Pustaka
Bahasa Indonesia

Di balik layar

40.0K · Tamat
Andahra
40
Bab
568
View
9.0
Rating

Ringkasan

Ketika hingar bingar kehidupan harus membuat Esa Naraya mempunyai sejuta topeng demi sebuah totalitas di depan kamera. Ia menyimpan sejuta rahasia yang tidak diketahui dunia. Dan inilah kisahnya di balik layar

One-night StandMengandung Diluar NikahTuan MudaRomansaSweetPernikahanKeluargaMenyedihkanDewasaBaper

Satu

"Oke, jadi segini dulu untuk video gimana caranya belajar gitar yang gampang. Thank you so much for wacthing! Sampai ketemu!"

Setelah Esa mematikan kamera miliknya, lelaki itu langsung menjatuhkan diri ke sofa tempatnya duduk. Lelah sekali.

"Wets, video inspirasi lagi nih? Apa cover lagu hits?" Esa menatap Sean nyalang, sahabatnya ini memang orang paling ngeselin dan brengsek sedunia. Kalimat yang baru dia lontarkan barusan tidak lain adalah cibiran setiap kali melihat Esa berbicara di depan kamera.

"Kebanyakan mulut lo kayak perempuan!" sahut Esa.

        

Sean mendecih. "Biarin kayak perempuan, yang penting gak fake kayak lo!" sahutnya.

"Biarin fake, yang penting gue terkenal."

"Terkenal sih karena fake! Sok suci!"

"Bodo amat! Toh lo menjadi diri sendiri aja di hujat kan?"

Sean tertawa. "Mulut lo jauh lebih kayak perempuan, bangsat tau gak?"

Esa tersenyum ponggah. "You're welcome."

Esa mengeluarkan kotak seperti bungkus rokok dari dalam saku hoodie yang sedang dirinya pakai. Menyalakan pemantik dan menghisapnya dalam.

"Masih giting lo?" tanya Sean.

"Kapan gue berhenti?"

Sean menggelengkan kepala. Lelaki tampan itu begitu bingung melihat self control yang Esa punya. Esa bisa menjadi seorang malaikat saat di depan banyak orang, tapi beberapa detik kemudian malaikat itu berubah menjadi jelmaan setan yang lepas dari neraka.

Esa menawarkan Sean lintingan daun haram yang sedang dihisapnya. "Gak mau, Yan? Takutan sakau apa gimana?" ledeknya.

"Gue mau tobat, Sa."

Setelah mengucapkan kata tersebut, kedua lelaki itu tertawa dengan sangat keras.

"Bangsat! Tobat apasih, Yan kalau dompet lo masih penuh ama karet?" tanya Esa.

Sean meredam tawanya. "Hari ini doang tobatnya, besok brengsek lagi."

"Pasti karena tadi pagi abis dari gereja?"

"Anjing, tau aja lo!"

"Tau lah. Gue juga kalau mau sholat jumat tobat dulu, malem minggunya baru bajingan lagi."

Lalu mereka berdua hanya berbincang tentang apa saja yang melintas dipikirannya.

"Tempat biasa gak?" tanya Sean.

Esa mengangkat alisnya. "Sekarang?"

"Iya. Ayo!"

Dengan berat hati, Esa harus menolak ajakan sahabatnya ini karena suatu hal. "Gak deh." katanya pelan.

"Lah napa?" tanya Sean kaget.

"Gara-gara akun lambe-lambean anjing, kemarin gue ke foto lagi keluar hotel. Untung sendiri, coba kalau sama cewek? Rusak udah nama gue!" jelasnya.

Sean tau tentang hal itu, bahkan dirinya sempat mendapat banyak pesan masuk dari bala tentara Esa hanya untuk menanyakan perihal Esa yang tertangkap kamera sebuah akun gosip.

"Untung ceweknya masih lemes ya, jadi lo tinggalin di kamar." kata sean.

Esa memukul kepala Sean kenceng. "Lemes apa bangsat maksud lo?" tanyanya.

"Halah, emang lo ngapain ke hotel sendirian? Makan salad buah? Pasti ketemu salah satu grupies lo yang dengan suka rela dibolongin sama kakak Esa pacar nusantara."

Esa tertawa. "Dah bolong anjing, kesel gue los banget. Berisik doang." sahutnya.

"Jangan sering-sering, kasian anak gadis orang."

"Sering apaan? Kan mereka yang mau-mau aja gue gituin. Bukan salah gue dong?"

"Salah lo dan selangkangan lo yang kelebihan hormon." ledek Sean.

Esa menyeringai. "They throw their self to me, dan gue adalah lelaki normal yang masih bisa terangsang. Dimana letak salah gue kalau mereka aja menikmati dan kesenengan?"

Sean hanya menggelengkan kepalanya, sudah ratusan kali Esa membicarakan hal tersebut. Hal dimana semua bukanlah kehendak dan kesalahannya sebagai seorang lelaki. Tapi jauh di dalam hati Sean, lelaki itu sedikit kasihan dengan gadis-gadis yang menjadi korban topeng malaikat milik Esa.Topeng yang kapan saja bisa menjerat orang-orang yang mempercayainya.Mempercayai Esa. 

***

Esa menyesap rokoknya dalam sebelum masuk ke dalam mobil. Siang ini, lelaki tampan tersebut akan menjadi salah satu pembicara di kampus swasta Ibu kota. Melelahkan dan penuh omong kosong, tapi demi pundi-pundi rupiah dan sepatu mahal yang selalu mengeluarkan model terbaru Esa rela melakukannya.

"Permen dong, Kania, nanti mulut gue bau rokok." kata Esa.

Kania, sahabat sekaligus manager yang selalu mengurus keperluan Esa mengangguk dan memberikan permen rasa susu ke arahnya.

Sepanjang perjalanan, Esa hanya menatap layar ponselnya sambil menyeringai. Membaca setiap pesan yang masuk ke dalam akun instagramnya membuat Esa tertawa sekaligus jijik.

"Kak Esa, i don't know how to say but thank you for being my inspiration. You are such an angel disguise." Esa terkekeh ketika melihat rentetan kata yang begitu puitis.

"Girl, lo aja bahkan gak pernah ketemu gue. Kalo gue jelek juga pasti nasibnya kayak Yonglex, untung aja gue ganteng jadi dibilang malaikat." ocehnya.

Kania menoleh. "Kenapa, Sa?"

"Apanya?"

"Kamu kenapa ngomong sendiri?"

Esa menyeringai. "Biasa, Nia, fans lebay." cibirnya.

"Bukannya kamu suka dilebayin?"

"Suka, kalau lebaynya di ranjang."

Kania mendengus. "Kamu gak pernah berubah ya, Sa." katanya malas. Esa hanya terkekeh melihat respon Kania, "Gini-gini juga lo demen kan kalau udah di kamar sama gue?"

"Esa!" pekik Kania.

"Chill, dude."

Setelah percakapan barusan, mereka berdua hanya terdiam sepanjang perjalanan. Esa terlalu sibuk membaca ratusan pesan dari penggemarnya dan Kania yang fokus menyetir.

Selama bertahun-tahun menjadi teman sekaligus manager Esa, Kania jelas tau sifat laki-laki tersebut dengan baik. Semua kebiasaan milik Esa, Kania hafal di luar kepala.

Termasuk kebiasaan Esa dengan para groupiesnya.

Seperti biasa, sebelum sampai di tujuan Esa selalu mengganti pakaian dan merapihkan penampilannya. Celana ripped jeans dan kaos polos yang Esa kenakan, dia ganti dengan pakaian yang lebih formal dan sopan.

"Selamat siang, saya Esa Naraya senang bertemu dengan kalian." ucap Esa sambil bercermin.

Kania mendengus. "Esa Naraya yang penuh dengan kepalsuan." katanya.

"Mulut lo kayak bencong, berisik banget."

"Bodo. Emang bener."

Esa hanya melirik Kania sekilas, cewek satu itu emang selalu banyak mulut.

Ketika memasuki aula, Esa disambut begitu meriah oleh para audience yang hadir. Kebanyakan dari mereka adalah gadis-gadis muda yang mengagumi sosok Esa.

"Halo selamat, siang." sapa Esa.

"Siang!" sahut para audience kompak.

Esa tersenyum menanggapi respon yang dirinya dapat. Lelaki itu mendapati banyak pertanyaan saat sesi tanya jawab dimulai dan seperti biasa, Esa dapat dengan mudah menjawabnya.

"Kak Esa udah punya pacar belum?" sebenarnya itu bukan pertanyaan resmi dan Esa pun tidak tau siapa yang meneriaki pertanyaan tersebut.

Esa berdehem. "Well, sampai saat ini aku belum kepikiran untuk kind of that things. So yeah..."

Semuanya berjalan dengan lancar. Seperti biasa.

Setelah selesai dengan satu dan lain halnya, Esa segera pamit kepada panitia dan penyelenggara acara.

Namun, ketika sampai di ujung lorong ponselnya berdering. Esa muak sekali mendapati nama seseorang yang ada di layar ponselnya adalah orang yang selalu membuat kepalanya sakit.

"Kenapa, Mah?" tanya Esa.

Esa mendengus. "God damn, Esa udah transfer 20 juta minggu kemarin. Masa kurang?"

"Bukan pelit, tapi kenapa cepet banget habisnya?"

"Tck, beli motor? Kan udah ada motor di rumah, bukan-- oke-oke nanti Esa transfer."

Esa menarik napas panjang, percakapan dengan Ibunya pasti selalu menguras emosinya.

Ketika hendak berbalik, Esa dikagetkan oleh sesosok gadis yang sedang berdiri di belakangnya.

"H-halo, Kak. M-maaf aku, aku boleh gak minta foto sekali aja.."

Kalau tidak ingat sekarang Esa sedang menjalani perannya sebagai seorang influencer baik hati, pasti Esa ogah memasang senyum kepada gadis yang muncul entah dari mana.

"Sorry, tapi aku--"

Gadis itu memegang pergelangan tangan Esa. "Please, Kak. I came from another city just to meet you..." mohonnya.

Esa menatap gadis itu dari ujung rambut sampai ujung kepala. She looks pretty, and innocence of course.

"Oke, but just one picture. Soalnya aku buru-buru." kata Esa.

Gadis tersebut tersenyum bahagia mendengar respon dari Esa. Tanpa membuang-buang waktu, gadis tersebut langsung mengeluarkan ponselnya dan berpose dengan Esa.

"Thank you...maaf ya, Kak kalau ganggu." Esa mengangguk, "You're welcome. Kamu pulang sendiri?" tanyanya.

"Iya. Ini jam...astaga, aduh gimana dong. Kak makasih ya aku pamit dulu makasih, Kak." gadis itu langsung bergegas meninggalkan Esa. Namun, sampai hitungan ke sepuluh gadis tersebut membalik badan dan menatap Esa.

"Your phone." kata Esa.

"M-maaf... Aku duluan ya, Kak,"

"Kamu mau kemana?" Calm down, Sa. Batinnya.

Gadis itu terlihat kikuk ketika mendapati pertanyaan tersebut dari Esa. "A-aku mau ke stasiun, soalnya kereta aku 20 menit lagi berangkat."

"Gak bakal keburu." kata Esa.

"Hmm?"

"Jalan dari sini ke stasiun itu macet. Pasti gak akan keburu, daripada buang-buang waktu kesana mending kamu nginep di rumah temen atau sodara. Besok baru cari tiket lagi."

Wajah gadis tersebut langsung terlihat lemas. "Masalahnya aku disini sendiri, Kak..." katanya.

Esa menatapnya lurus. "Terus? Nginep di hotel aja, mau dianter ke hotel?" sepertinya Esa sudah harus menyelesaikan percakapan ini sebelum dirinya melewati batas.

"G-gak usah deh Kak, takut ngerepotin makasih ya."

"Kamu gak bawa uang lebih buat nginep di hotel?"

Tebakan Esa pasti benar karena wajah gadis tersebut sudah bersemu merah sekarang. "B-bukan gitu, Kak tapi..."

"Nama kamu siapa?"

"Aku?"

"Iya, nama kamu siapa?"

Wajah gadis itu semakin bersemu merah ketika mendapati Esa yang sedang menatapnya lurus. "Kalula, Kak."

Esa mengangguk. "Oke, sebentar." lelaki itu langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang. "Kania, booking hotel satu atas nama Kalula. Banyakan nanya, nanti anaknya ke mobil bareng gue. Tahun depan, sekarang lah goblok!"

Kalula menatap Esa tidak percaya. "Kak Esa?"

"Sekarang lo jalan ke parkiran, disitu ada mobil Mercy G-class warna abu. Ada cewek pirang berdiri di sampingnya, Kania namanya. Lo bilang aja nama lo, nanti gue nyusul."

Kalula lagi-lagi terperangah oleh ucapan Esa. "Maksudnya?"

Esa mendengus. "Mikirnya nanti, sekarang lo jalan dulu ke parkiran. Temen gue nungguin." perintahnya.

Setelah gadis bernama Kalula tersebut berjalan menjauhinya, Esa menyeringai.

This is gonna be fun. 

To Sean:

Ada yang baru ni, Yan.