Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Tiga

"Bangsat ya lo, Sa!" satu tamparan mendarat dengan keras di pipi Esa. Kania, gadis mungil tersebut sedang memandang Esa murka.

"Apasih, Nia?!" tanya Esa, tidak terima atas apa yang Kania lakukan barusan.

"Apasih apasih, eh cowok jelmaan anjing, jangan kira gue gak tau ya, tai! Lo ngapain itu anak di kamar sebelah?! Gila lo ya, dia gak tau apa-apa, Sa. Astaga!" teriak Kania.

Esa berjalan meninggalkan Kania dan duduk di sofa. "Gak gue apa-apain, lagian kalau gue apa-apain dia juga gak akan nyesel. Nyesel sih, kenapa sekali doang." sahutnya enteng.

Kania lagi-lagi meluapkan amarahnya dengan meninju rahang Esa keras, walaupun Kania seorang perempuan bukan berarti dia tidak pernah belajar bela diri. Kania adalah ketua eskur karate dari sekolah dasar sampai menengah atas.

"Apasih bangsat?!" kali ini Esa sudah berdiri dan menatap Kania sama nyalangnya.

"Gila lo ya, dia anak baik-baik Sa. Lo baru ketemu dia gak ada sehari tapi lo hancurin masa depannya, sakit jiwa apa gimana sih?"

"Masalah lo apa? Yang rusak dia, yang hancur dia kenapa lo yang rebel? Jangan melewati batas lo lah, Nia. Ini ranah pribadi gue mau ngapain. Ingat posisi lo, lo cuman temen gak lebih." Kania mendadak ciut mendengar ucapan Esa barusan.

"Tapi gue perempuan, gue cuman...gak habis pikir. It's fine kalo lo mau ngapain ama cewek lain as long as they want, tapi ini...i'm not sure she wanted this thing kalo lo gak maksa dia dengan cara bejat lo."

Esa menunjuk wajah Kania. "Kalo lo gak bisa diem, besok lo gak usah kerja sama gue. Biar mampus orang tua lo bayarin utang rentenir!"

Dan itu adalah batas seorang Kania Intan. Saat Esa mengucapkan kata-kata tersebut, Kania tidak bisa berucap apalagi. Esa selalu tau kartu mati milik Kania.

Akhirnya, Kania meninggalkan Esa dengan airmata yang membasahi pipinya. Hatinya terluka, lagi.

Esa menjatuhkan dirinya di sofa sambil memijat pangkal hidungnya. Harusnya sekarang dia bahagia, tapi karena mulut sampah Kania kepalanya jadi mendadak sakit.

Tapi ada satu hal lagi yang mengganggu pikirannya, siapa lagi kalau bukan gadis yang masih terlelap di kamar sebelahnya?

"Ngapain balik lagi, anjing?" teriak Esa ketika mendengar suara pintu terbuka.

"Santai kali, ngegas bae lo kayak netizen." sahut Sean.

Esa menarik napasnya panjang. "Gue kira lo si bangsat Kania." ucapnya.

Sean menghampiri Esa dan duduk di sampingnya. "Kenapa sama ce odah?" tanyanya penasaran.

"Liat." jawab Esa sambil menunjukkan rahangnya yang memerah karena tinjuan gadis kurus kering tersebut.

Sean melotot. "Buset, napa dah lo berdua?" tanyanya penasaran.

Esa mendengus. "Tadi pas gue lagi nanggung, dia masuk ke kamar Lala. Anjing banget lah, tinggal dikit lagi dapet gue si ngehe dateng. Terus gue di seret-seret sampai mau laporin ke satpam."

"Kania mergokin lo sama siapa namanya?"

"Kalula."

"Iya. Nia mergokin lo?"

"Iya. Disaat yang gak tepat."

Entah kenapa Sean merasa lega ketika mengetahui kenyataan ini. Kali ini harus dirinya akui Esa memang keterlaluan, hanya karena rasa penasaran lelaki tersebut menjadi orang lain yang tidak bersalah sebagai kelinci percobaan.

"Kameranya udah lo ambil?" tanya Sean. Esa mengangguk, "Langsung gue amanin."

"Yaudah muka lo santai aja. Jangan ketekuk gitu jadi jelek, masa gara-gara  Nia jadi gini."

Esa menarik napas. "Bukan karena Nia sih. Lebih karena...itu cewek bener-bener kayak yang gue pikirin, Yan. Pake jari gue aja tadi masih berdarah. Bangsat emang Nia."

"L-lo serius?"

"Serius dah bubar." Esa muak sekali dengan Sean yang bertanya terus seperti seorang wartawan.

"Terus sekarang gimana? Maksudnya si Kalula nasibnya?"

"Ya gak gimana-gimana lah. Anggep aja semua ini kenang-kenangan karena ketemu gue.

***

Kalula terbangun ketika tenggorokannya terasa begitu kering. Entah sudah berapa lama dirinya tertidur, Kalula bahkan tidak mengingatnya. Terakhir, yang dirinya ingat adalah ketika Esa memberikannya permen.

Mata Kalula membulat dengan sempurna ketika ingatan mengenai rentetan kejadian tersebut berputar begitu jelas di kepalanya. Berkali-kali gadis itu mengusap wajahnya dan berharap kalau hal itu adalah mimpi.

Kalula takut sekali jika hal tersebut benar-benar nyata. Demi apapun, tolong semoga semuanya hanya mimpi....

Tapi tidak ada yang lebih menyakitkan dari kenyataan. Kenyataan ketika Kalula melihat bajunya yang berantakan di samping tempat tidur. Tubuhnya gemetar karena takut. Kalula takut kalau sesuatu yang berharga miliknya hilang karena hal ini. Karena Esa.

Saat Kalula sudah menenangkan dirinya, gadis itu bergegas untuk menemui Esa. Meminta penjelasan atas apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua. Apa yang sebenarnya mereka lakukan sampai membuat pangkal paha miliknya sedikit sakit?

Namun, ketika melihat selembar kertas di nakas samping tempat tidurnya, Kalula harus mengurungkan keinginannya tersebut.

Lagi-lagi gadis itu menangis sampai dadanya terasa begitu sesak. Kenapa seseorang yang begitu dirinya kagumi bisa melakukan hal seperti ini?

Disetiap kata yang Esa tuliskan, tidak ada satupun permintaan maaf atau menyesal atas apa yang sudah terjadi.

Untuk Lala

Ini udah gue pesenin tiket untuk pulang ke Jogja. Gue langsung flight ke Bali karena kerjaan jadi gak bisa pamit. Dan untuk apa yang terjadi...iya semua seperti yang lo kira. Tapi gue gak mau disalahkan, karena lo adalah pihak yang memulai semuanya terlebih dahulu.

Jadi gue berharap lo bisa menjaga rahasia ini. Kalaupun lo mau speak up, itu pilihan lo. Tapi jangan sampai menyesal kalau gue menyebarkan bukti yang begitu akurat dan memperlihatkan dengan jelas siapa yang mulai, dan siapa yang salah.

Nice to meet you, semoga ini tetep jadi rahasia kita.

Kalula meremas surat tersebut dan merobeknya hingga tidak berbentuk.

"Esa bajingan!" teriaknya.

Semua yang terjadi hari ini benar-benar tidak pernah Kalula bayangkan sebelumnya. Apa alasan semua kebaikan yang Esa berikan kepadanya hanya kamuflase agar lelaki itu bisa memanfaatkan dirinya?

Kalula benar-benar menyesal bertemu dengan jelmaan iblis bernama Esa Naraya di hidupnya. Semua kebaikan dan yang terpancar dari lelaki tersebut ternyata hanya sebuah topeng. Topeng yang sudah menipu dirinya. 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel