Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Tujuh

"Papah, sakit..." Lala meringis ketika rambutnya dijambak dengan keras oleh sang Ayah. Setelah menonton video klarifikasi yang Esa unggah, Ayah dan Ibu Lala meradang.

Kalula berkali-kali ditampar oleh sang Ayah sampai ujung bibirnya sobek dan berdarah. Ibu hanya menonton sambil menatap Lala murka.

Ketika Esa berkata bahwa Lala yang menyebarkan video tersebut, tanpa ampun Papah menghajar Lala habis-habisan. Melupakan emosinya yang bergejolak karena tingkah laku memalukan sang anak.

"Anak gak tau diri emang kamu ya, La! Papah besarin kamu tapi kelakuan kamu malah kayak pelacur. Ngapain kamu sebarin video kayak gitu? Mau cari sensasi hah?!"

Kepala Lala sudah berdenyut karena tamparan yang Papah daratkan di pipinya. Belum lagi rambutnya yang entah sudah berapa helai rontok karena jambakan Papah.

Lala tau kedua orang tuanya murka, siapa yang tidak marah jika berada di posisi mereka? Sekuat tenaga Lala tidak memberontak apalagi menyanggah ucapan kedua orang tuanya. Semua salah dirinya yang dengan percaya diri ingin pergi menemui Esa, lelaki keturunan raja Iblis dari neraka.

"Udah, Pah, kita buang aja di hutan sekalian. Gak berguna, bikin malu! Kalau gak gara-gara kelakuan kamu, tahun ini Mamah naik jabatan jadi kepala sekolah tau gak?!"

Lagi, tamparan keras mendarat di pipinya. Kali ini Mamah yang melampiaskan amarahnya kepada Lala.

Tidak pernah seumur hidup Lala membayangkan hal ini terjadi. Walaupun kedua orang tuanya hanya sibuk mencari jabatan dan karir, tapi sekalipun mereka tidak pernah memukul Lala. Ini memang salahnya, membuat kedua orang tuanya malu dan kecewa.

Ketika semua umpatan amarah sudah tidak lagi terdengar dengan jelas dan pandangan matanya mengabur, Lala tau dia sudah mencapai batasnya.

"Papah!" hanya suara Danny yang terakhir Lala ingat sebelum semuanya menggelap.

***

Danny gusar sekali menunggu kabar terbaru mengenai adiknya. Saat pulang dari kampus, betapa terkejutnya Danny melihat Lala yang sudah babak belur dengan wajah pucat pasi.

Lala pingsan dan belum sadarkan diri sampai sekarang, terhitung sudah satu hari sejak Danny membawanya ke rumah sakit.

Melihat adiknya yang begitu hancur membuat Danny sangat sedih. Apalagi setelah melihat video klarifikasi yang Esa unggah. Danny tidak habis pikir bagaimana bisa lelaki itu menyudutkan Lala sebegitu jahatnya? Berkata bahwa Lala yang memulai semuanya, apalagi sampai berkata bahwa Lala lah oknum yang menyebarkan video laknat tersebut.

Hati Danny semakin teriris ketika melihat kolom komentar yang ada di channel youtube Esa, semua prihatin dengan kejadian yang menimpa Esa. Lalu umpatan-umpatan kasar yang ditujukan kepada Lala begitu keterlaluan. Wanita murahan, kurang perhatian, binal, jalang. Semua kata-kata tersebut tertuju hanya untuk Lala.

Bahkan entah bagaimana fans Esa bisa menemukan akun Lala, lalu membrondong direct message nya dengan unpatan kebencian juga.

Danny hancur, sama seperti Lala. Semua hanya mendengar pernyataan dari satu pihak tanpa mengetahui yang sesungguhnya.

Bayangkan bagaimana hancurnya Lala ketika semua orang menganggapnya wanita yang tidak lebih dari sampah.

"Keluarga Kalula Citrani." Danny langsung menghampiri dokter yang menangani Lala.

"Saya kakaknya dok. Bagaimana keadaan adik saya?" tanya Danny.

Dokter menghela napas. "Tidak ada luka yang membahayakan seperti yang kita takutkan. Tapi.." ada jeda saat dokter tersebut menggantung kalimatnya, "Psikisnya sangat terluka. Adik anda trauma parah, mungkin hal itu yang membuatnya lama sekali sadarkan diri. Tolong buat dia semangat lagi, karena satu-satunya obat yang bisa menyembuhkannya hanya support dari orang-orang terdekat."

Lutut Danny langsung lemas ketika mendengar penjelasan dokter. "Boleh saya bertemu dengan adik saya dok? Apa di sudah sadar?"

Dokter mengangguk. "Adik anda sudah sadar, namun masih begitu lemah. Anda boleh untuk menemuinya, saya permisi Pak."

Danny sedih sekali melihat Lala yang sedang menatap jendela dengan tatapan kosong. Tidak ada binar bahagia di wajahnya seperti sedia kala. Kalula, adik kecilnya yang cerdas dan ceria sudah hilang karena ulah lelaki sialan bernama Esa.

"La?" Danny memanggil Kalula tapi belum ada tanggapan dari gadis itu.

Sampai Danny duduk di samping ranjangnya pun Lala belum menyadari kehadiran Danny.

"La, Kalula?" akhirnya Kalula menoleh, senyum Danny memudar ketika melihat kedua mata milik adiknya benar-benar kosong. Hanya beberapa detik, lalu Lala mengalihkan pandangannya lagi dari Danny.

"Lala, gimana? Udah enakan?" tanya Danny.

Kalula diam. Pandangan masih pada satu objek yang sama.

"Lala?" ketika tangan Danny menyentuh punggung tangan Lala, gadis itu langsung menoleh menatap Danny marah.

"N-ngapain disini? Pergi gak? Lelaki bajingan, Esa pergi aku bilang pergi!" mata Danny melotot ketika Kalula menyebut dirinya sebagai Esa.

Danny mendekat dan mencoba mendekap tubuh adiknya. "La ini-"

Lala berontak dengan bar-bar membuat selang oksigen dan infusnya terlepas dari tubuhnya.

"Lala ini Kak Danny..."

Gadis itu menangis, kencang sekali. "Kamu jahat, Sa...kamu jahat..."

Demi apapun yang ada di dunia ini, kenapa harus Lala yang mengalami semua kejadian ini. Danny masih mencoba memeluk Lala yang perlahan-lahan mulai tenang. Bahkan lelaki itu mengabaikan darah yang keluar dari punggung tangan Lala karena selang infusnya yang terlepas hanya untuk memeluk adiknya.

Apa ini yang dokter maksud dengan trauma yang mendalam?

"Lala sayang, ini Kak Danny, dek. Bukan Esa, Lala liat Kak Danny sayang." tangan Danny menangkup wajah Lala, berharap semoga kali ini adik kecilnya bisa mengenali Danny.

Airmata Lala jatuh, gadis itu menangis lagi. "K-kak Danny?"

Perlahan, Lala mulai tenang. Gadis itu tidak mengamuk seperti tadi, bahkan sekarang Kalula sedang tertidur.

Danny menghapus airmata yang masih saja membasih pipi Kalula. Bahkan ditidurnya pun Lala menangis.

"A-ampun, Pah, sakit..." Danny terperanjat ketika melihat Lala meringis. Namun gadis itu masih mentup mata. Apa semuanya terlalu berat bagi Kalula sampai di alam mimpinya pun, gadis itu kesakitan?

Tangan Danny membelai rambut Kalula sayang, miris sekali ketika lelaki itu menemukan beberapa bagian dari kepala Lala yang rambutnya lebih sedikit dari yang lain. Mungkin karena jambakan kerasa dari orangtua mereka, makanya rambut Lala seperti ini.

"Sst...Lala tidur ya sayang, Kak Danny disini." tangan Danny digenggam erat oleh Kalula, sedikit pun gadis itu tidak pernah melonggarkan genggamannya.

Dengan susah payah, Danny mengambil ponselnya dan mengetikan sesuatu.

Untuk kalian yang paling benar, 

Mungkin sekarang kalian masih bisa tersenyum atau tertidur nyenyak dikasur empuk kalian. 

Tapi tidak dengan Kalula, adik saya. 

Setelah semua yang Esa lakukan, Kalula tidak pernah tertidur dengan nyenyak. 

Untuk kalian, apa yang sudah adik saya perbuat sampai Esa menumpahkan semua kesalahan kepada dirinya? Apa Kalula mengambil uang Esa? Jika iya, saya siap menggantinya berapa pun itu. Apa Kalula pernah melukai hati Esa atau kalian? Jika iya, saya siap berlutut dan memohon maaf sampai kalian memaafkan adik saya. 

Tapi jika Kalula tidak pernah melakukan semua itu, tolong jangan memperlakukan dirinya seperti ini. Jangan perlakuan adik saya seperti sampah, Kalula tidak berhak diperlakukan seperti itu. Mungkin kalian hanya dipusingkan dengan artikel-artikel yang sama sekali tidak menyudutkan Esa, tapi adik saya? 

Kalula kehilangan semuanya, masa depannya, nama baiknya, kepercayaan orang tuanya, harga dirinya. Apa yang Kalula lakukan sampai kalian menghancurkan semua yang adik saya punya?

Sent to: Sean_Airkolam KaniaIntan EsaNaraya

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel