat cerita, setelah beberapa hari di jogya, Basuki dibawa ke Washington.

"Terus,terus..." kata Kim penasaran.

"Disana mereka tinggal berdua di apartemen. Entah kenapa mereka ribut. Basuki diusir dari apartemen, beberapa hari ia menggelandang di Washington."

"What next?"

"Basuki kerja di restoran tiga bulan. Kemudian ia melapor pada Kedubes Indonesia di Washington melaporkan diri kalau dia terlantar."

"Kemudian ia dideportasi."

"Ya. Bisa pulang gratis bawa pulang uang hasil kerja tiga bulan. Mau tau dibelikan apa uangnya, mobil bekas."

"Wow....?"

*****

Mereka sampai ditempat yang dituju dimana Diki dan keluarganya dulu pernah tinggal disitu.

"Kemana Dik, renteng renteng sama turis lagi. Penumpangmu tho!?" tanya tetangganya dulu.

"Iya mas. Mau cari alamat ini,"

Diki menunjukkan alamat sesuai data dari sekolahan Wartini.

"Ini alamat rumahnya pak Wiyono, depan warungnya Fajar. Rumah yang banyak pohon mlinjonya," kata orang itu.

"Makasih mas, saya langsung kesana."

"Ya,ya. Digandeng tho Dik penumpangmu itu, nanti nyasar."

Diki tertawa kecil dan berlalu.

"What he said earlier, why are you laughing?" tanya Kim.

"Aku disuruh gandeng kamu."

"Silahkan kalau mau digandeng," Kim memberikan tangannya.

Ketika melewati rumahnya dulu yang terjual gara gara utang bapaknya, ia berhenti menatap rumah itu dengan wajah memelas.

"What's wrong, Diki, why are you suddenly sad?" tanya Kim seraya mengguncang guncangkan lengannya.

"Ini rumah bapak dulu."

Kim menarik tangan Diki agar jalan terus supaya tidak larut dalam kesedihan teringat masa lalu.

*****

Wiyono sudah lama meninggal. Begitu pula istrinya. Rumah itu dijual oleh Selasih, anak angkat Wiyono, kakak tiri Wartini.

"Selasih sekarang tinggal dimana?" tanya Diki wajahnya berbinar binar setelah tau kalau ternyata Kim punya bibi tiri di jogya.

"Terakhir saya dengar di perumahan indah lestari Demak ijo."

Wajah Diki kembali murung mendengar itu karena hanya ada informasi tentang nama perumahan saja tidak ada alamat lengkap.

"Bagaimana sayang?"

"Ya udah, kita cari kesana."

Mereka OTW ke Demak ijo etung etung jalan jalan keliling kota Jogya.

Mulanya Kim risih mereka berdua selalu menarik perhatian orang yang melihatnya. Mungkin mereka bertanya tanya, cewek bule ini mau kelayapan kemana. Tapi lama kelamaan ia terbiasa dan tidak peduli lagi pada orang orang yang memperhatikan mereka berdua.

Hampir satu jam mereka menanyakan nama Selasih, namun sudah setengah perumahan dikelilingi tidak ada yang tau. Diki mulai putus asa.

"Kita istirahat dulu di hotel. Tampaknya kamu ngantuk," kata Kim.

Penelusuran hari itu tidak membuahkan hasil. Mereka kembali ke hotel.

*****

Rencananya Kim mau liburan di Jogya selama sepuluh hari. Namun hingga hari kesembilan mereka belum juga menemukan Selasih.

Hari terakhir ini Kim tidak ingin kemana mana, mereka bercengkerama dalam hotel bersama Diki menunggu waktu kembali ke Korea besuk pagi.

"Kamu janji ya akan mencari Selasih sampai ketemu," kata Kim.

"Ya, aku akan berusaha menemukannya."

"D8ki, kamu nggak usah sedih lagi mikirin rumah bapakmu yang sudah terjual.Sebentar lagi kita akan punya rumah sendiri."

"Kamu kapan kesini lagi?"

"Paling tidak satu tahun kedepan. Aku tidak bisa sebebas kamu. Bagaimana kalau kamu aja yang tinggal di korea?"

Diki berpikir, disana ia tidak punya teman, saudara selain Kim.

"Maksudnya tinggal disana selamanya?"

"Bukan begitu, kalau aku kangen atau kamu kangen, kamu yang kesana tinggal satu atau dua Minggu disana, kalau aku ambil cuti tahunan baru aku yang kesini."

"O....kalau gitu sih nggak apa apa."

"Besuk sampai dirumah aku langsung transfer untuk membangun rumah di tanah yang sudah kita beli tempo hari."

"Ya. Aku berusaha amanah, mudah mudahan tahun depan ketika kamu kesini rumah sudah siap."

"Itu yang kuharap."

Malam semakin larut, samar samar dari arah Malioboro terdengar pengamen tradisional melantunkan tebang asmorondono diiringi kecapi. Meski pun orang tidak tau artinya, tapi dari alunan suaranya yang melankolis mendayu dayu membuat hati meleleh.

Bagi Kim dan Diki,alunan suara tembang tersebut seakan mengiringi kebersamaan mereka melewatkan malam terakhir. Selama sembilan hari Diki dan Kim mereguk dahaga hasrat, namun tidak seperti malam ini, mereka menumpahkan semua cinta yang ada.

*****

Pukul tujuh lewat pesawat yang ditumpangi Kim take of meninggalkan bandara Jogya.

Meski pun berat meninggalkan kekasihnya pulang, namun Kim bahagia pulang membawa kenangan manis yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.

Sementara Diki pun sedih melepas kepulangan Kim, namun ia telah meninggalkan kenangan terindah dalam hidupnya.

Diki berdiri termangu mangu memandang langit diatas bandara, seakan akan pesawat itu masih ada disana tidak ingin membawa Kim kembali pulang ke Korea.

Diki kemudian beranjak dari tempatnya setelah menyadari kalau perpisahan ini hanya sementara. Justru ini adalah awal dari sebuah perjalanan cintanya bersama Kim..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel