Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

JAWABAN

"Maaf saya baru balas, saya perlu berpikir untuk menjawab. Dan setelah saya pikirkan, saya menyatakan menerima cintamu." tulis Kim saat Diki membuka hape jam delapan lewat.

Diki melompat lompat diatas ranjang kayu merefleksikan kegembiraan atas diterima cintanya

oleh Kim. Ia tidak menyadari kalau ranjangnya mulai lapuk.

"Prak.......!"

Ranjang kayu lapuk patah jadi dua, Diki jatuh tersungkur dilantai kepala membentur dinding. Ia meringis menahan sakit.

Aduh...gara gara Kim pagi pagi dapat bencana alam, batin Diki sambil mengamati ranjangnya yang patah jadi dua.

"Nggak apa apa, nanti beli lagi. Asal jangan hatiku aja yang patah, nggak ada yang jual," gumam Diki sendirian.

Ingin rasanya ia berlari keliling kampung mengabarkan pada orang orang kalau ia punya pacar baru orang Korea . Bila perlu diumumkan pakai toa masjid.

"Terimakasih Kim kamu sudah menerima cintaku, aku akan jaga amanat cinta darimu." tulis Diki.

Kim tersenyum membaca messenger dari Diki. Ia kemudian membalas.

"I am also happy to have your boyfriend. This is the first time I've received love from a boy."

Cewek korea ini kadang berlebihan. Masa seumur itu baru pertama kali pacaran. Tapi bisa saja, karena sejak kecil ia dipelihara oleh negara tentu tidak sebebas seperti anak anak pada umumnya.

Bagi lelaki timur seperti Indonesia, perempuan seperti Kim sudah dibilang cantik, tapi bagi lelaki Korea mungkin perempuan seperti Kim dibilang masih dibawah standar. Apalagi ia warga keturunan yang konon katanya sebagian warga disana masih menganut faham rasisme. Menganggap bahwa ras diluar ras mereka adalah rendah dan tidak patut ditemani apalagi dipacari. Mungkin itu salah satu alasan kenapa Kim tidak pernah pacaran.

Sejak jadian dengan Kim lewat messenger, Diki meluangkan waktu hingga jam 12 malam untuk komunikasi dengannya karena selisih waktu Nigeria dan Indonesia sekitar 7jam. Bila di Nigeria jam lima sore saat Kim pulang kerja, di Indonesia jam 12 malam.

Demi cintanya pada Kim, Diki rela melek kadang sampai jam dua dinihari nemani Kim ngobrol.

Hari itu cuaca di Abuja, Nigeria cukup bersahabat. Langit berawan, angin berhembus cukup kencang. Kim bersama dua rekannya mengendarai Jeep meninggalkan pangkalan menuju tempat tugas hari ini.

"Kim, kamu serius dengan lelaki Indonesia itu?" tanya Norman rekannya.

"Ya, mulanya aku melihat dia seperti figur ibuku," ujar Kim.

"Lho, dia kan lelaki."

"Betul. Tapi wajahnya mirip ibuku."

"Mungkin karena ibumu orang Indonesia."

"Mungkin,"

Di kesatuan teman paling dekat hanya Norman, pangkatnya satu tingkat lebih rendah dari pada Kim. Rekan yang lain seakan tidak begitu suka pada Kim apalagi tentara dari keturunan Yahudi. Mereka memandang Kim seakan rendah. Kalau saja pangkatnya lebih tinggi dari Kim, mungkin mereka akan membullynya, seperti sering terjadi di camp.

"So, lama lama aku merasa nyaman chating sama dia. Diki selalu mensuport aku baik dalam kehidupan maupun dalam pekerjaan."

"And than?"

Kim tidak langsung menjawab, ia tampak malu malu mengutarakan didepan Norman.

"Dia menyatakan cintanya padaku."

"Kamu terima?"

"Ya, sejak awal aku suka sama dia."

"Aku turut senang, akhirnya kamu punya kekasih juga."

Kim yakin, mungkin apa yang dipikir Nurman sama seperti yang ia pikirkan. Tapi mau bagaimana lagi, benih cinta itu sudah disemai di hati masing masing.

*****

Di Jogya, Diki jadi tertawaan teman teman seprofesi sebagai driver gojek.

"Oalah mas, mas. Mimpi itu mbok ya jangan terlalu tinggi, dapetin Sanah aja kompetisinya ketat, apalagi cewek Korea yang masih kinclong gitu," kata Jono.

"Tapi bisa aja mas Diki dibawa ke Korea untuk ngurusi anjingnya."

"Ngurusi mamaknya," timpal Jani.

Diki diam dibully habis habisan oleh rekan rekannya, meski pun hatinya terasa sakit. Mereka tidak salah, kenyataannya memang Diki merasa tidak tau diri.

"Jangan dengerin mas, mereka paling iri mas Diki bisa dapat cewek cantik dari Korea," kata Beno setelah teman temannya narik tinggal mereka berdua.

"Nggak apa apa Ben, emang sayanya yang nggak tau diri."

"Jangan putus asa gitu mas.Siapa tau dia memang jodoh mas Diki. Pesan saya kalau LDR an harus memperhatikan beberapa hal."

"Apa Ben?" tanya Diki antusias.

"Pertama positif thinking, tujuan sama. saling percaya. berbagi cerita. tatap muka atau vidio call. kirim hadiah. jadwalkan kunjungan"

"Wah, kayanya kamu sudah pengalaman."

"Dulu mas, tapi cuma sama cewek Jakarta. Kalau cewek Korea susah juga mau ketemuan. Tapi kalau Allah menghendaki, apa pun bisa terjadi."

"Amin...."

"Na, optimis gitu."

Pukul delapan waktu Abuja, Kim kirim massager.

"Sorry honey, last night I fell sleep so I didn't chat back to you."

"Walah...bahasa Inggris lagi, translate nya lambat Ben." gerutu Diki.

"Pake aplikasi translate khusus Indonesia Inggris tho mas."

Beno kasih petunjuk aplikasi translate.

"Enak ini ya, cepat, nggak ribet. Bisa begadang tiap malam kalau begini."

"Kenapa harus begadang?"

"Disana siang, disini malam. Biarlah sementara jadi kalong."

Hape Diki berdering, ada order masuk.

"OTW mbak!" seru Diki bersemangat. Beno tersenyum, mudahan Kim tidak mempermainkannya, batin Beno.

Jam tujuh malam saat Diki makan malam di warung lek Sarinem, Kim Vidio call. Diki kelabakan karena tangannya kotor.

"Hai honey, saya istirahat makan siang," kata Kim.

"Aku juga lagi makan malam diwarung, pake sayur lodeh, tempe bacem sama krupuk," kata Diki sambil memperlihatkan piringnya.

"Wow....pasti lezat sekali. Saya belum pernah melihat makanan seperti itu."

"Pokoke mantul Kim "

"What ia mantul?"

"Mantul is.....opo Sur?" Diki tanya temannya. Kim senyum senyum melihat Diki tanya pada temannya.

"Very delicious," seru Surono.

"Aduh enaknya, kapan kapan aku pengen ke Jogya."

"Janji ya!?"

"Promise."

Kim menutup vidio call.

"Siapa mas?"tanya lek Sarinem.

"Pacarku, tentara Amerika."

"O...yang diomongin anak anak di pangkalan itu."

"Iya kali."

"Cantik juga mas. Kayaknya cina ya?"

"Bapak cina, ibu indonesia."

Orang orang di warung terbengong bengong. Hebat banget Diki bisa dapat gebetan secantik itu. Cari dukun dimana, seloroh anak anak diwarung.

"Dik, hati hati lho, cewek cina itu kuat tempur. Kamu musti siap jamu kalau kawin sama dia," kata lek Sarinem.

Diki hanya mesan mesem, padahal dalam hati bertanya tanya, kalau benar kata lek Sarinem gimana nanti.

Usai makan Diki nongkrong didepan gang bersama pemuda setempat sekedar istirahat. Anak anak ini tampak happy padahal hanya ditemani sebuah gitar butut untuk nyanyi rame rame, tidak perlu ke mall atau discotiqe. Rokok sebatang buat join berdua atau bertiga.

"Kemana mas?" tanya mereka melihat Diki beranjak dari tempat duduknya.

"Duluan ya, ngantuk. Nih, ada rokok."

Diki berlalu, sebenarnya bukan masalah ngantuk, tapi tidur dulu, nanti bangun lagi jam 12 malam chating sama Kim.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel