Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Empat

Esa menggelengkan kepala melihat kelakuan Sean yang seperti orang gila. Lelaki itu menari di tengah-tengah lantai dansa tanpa henti. Mentang-mentang jomblo, Sean bebas melakukan apapun yang dirinya ingin tanpa menjaga imagenya sedikit pun.

"Sa, sini. Elah kaku banget lo kayak kerupuk mentah." teriak Sean. Esa menggeleng, enggan menuruti ajakan sahabat gilanya tersebut.

Malam ini memang Esa, Sean, beserta teman-teman sepergaulannya merayakan malam pergantian tahun disalah satu bar hits Ibukota. Sean sangat antusias, selain karena bisa flirty dengan cewek-cewek cantik, banyaknya selebrgam sejenis Esa yang memposting snapgram lalu mengetag akun miliknya juga anak menambah jumlah followersnya.

Sedangkan Esa, sebenarnya dia tidak terlalu exicted dengan pesta-pesta seperti ini. Terlalu beresiko dan banyak dari teman-temannya yang hanya memanfaatkan dirinya dalam banyak hal.

Esa hanya bermain anak panah yang disediakan bar. Sesekali menyesap minuman dengan kadar alkohol rendah, sekali lagi, ini tempat umum dan Esa harus menjaga citranya dengan baik.

Semuanya terlihat membosankan, beberapa temannya hanya menghampiri Esa untuk sekedar berfoto atau basa-basi tidak penting. Satu-satunya hal yang bisa membunuh rasa bosan yang Esa rasakan adalah dengan membuka sosial medianya.

Begitu banyak akun yang mentag Esa sebagai akun terfavorite mereka , lelaki itu hanya terkekeh melihat bagaimana lucunya netizen yang tertipu oleh topeng yang dirinya pakai.

Dari sekian banyak direct message, ada satu yang mencuri perhatiannya. Username pengirim pesan tersebut seperti tidak asing bagi Esa. Jari-jarinya dengan cepat membuka isi pesan yang orang tersebut kirimkan. Tidak ada kata-kata seperti yang Esa kira, hanya satu foto yang membuat jantungnya berdebar karena menunggu apa yang orang tersebut kirimkan.

 

Tangan Esa mendadak gemetar karena melihat foto yang orang tersebut kirimkan. Lagi-lagi rasa penasaran Esa begitu membuncah sampai dirinya membuka profile aku si pengirim.

"Anjing, di lock!" Esa menggeram ketika mengetahui akun tersebut dalam mode private.

Tapi tanpa harus menebak, Esa sudah tau siapa pengirimnya.

Kalula

Gadis yang tiga bulan lalu Esa tinggalkan begitu saja di kamar hotel. Gadis yang entah kenapa membuat Esa mengalami mimpi buruk hanya karena mengingat apa yang sudah dirinya lakukan.

Harusnya Kalula tidak mengirim pesan seperti itu kepadanya. Esa yakin jauh dilubuk hatinya, Kalula pasti menikmati apa yang telah mereka lakukan. Walaupun saat itu dia dibawah pengaruh obat perangsang, tapi Esa yakin Kalula tidak sepenuhnya menyesal.

Setelah malam itu, Esa sama sekali tidak pernah mendengar kabar dari Kalula. Bahkan sering kali lelaki itu mengecek direct message nya untuk melihat apakah ada pesan dari Kalula yang berisi umpatan atau luapan rasa marah. Tapi Esa tidak mendapatkan apa-apa.

Esa bahkan sudah menyusun rencana jika Kalula menyebarkan masalah ini seperti kasus temannya yang viral hanya karena sebuah thread. Tapi lagi-lagi, Esa tidak mendapatkan apa-apa.

Kalula benar-benar menghilang. Harusnya Esa bersyukur, tapi entah kenapa hal ini justru membuat dirinya menjadi tidak tenang. Ada perasaan yang mengganjal dan Esa tidak tau perasaan apa itu.

"Woy!" Esa tersentak ketika mendengar suara Sean yang mengagetkannya.

"Bangsat, gue sumpahin mati keselek vodka lu ya!" omel Esa. Sean tertawa santai, "Galak. Kenapa sih sayangnya aku?"

Mata Esa membulat mendengar ucapan Sean. "Najis amit-amit, gue masih demen cewek ya. Cuih!" sahutnya kesal.

"Becanda elahh!"

Esa tidak menghiraukan perkataan Sean yang sedang kumat. Pikirannya masih melayang mengingat foto yang Kalula kirimkan.

"Lo percaya karma gak?" tanya Esa.

Sean menoleh. "Lo kenapa?"

Tangan Esa menyalakan pemantik dan membakar ujung rokoknya. "Gue nanya, lo percaya gak?" tanyanya.

"Gue gak percaya karma sih, lebih ke apa yang lo tanam ya itu yang lo tuai."

"Kayak lo bajingan gini, terus nanti masuk neraka gitu ya?" ledek Esa.

Sean mendecih. "Ya masa ibadah gak pernah ngarep masuk surga, gak tau diri berarti gue." katanya.

Esa menunjukkan direct message yang Kalula kirimkan kepadanya. "Inget Lala? Dia ngirimin gue kayak gini."

Tidak ada kata-kata kasar, atau amarah yang meletup-letup dalam foto yang Kalula kirimkan. Tapi ketika Sean membacanya, dia bisa merasakan betapa magisnya setiap kata yang tertulis di foto tersebut.

"Cek instagramnya, Sa. Buruan!" ujar Sean.

"Dilock, nyet."

Sean langsung berdiri dan mencari sosok kecil yang bisa membantu mereka melihat isi instagram Kalula.

"Nia! Bunda Nia, buruan sini. Test perhatian kepada yang terhormat, Kania Intan mohon merapat ke arah utara bertemu dengan Sean Airlangga!"

Esa memijat pangkal hidungnya ketika melihat Sean yang menaiki meja hanya untuk mengatakan kata-kata barusan.

Selang beberapa menit, Kania akhirnya menghampiri Sean dengan wajah masamnya."Apa sih, Yan? Malu-maluin tau gak!"

"Hape mana hape? Buruan sini gue mau pinjem!" pinta Sean dengan tergesa-gesa.

Kania masih menyerit bingung, namun dengan setengah hati memberikan ponselnya kepada Sean dan langsung pergi meninggalkan lelaki itu.

Setelah memiliki ponsel Nia digenggamannya, Sean langsung mencari aplikasi instagram dan mengetik username Kalula.

"Anjing! Bener kan ini pemecah masalah kita, Sa ini Sa instagramnya!"

Sean langsung menempatkan dirinya duduk di samping Esa. Perlahan menscroll instagram milik Kalula.

Esa hanya terdiam sambil mengatur debar jantungnya yang entah kenapa bekerja lebih cepat.

Kalula seperti anak gadis pada umumnya. Ada beberapa foto selfie yang manis di instagram miliknya, lalu foto bersama keluarga dan hobby Kalula lainnya.

"Sa...yang lo perawanin anak Camat, Sa." kata Sean pelan.

"Terus kenapa kalo anak camat?" Esa masih mencoba acuh atas informasi-infomasi tentang Kalula.

"Abangnya Asdos, Sa. Ini cewek anak bontot...mamahnya guru. Wah anjir ini bener-bener keluarga terpelajar, Sa."

Ketika mengetahui asal-usul Kalula, Sean merasa betapa brengsek dirinya yang rela membantu melancarkan aksi bejat Esa.

"Yan, lo berlebihan deh kayaknya. Menurut gue gak ada yang wow dari anak ini."

"Anjing! Sumpah bangsat kuadrat, ini anak peraih Ujian tertinggi di Jogja, terus sekarang mahasiswa UGM. Wah ini mah lo brengseknya luar biasa, Sa. Ini anak istimewa, gak sembarangan."

"Istimewa apaan kalo mau-mau aja ngangka--"

"Lo sampai sejauh apa, Sa malam itu? Maksud gue sampe tahap...inti?"

"Gue lupa, Yan."

Esa mencoba menepis perasaan janggal yang semakin memenuhi dadanya. Mungkin Kalula istimewa untuk keluarganya dan orang lain, tapi bagi Esa gadis itu...biasa saja. 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel