Lima
"Hape gue mana hape?" Esa bertanya kepada Kania ketika tidak menemukan ponselnya.
Kania menyerit. "Hape yang mana? Itu lo pegang hape, Sa." sahutnya.
Esa berdecak. "Yang item, yang pribadi gue? Mana?"
Loh? Itukan ponsel pribadi Esa, kenapa lelaki itu malah menanyakan kepada Kania keberadaan ponsel pribadinya?
"Auk. Gue gak liat, di tas lo kali." katanya.
"Gak ada. Biasanya barang-barang gue kan gue titip di lo."
"Enak aja! Itu kalo lagi kerja ya, lagian ponsel pribadi lo gue gak pernah megang, Sa." sahutnya.
Karena tidak menemukan jawaban di Kania, Esa langsung menelepon Sean untuk menanyakan keberadaan ponselnya.
"Yan hape gue kebawa lo gak? Yang item, cek dulu coba. Itu hape pribadi gue njir! Yaudah kabarin cepet."
Tidak masalah jika ponsel tersebut hilang, yang jadi masalah adalah file yang terdapat di dalam ponsel tersebut, ada sesuatu yang begitu penting dan rahasia. Video antara dirinya dan Kalula saat di kamar hotel malam itu.
Secepat mungkin, Esa mencoba untuk menghubungi temannya yang ahli dalam bidang teknologi untuk mereset ponselnya yang sekarang entah dimana.
Setidaknya, jangan sampai nama Esa Naraya hadir di akun lambe-lambean.
Setelah sampai di rumah, Esa langsung tertidur karena kepalanya yang sakit memikirkan keberadaan ponselnya yang hilang.
Baru saja Esa merasakan indahnya dunia mimpi, ponselnya sudah berdering dan meronta-ronta minta perhatian. Dengan malas, lelaki itu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan yang masuk.
"Hal-- Hah? Dimana? Serius, Nia? L-lo take down bisa gak? Anjing lah! Oke sip."
Esa menarik napas panjang setelah menutup sambungan telepon.
This thing is coming.
***
Kalula menatap layar ponselnya dengan mata penuh air mata. Rasa takut menguasai dirinya ketika melihat video dua orang insan manusia yang sedang melakukan aksi tidak senonoh.
"Lala! Kalula!" Kalula langsung menaruh ponselnya di tempat tidur dan menghapus airmatanya.
"Y-ya, Pah?"
Tepat saat Kalula berdiri di depan sang Ayah, satu tamparan mendarat dengan keras di pipinya.
"Ini apa?! Jelasin ini maksudnya apa, La?" tanya Papah dengan suara yang begitu murka.
"I-itu gak kayak yang Papah liat, I-itu..."
"Ini kamu kan?"
Kalula terdiam sesaat. "I-itu Lala, tapi--"
"Beresin baju-baju kamu. Pergi dari rumah Papah, dasar anak gak tau diri! Bikin malu keluarga, mau taruh dimana muka Papah kalau kolega Papah liat anaknya kayak perempuan murahan gini? Sekarang kamu pergi!"
Kalula menangis lalu berlutut di depan sang Ayah." Pah, tapi itu gak sepenuhnya bener. W-waktu itu Lala dikasih permen terus--"
"Papah gak peduli, sekarang kamu pergi."
"Pah, ada apasih?" Danny, Kakak sulung Kalula menghampiri sang Ayah yang terlihat begitu murka.
"Lihat kelakuan adek kamu, udah kayak perempuan gak bermoral. Bikin aib keluarga!"
Danny tau maksud perkataan Ayahnya, setelah satu jam yang lalu video tersebut tersebar disalah satu akun gosip, video itu langsung viral. Dan Danny tidak menyangka kalau itu adalah adiknya, Kalula.
"Dengerin Lala dulu pah, siapa tau Lala punya pembelaan."
"Pembelaan apa? Kamu sudah liat gimana menjijikannya adik kamu? Dia bahkan gak beda jauh sama perempuan bayaran! Papah malu Dan, mau ditaruh dimana wajah Papah?"
Kalula menatap Danny dengan sirat mata penuh permohonan. "Kak, tolong percaya sama Lala itu gak seperti yang kalian pikirkan. Lala berani sumpah, Kak..." ucapnya sambil terisak.
Airmata Dannya sudah menggenang melihat keadaan adiknya. Tidak mungkin Kalula melakukan hal tersebut, adiknya adalah gadis baik-baik yang tau norma. Tidak mungkin.
"Terserah, pokoknya kalau sampai Papah pulang kamu masih disni, bakal Papah seret, Papah buang ke hutan. Bikin malu!"
Hati Kalula begitu terluka mendengar ucapan yang keluar dari mulut sang Ayah. Kalula tau kenapa beliau begitu murka, pasti karena tahun ini beliau ingin menjabat sebagai Caleg dan dengan keluarnya video ini reputasi beliau akan rusak. Ini semua hanya tentang reputasi sebagai penjabat daerah, bukan sebagai seorang Ayah.
Danny berlutut di depan Kalula. Masih tidak habis pikir kenapa adiknya bisa mengalami hal sepahit ini.
"Lala gak melakukan hal itu karena sengaja, Kak. Enggak, Lala berani sumpah kalau saat itu Lala bahkan gak sadar. Aku--"
Danny langsung mendekap Lala erat. Mencoba menenangkan adiknya yang sedang terguncang karena hal ini.
"Iya kakak percaya..." pasti akan sangat sulit bagi Kalula untuk menjalani hidupnya seperti sediakala saat video ini belum tersebar.
"E-esa kasih aku permen waktu itu, setelahnya aku gak tau kenapa aku jadi kayak bukan aku. Aku juga gak tau kalau dia taruh kamera di kamar aku. Lala berani sumpah kalau Lala gak tau apa-apa, Kak..." isakan Kalula begitu menyayat hati Danny yang mendengarnya.
"Iya, La. Kakak percaya..."
"Lala takut, Ka.."
Sebisa mungkin Danny menahan airmatanya sekarang. Di keluarga ini, pasti hanya dirinya yang akan membela Kalula. Ayah dan Ibunya pasti akan menyalahkan Lala habis-habisan perihal masalah ini tanpa mendengar pembelaan Kalula terlebih dahulu. Mereka pasti hanya memikirkan tentang derajat mereka tanpa melihat bagaimana Kalula terluka.
"Esa Naraya, ya? Yang ngelakuin ini semua Esa?" tanya Danny.
Kalula mengangguk.
Dalam hati Danny bersumpah dia akan melakukan apapun untuk membalaskan semua rasa sakit yang adiknya derita. Untuk semua airmata dan kepedihan yang Kalula rasakan, Danny bersumpah Esa Naraya lelaki bajingan tersebut juga akan merasakannya.
***
