Bab 9
Leon terpaksa ikut Datan ke party Angelia, karena mobilnya di sabotase Datan.
Dengan masih merengut, Leon berjalan mengikuti Datan. Mereka berdua memasuki sebuah club malam. Hingar bingar dan suara berisik dari musik, mengganggu pendengaran mereka. Apalagi pencahayaan di sini begitu minim.
"Ini baru party," ucap Datan bersemangat.
"Balik aja yuk, Kunyuk." ucap Leon terlihat malas.
"Oh ayolah es Batu, jangan menghancurkan kebahagiaan gue," ucap Datan sebal, membuat Leon mencibir.
"Nyebelin loe!" ucap Leon terlihat kesal, dan terus mengikuti Datan.
"Hai Datan," sapa seorang wanita cantik.
"Hai Angel," sapa Datan semanis mungkin kepada sang pemilik pesta.
"L-leon,? kamu juga dating," pekik Angelia kesenengan. Leon hanya memasang wajah dinginnya seperti biasanya. Ekspresinya terbatas kalau kata Datan.
Angelina tanpa mlu merengkuh lengan Leon dengan manja. "Makasih yah karena sudah mau datang ke partyku."
"Ya," jawabnya singkat seraya melepaskan rengkuhan Angel dari lengannya. "Kunyuk, gue ke toilet dulu." Leonpun berlalu meninggalkan mereka berdua.
"Awas nyasar," teriak Datan dan Leon hanya mengangkat sebelah tangannya ke udara.
"Datan, nanti ajak Leon untuk duduk bersama gue yah," bujuk Angelia.
"Mau ngapain?" Tanya Datan mengernyitkan dahinya.
"Gue pengen ngajakin Leon dansa dan memperkenalkan ke semuanya kalau gue berhasil luluhin Leon," ucap Angelia begitu antusias.
"Sorry Babe, tapi si Leon bukan tipe orang yang bisa di paksa atau di perintah," ucap Datan santai dan duduk di meja bartender.
"Ayolah Datan sayang, ntar gue kasih cewek paling cantik dan seksi buat loe," rayu Angel tak mau menyerah.
"Sorry Ngel, gue bukan tipe orang yang suka menjual sahabat sendiri. Cewek? gue bisa dengan mudah mendapatkannya. Beda dengan sahabat, lagian si Leon sifatnya keras dan susah di rayu. Kalau loe mau, loe rayu aja sendiri," ucap Datan santai dan memesan minumannya membuat Angelia mencibir kesal.
Leon baru saja keluar dari kamar mandi, dengan masih membenarkan jaket yang dia pakai. Ia memang tidak ada persiapan apapun ke party ini. Tetapi walaupun hanya memakai pakaian casual-nya, Leon tetaplah sempurna dan paling bersinar di antara yang lain.
Bruk
"Aduh." Seorang wanita baru saja menabraknya, membuat wanita itu terjatuh ke lantai.
"Sorry-"
Deg
Ucapan Leon terhenti saat menatap wajah wanita yang baru saja dia tabrak. Wanita yang sama, yang sudah membuatnya hampir gila selama seminggu ini memikirkannya.
Wanita itu berdiri dari duduknya, dan sedikit merapihkan pakaiannya. Wanita dengan wajah natural tanpa make upnya, ia terlihat hanya memakai celana jeans hitam dan t-shirtnya.
"Hei tunggu!" teriakan seseorang menyadarkan mereka berdua yang tengah mematung saling menatap.
"Oh sial! Keparat itu masih mengejarku," keluh wanita itu dengan ketakutan.
3 orang pria berbadan besar berlari ke arah mereka.
Tanpa pikir panjang, Leon menarik pergelangan tangan wanita itu dan berlari menghindari ketiga pria itu. Keduanya berlari menyusuri lorong club, hingga mereka menemukan jalan buntu.
"Gimana ini?" ucap wanita itu yang sudah kelihatan ketakutan. Leon mencari cara untuk bisa keluar dari sini.
Hingga mereka menemukan jendela yang terbuka. "Kita loncat," ucap Leon.
Keduanya berjalan mendekati jendela itu, saat melihat ke bawah, ternyata cukup tinggi untuk mencapai ke tanah.
"Ini-"
"Hanya ini jalan yang bisa kita lalui," ucap Leon menatap manik mata wanita itu yang terlihat ketakutan.
"O-oke," ucapnya sedikit ketakutan.
Leon lebih dulu meloncat keluar jendela dan mendarat dengan tepat. "Ayo loncat," ucap Leon menatap ke atas, dimana wanita itu berdiri.
Wanita itu seakan menerka-nerka, dan ia kembali menoleh ke sampingnya dimana ketiga pria tadi masih saja mengejarnya. Akhirnya wanita itupun melocat ke bawah.
Hap
Leon berhasil menangkap tubuh wanita itu dalam gendongannya, membuat keduanya bertatapan cukup lama. Mata bulat milik wanita itu menusuk ke mata tajam milik Leon.
"Itu di sana!" teriakan seseorang menyadarkan keduanya.
Leon segera menurunkan tubuh wanita itu ke tanah.
"Aku harus pergi." wanita itu bergegas menuju mogenya.
Leon masih berdiri di tempatnya dengan tatapan yang masih terarah ke wanita itu. "Terima kasih, gue Azzura," ucap wanita yang mengaku bernama Azzura itu melambaikan tangannya ke udara dan segera memakai helmnya.
Brrmm brmm
Azzura menjalankan motornya meninggalkan Leon sendiri di sana.
"Azzura," gumam Leon masih menatap ke arah motor yang di tumpangi Azzura.
Leon mengusap wajahnya, dan memikirkan apa yang terjadi padanya. Kenapa dia kembali seperti orang bodoh saat di hadapan wanita itu.
Drrt drrtt
"Hallo," jawab Leon.
"Ice King loe dimana? Gue puyeng nyariin loe di toilet. Loe kagak masuk toilet cewek kan?" Pekik Datan dari sebrang sana.
"Gue balik," ucap Leon berjalan menuju keluar area parkir club.
"Eh kenapa gitu? Loe dimana? Loe sengaja kabur dari gue!" Pekik Datan kesal.
"Berisik Kunyuk, suara loe cempreng bener mirip banget sama nenek lampir," ucap Leon.
"Itu kan memang emak gue. Sekarang loe dimana? Awas loe sedikit saja melangkahkan kaki keluar area club. Habis loe!" ancam Datan.
"Gue kagak takut sama buaya kunyuk model loe. Cepetan turun, gue di parkiran. Kalau kagak turun dalam waktu 5 menit, gue balik duluan!" ucap Leon seraya memutuskan sambungan telponnya.
Leon bersandar ke mobil miliknya sendiri yang kuncinya di sabotase Datan. Pikiran Leon melayang ke kejadian tadi dan wajah Azzura kembali terbayang dan memenuhi otaknya.
"Siapa wanita itu, kenapa dia seakan menghipnotis gue?" gumamnya mendesah kecil.
"Dasar kampret loe main kabur-kabur saja!" celetuk Datan menyadarkan Leon.
"Gue gak suka tempat kayak gitu. Ayo balik," ucap Leon dan menaiki mobilnya di kursi penumpang.
Di dalam mobil, Datan fokus menyetir dan sesekali melirik ke arah Leon yang duduk bersandar sambil memijit pangkal hidungnya.
"Kenapa loe?" Tanya Datan.
"Tidak apa-apa," jawab Leon dan memejamkan matanya.
Seketika bayangan wajah cantik Azzura kembali memenuhi pikirannya. Membuat Leon mendesah pelan.
***
Leon tengah termenung sendiri, rumah sangat sepi apalagi Leonna sudah tinggal di rumah Daniel. Andrian tengah ada acara bersama teman-temannya. Kedua orangtua Leon, jangan ditanya. Mereka selalu menghabiskan waktu berdua saat weekend seperti ini.
Seketika, bayangan azzura memenuhi kepalanya. Wanita misterius yang membuat Leon terpaku dan bahkan tidak bisa hidup tenang karena bayangannya terus menghantuinya.
"Siapa gadis itu sebenarnya? Kenapa gue sulit sekali menghilangkan bayangannya," gumam Leon. "Dia benar-benar misterius." Leon meneguk minuman miliknya.
Leonard terus memikirkan gadis yang beberapa hari ini ia temui. Ini pertama kalinya Leon di buat kalut karena memikirkan seorang wanita yang sangat misterius.
"Apa gue coba mendatangi kembali club malam itu yah. Siapa tau aku kembali bertemu dengannya," gumam Leon dan segera beranjak mengambil jaket dan kunci mobilnya.
Leon beranjak menuruni tangga dan kebetulan berpapasan dengan Adrian yang baru pulang. "Mau kemana, Kak?" Tanya Adrian.
"Mau keluar," jawab Leon. "eh Rian, pinjem motor loe dong."
"Memang mobil Kakak kemana?" Tanya Adrian.
"Ada, lagi males bawa mobil. Mana sini kunci motornya."
"Nih Kak, sekalian isi bensin yah. Tadi Rian belum isi bensin," ucap Adrian dengan cengirannya.
"Kebiasaan! Ya sudah ntar gue isiin," ujar Leon. "Kalau Mama dan Papa nanya, bilang saja gue ke bengkel," ujar Leon yang di angguki Adrian.
Leon menaiki moge putih milik Adrian yang membuatnya terlihat semakin gagah. Setelah memakai helm putihnya, Iapun menjalankan motornya keluar dari rumah.
Ia pergi menuju club malam yang saat itu bertemu dengan wanita misterius bernama Azzura.
Leon memarkirkan motornya di area parkir club yang masih terlihat sepi karena ini masih sore. Entah memang feeling Leon yang sangat kuat dan peka seperti sang Papa. Leon berjalan ke pintu belakang club.
Langkahnya terhenti saat melihat wanita yang selama ini mengusik pikirannya tengah mencuci beberapa botol dan gelas. 'Apa dia bekerja disini?' batinnya.
"Azzura, kamu di panggil bos." Seorang wanita berpakaian minim datang menghampiri Azzura.
"Ada apa lagi sih dia, bilang ke dia, Naya. Gue nolak tawarannya," jawab Azzura dengan sinis.
"Ayolah Az, kenapa loe keras kepala banget sih. Ini lumayan buat tambahan uang saku loe," ucap Wanita yang di panggil Naya itu.
"Gue bilang nggak ya nggak, gue kerja di sini hanya sebagai pencuci piring kotor. Jadi gue gak mau tawaran itu," ujar Azzura terlihat geram.
"Bukannya adek loe sakit?" tanya Naya masih berusaha.
"Dia butuh uang yang halal untuk bisa sembuh," jawab Azzura. "Sudahlah, kerjaan gue udah selesai. Gue mau balik, gue gak mau kayak kemarin lagi pulang malem malah di kejar pelanggan dan bikin heboh club," ujar Azzura beranjak menyambar tas ranselnya dan berjalan keluar ruangan membuat Leon segera beranjak meninggalkan tempat itu dan bersembunyi di sudut lain.
Azzura berjalan menuju motornya dan sempat melirik ke arah motor yang di gunakan Leon. Ia beranjak pergi dengan sangat ngebut membuat Leon sulit untuk mengejar.
"Dia benar-benar misterius," gumam Leon. "Tapi setidaknya gue tau kalau dia kerja di sini dan setiap hari ke sini," ucap Leon dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
