Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

KABAR GEMBIRA

Awal bulan mei Kim dan kesatuannya ditarik kembali ke negaranya, dan digantikan kesatuan lain. Seminggu setelah itu ia dan beberapa anggota kesatuan naik pangkat satu tingkat menjadi sersan kepala.

D8ki baru tau kalau tidak selamanya tentara itu memanggul senjata. Memang benar Kim ditugaskan ke negara lain dalam misi perdamaian, makanya ia dikirim ke Abuja sebagai staf tehnis yang mengurusi masalah administrasi seperti perbekalan atau gaji anggota bukan tergabung dalam divisi infantri maupun kavaleri yang lebih menekankan pada aspek taktis militer.

Mendengar kabar kalau Kim sudah kembali ke Korea dan naik pangkat, Diki merogoh kocek untuk syukuran kecil kecilan dengan mengundang tetangga kanan kiri.

Pelaksanaan acara syukuran direkam dan dikirim pada Kim.

"Ini acara syukuran atas kepulangan kamu ke Korea sekaligus kenaikan pangkat kamu," kata Diki.

"Syukuran, apa itu?"

"Syukuran itu semacam celebration, tapi menurut budaya kita."

"Puji Tuhan....sampai segitu perhatian kamu."

Selama bertugas di Nigeria, Kim belum pernah melihat warga Abuja melakukan acara yang namanya syukuran, padahal warga disana 46 persen beragama Islam, sisanya Kristen, Katholik dan lain lain.

Kim pernah dengar bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya dan suku bangsa serta bahasa daerah. Mungkin itu yang dilakukan Diki. Ia mensyukuri kepulangan Kim dan kenaikan pangkatnya.

*****

"Coba lihat," kata Kim pada Norman seraya menunjukkan Vidio rekaman acara syukuran yang diabadikan Diki.

"Apa ini!?"

"Celebration atas kepulangan ku dan kenaikan pangkat ku."

"Wow....keren. Diki yang melakukannya?"

"Iya. Bukan mewahnya celebration,tapi niat tulusnya."

"Aku no komen kalau begini. Masalahnya celebration yang Diki lakukan bermakna religius tidak seperti yang biasa kita lakukan disini dengan pesta, whisky, right !?"

"Ya. Dia pintar mengambil hati kekasihnya."

"No,no,no. Menurutku dia tidak berniat mengambil hati, tapi lebih pada tradisi."

"Kapan kamu ambil cuti pulang ke Texas?" tanya Kim.

"Biasa, saat natal tiba. Kamu kapan cuti, kulihat sudah lima tahunan kamu nggak ambil cuti, why!?"

Kim menunduk sedih, teman teman setiap natal cuti pulang ke kampung halaman masing masing, sedangkan dia hanya bisa termenung seorang diri dalam apartemennya. Mau ke Cina tidak tau kampung halaman papanya, konon kakeknya aja meninggalkan daratan Cina tahun 60 an. Mau ke Indonesia tidak tau dari mana asal usul mamanya karena menurut cerita papa dan mamanya bertemu di Korea.

"You ok!?"tanya Norman.

"Aku nggak apa apa."

Norman diam karena Kim tidak ingin mengatakan apa apa meski pun matanya yang berkaca kaca tidak bisa bohong kalau ia menyimpan sesuatu.Mungkin begitu adat orang sana, tidak seperti kebanyakan kita yang kekepoan, mau tau aja urusan orang.

Norman berlalu menghadap Kabag humas Kostrad tentara Korea sedangkan Kim kembali ke ruangannya.

*****

"Diki, kamu ini apa sudah yakin kalau pacarmu itu benar benar serius sama kamu?" tanya Suwono, tetangga tempatnya kost.

"Yakin banget sih belum pakde."

"La kok kamu sudah kaya orang banyak duit gitu pake nyelameti segala."

"Dalam syukuran itu kan ada makna sedekah tho pakde."

"Sok tau kaya ustad Jamil aja."

Diki hanya cengengesan. Sebetulnya orang yang paling tau kenapa dan dari mana uang Diki untuk biaya syukuran itu adalah Beno, karena ia yang dimintai pendapat sehari sebelum Diki mengadakan syukuran.

"Ben, aku tu bingung," kata Diki beberapa hari lalu sebelum selamatan.

"Bingung kenapa Dik?"

"Ini ada uang sejuta, tadinya sih mau buat ganti ranjang yang patah. Tapi ada kabar dari Kim, dia sudah kembali ke Korea dan naik pangkat. Pengennya aku mau syukuran gitu, kecil kecilan aja."

"Kalau syukurannya bulan depan kan nggak lucu ya Dik?"

"Jadi, menurut kamu buat syukuran dulu?"

"Ya, ranjangnya kan bisa bulan depan, sementara kamu tidur dibawah kan nggak apa apa."

Begitulah, kemudian syukuran itu pun di laksanakan.

Entah karena kebetulan atau karena keikhlasan Diki mengadakan syukuran untuk Kim, dalam seminggu ini tarikannya rame terus hingga bisa beli ranjang.

"Coba aku nggak ikuti saran kamu Ben, alamat lewat dah moment yang langka ini," ujar Diki.

"Semua itu karena kamu ikhlas. Jujur, saya seneng sama kamu karena mau dengar saran orang lain walau pun yang menyarankan lebih muda darinya."

"Ah, kamu bisa aja. Aku jadi Ge Er."

*****

Lagu nostalgia dari album Frank Sinatra mengalun lirih diruang kamar apartemen. Dari tadi Kim pantengin laptop bolak balik mencari info tentang Indonesia dari berbagai sudut pandang. Selanjutnya ia membuka tentang syukuran.

Kim heran, menurut diskripsi tentang syukuran yang ia temukan adalah sebuah acara semacam kebaktian dalam agama Nasrani namun ini lebih spesifik karena jamuan yang dipersiapkan jauh lebih banyak dan beragam tidak seperti dalam kebaktian.

Kim melihat dari sisi jangkauannya bukan makna dari masing masing acara. Kesimpulannya, tentu Diki tidak sedikit merogoh kocek untuk acara tersebut tanpa pamrih apa apa. Nyatanya mereka belum pernah ketemu sama sekali.

Kim membandingkan lelaki lain yang ia kenal dalam dunia maya. Sembilan puluh sembilan persen obsesi mereka tidak jauh dari soal syahwat, sedangkan Diki secuil pun tidak pernah menyinggung soal itu. Kalau dibilang ia Sholeh, alim, kecil kemungkinan punya aplikasi sosial media.Entahlah, Kim sampai bingung menilai Diki.

Norman sahabatnya yang semula tidak begitu respek pada Diki pun akhirnya memuji kalau dia memang pria baik.

Sore itu Kim mengunjungi asrama mahasiswa di Yonsei university sekedar cari tau langsung dari mahasiswa asal Indonesia.

"Tolong beri gambaran tentang karakter masyarakat Jogya dan apa yang istimewa dari kota tersebut," tanya Kim setelah ditemui mahasiswa asal Jakarta.

"Jogya adalah salah satu favorit saya untuk traveling. Masyarakatnya ramah tamah dan kadang suka membanyol. Jogya adalah destinasi wisata terfavorit kedua di Indonesia setelah Bali karena menawarkan berbagai ragam budaya, seni dan cinderamata yang unik dan spesifik."

"O,ya. Senang mendengarnya." kata Kim dengan wajah berbinar binar.

Selanjutnya Kim dan Cindy ngobrol banyak tentang indonesia secara umum. Baik soal politik, sosial, perdagangan dan sebagainya.

Masalah agama, di Indonesia boleh dibilang cukup toleran meski pun ada beberapa agama dan mayoritas beragama Islam.

Issue tentang terorisme kadang dibesar besarkan oleh media asing bahkan beberapa kepala negara termasuk Amerika sempat mengeluarkan travel warning.

"Wawasan kamu terhadap sosial politik cukup bagus," puji Kim.

"Tadinya saya mau masuk fakultas itu, tapi sampai disini berubah pikiran, akhirnya ambil fakultas hukum,"jelas Cindy.

"Politikus dengan pengacara sama sama hebatnya. Kalau aku lulus high school langsung masuk akademi militer karena tidak ada pilihan lagi."

Kim dan Cindy sama sama saling mengagumi. Mereka berpisah dengan menyimpan kesan masing masing.

*****

Awal Juni, Diki dikejutkan oleh kabar dari Kim yang ia tulis cukup panjang lewat WA. Begitu chat tersebut translate, ia semakin bingung tidak tau harus bagaimana menanggapi chat tersebut. Ia belum siap sama sekali.

"Coba liat chatnya" kata Beno.

Beno sendiri bahkan sampai melotot setelah membaca chat dari Kim.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel