Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10

Malam itu, entah dorongan dari mana. Leon kembali datang ke club tempat Azzura bekerja. Tadi sore Leon sempat datang, tetapi tak menemukan keberadaan Azzura jadi Leon memutuskan untuk kembali datang malam harinya.

Suara bising dan hingar bingar memenuhi gendang telinganya, kerlap kerlip lampu memenuhi area ini dengan penerangan yang minim. Leon terus berjalan menuju sebuah meja kosong dengan pandangannya yang terus menyisir ke setiap penjuru ruangan mencari sosok wanita incarannya.

Beberapa wanita penggoda, sengaja menggoda Leon. Tetapi tak di respon olehnya, karena ia memilih menjauhi mereka semua.

Leon duduk di atas kursi yang berada di pojok ruangan cukup jauh dari lantai dansa. Ia memesan segelas cocktail Martini. Pandangannya masih menyisir ke seluruh ruangan yang sangat ramai dan itu membuat Leon sedikit kesulitan, apalagi pencahayaan yang begitu minim.

Ia menyesap minumannya dengan pandangan yang masih menyisir seluruh ruangan.

Brak

Leonard menengok saat mendengar sesuatu yang terjatuh tak jauh dari tempatnya duduk. Ia sedikit kaget saat melihat Azzura dengan pakaian sangat minim sedang di tarik oleh lima orang pria.

Kelima pria itu menarik Azzura dan memaksanya pergi meninggalkan club. Itu mampu membuat darah Leon mendidih seketika. Tanpa pikir panjang, Leon langsung mengikuti mereka.

Azzura masih di tarik oleh mereka menuju salah satu hotel yang ada di sebrang club. "Lepasin gue!" teriak Azzura terus memberontak.

"Jangan sok jual mahal, Jalang!" ejek salah seorang dari mereka seraya menoyor kepala Azzura, dan itu semakin menyulutkan emosi Leon.

Leonard masih mengikuti mereka dan mencari cara untuk menolong Azzura. Tanpa di sangka-sangka, Azzura menendang salah seorang dari mereka dan meninju mereka satu-persatu. Leon terpekik kaget saat melihat Azzura berkelahi melawan kelima pria itu dengan gesit.

"Kalian pikir gue Jalang seperti mereka?" ucap Azzura tersenyum sinis. "Gue bukan wanita lemah!" melihat itu sudut bibir Leon tertarik ke atas. Azzura memang berbeda,,

Bug

Bug

Brak

Azzura berlari saat mereka lengah, dan Leon mengejarnya.

"Tunggu!" panggil Leon, Azzura pikir itu adalah suara salah satu penjahat tadi dan Azzura semakin mempercepat larinya.

Leon berhasil meraih lengan Azzura dan siapa sangka kalau Azzura mengacungkan tinjunya dengan tangan yang tak di sentuh Leon. Hampir saja tinju itu mengenai wajah tampan Leon kalau saja Leon tak ahli dalam hal berkelahi. Leon mampu menghindar dan mencekal tangan Azzura dan memelintirnya ke belakang punggung Azzura membuat punggungnya menabrak dada Leon dan mereka saling bertatapan satu sama lain.

"Kamu -" ucap Azzura. "sedang apa kamu disini, lepaskan tanganmu!" pekik Azzura berontak ingin melepaskan cekalan Leon.

"Ikut denganku, di sini tak aman," ujar Leon.

"Tidak, aku tidak mau!" tolak Azzura dan segera memutar tubuhnya dan hendak menendang Leon tetapi terlambat, karena Leon lebih dulu mengunci langkah Azzura dengan kakinya membuat tubuh Azzura kini jatuh ke pelukan Leon.

Azzura menengadahkan kepalanya dan tatapan mereka beradu, tatapan keduanya terkunci. Leon mampu menatap mata indah dan bening milik Azzura di depannya. Tak ada yang membuka suara, selain tatapan dan detak jantung yang berdetak dengan begitu cepat.

"Wah wah, dasar jalang. Kita sudah bayar dia mahal, malah enak-enakan melayani pria lain!" ucapan salah satu dari lima pria tadi mampu membuat keduanya tersadar. Leon melepaskan pelukannya dengan emosi dan kesal karena mendengar penghinaan pria itu barusan.

Azzura dapat melihat pancaran amarah dari mata tajam seperti elang milik Leon, dan juga gertakan giginya.

Leon tak terima Azzura di hina sebagai wanita jalang, karena yang Leon lihat. Azzura buka wanita seperti itu.

"Ada apa? kau tidak ingin melepaskan jalang itu? Kami sudah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi. Jadi ayolah lepaskan dia," ujar salah satu dari mereka.

"Jalang?" tanya Leon dengan sinis, aura menyeramkan keluar dari dirinya. Bahkan tatapan mata coklatnya mulai menggelap. Seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya.

"Mau apa loe? mau jadi pahlawan?" ucap salah satu dari mereka dan langsung menyerang Leon.

Leon menangani mereka dengan mudah tanpa kesulitan sedikitpun dan Azzura masih berdiri di belakang Leon dengan terus memperhatikannya.

Bug

Bug

Bug

Brak

Leon berkelahi melawan mereka satu persatu hingga tumbang dan sebagian kabur. Ia masih mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Setelahnya ia menarik tangan Azzura menuju motornya yang dia pinjam dari Adrian.

Tanpa berkata apapun, Azzura naik ke atas motor Leon. Dan Leon langsung menjalankan motornya setelah memakai helmnya.

Leon menjalankan motornya dengan kecepatan standar, dengan Azzura yang duduk di belakangnya dengan canggung. Baik Leon maupun Azzura tak ada yang mengeluarkan suara mereka. Hembusan angin menerpa wajah dan tubuh mereka berdua. Leon sesekali melirik Azzura dari kaca spion motor.

Tangan Azzura mencengkram kuat jaket yang Leon pakai, ia terlihat kedinginan di belakang Leon. Entah dorongan darimana Leon menarik tangan Azzura dan menggenggamnya erat di perut Leon membuat Azzura terpekik kaget dan melirik ke arah Leon yang masih menatap lurus ke depan.

Sebenarnya ini pertama kalinya Leon menyentuh tangan seorang wanita yang statusnya oranglain bukan Mamanya ataupun saudara kembarnya. Dan jantung Leon rasanya berdetak begitu cepat. Membuatnya sedikit salting, tetapi Leon mencoba untuk tetap stay cool.

Azzura hanya bisa diam membeku dengan tangannya yang di genggam Leon. Telapak tangan Leon yang besar dan terasa begitu hangat.

"Dimana rumah kamu?" Tanya Leon menyentakkan lamunan Azzura.

"Aku tidak bisa pulang ke rumah untuk saat ini," jawab Azzura membuat Leon mengernyitkan dahinya bingung. Azzura begitu misterius bagi Leon.

"Sekarang kita akan kemana?" Tanya Leon.

"Terserah kamu," cicit Azzura membuat Leon mengangguk.

Leon membawa Azzura ke sebuah Apartement yang cukup mewah. Ini adalah Apartement milik Leon yang baru-baru ini dia beli tanpa sepengetahuan sang Papa dan Mamanya, kecuali Datan. Leon membeli sebuah apartement khusus untuk dirinya sendiri saat ingin menyendiri dan saat menginap di bengkel karena apartement itu sangat dekat dengan bengkel dan showroom mobil miliknya.

"Silahkan masuk," ucap Leon saat mereka sudah sampai di depan pintu apartement milik Leon. Azzura beranjak memasuki kamar apartement itu seraya menatap sekeliling apartement yang cukup mewah dengan beberapa perlengkapan. Walau tak banyak proferty di sana, tetapi apartement ini tergolong mewah.

"Ada apa?" Tanya Leon saat melihat Azzura masih terpaku di tempatnya.

"Tidak apa-apa," jawab Azzura dan meneruskan langkahnya menuju sofa putih yang ada di sana.

Azzura adalah wanita pertama yang menginjakkan kaki di apartementnya, sebelumnya belum pernah ada yang datang ke sini. Baik itu kembarannya sendiri,

"Sebentar, aku buatkan minum," ujar Leon beranjak meninggalkan Azzura yang masih menatap sekeliling ruangan di sana.

Tak lama Leon kembali muncul dengan membawa dua kaleng minuman dingin dan meletakkannya tepat di hadapan Azzura.

"Minumanlah, maaf tak ada yang special di sini," ujar Leon sedikit kaku saat berbicara karena bagaimanapun ini adalah pengalaman pertamanya dia mengobrol dengan seorang wanita yang tidak memiliki status keluarga dengannya.

"Tidak perlu basa basi, kita langsung mulai saja sekarang," ujar Azzura beranjak dari duduknya membuat Leon mengernyitkan dahinya bingung. "Kita akan mulai dimana? Disini apa di kamar?" Tanya Azzura sekali lagi membuat Leon bingung.

"A-apa maksudmu?" Tanya Leon semakin bingung.

"Jangan berpura-pura tak tau, aku tau kamu juga menyewaku malam ini kan. Jadi jangan sok berlaga tak tau apa-apa," ujar Azzura membuka tali bagian atas gaunnya. "Aku tau kamu menolongku bukan karena apa-apa, tapi karena kamupun menyewaku. Si pria alay itu berhasil mempromosikanku," kekeh Azzura mentertawakan dirinya sendiri yang kini merasa hina.

Ia melepaskan gaun bagian atasnya hingga memperlihatkan bra berwarna hitam brendanya dan perut ratanya membuat Leon memalingkan wajahnya ke arah lain untuk tidak terpancing.

Walau tak pernah berhubungan dengan seorang wanita, tetapi Leon adalah seorang pria normal dan dewasa. Bagaimanapun juga hasrat prianya akan terpancing saat di sodorkan seperti ini. Ia menghembuskan nafasnya berat dan melepaskan jaketnya.

Azzura yang awalnya berani dan berusaha menguatkan hatinya untuk menyerahkan keperawanannya pada Leon hanya untuk uang senilai 500 juta rupiah. Melihat Leon yang saat ini melepaskan jaketnya, mampu membuat Azzura berjalan mundur, mendadak hatinya takut. Apalagi Azzura tak mengenal Leon walau sudah beberapa kali bertemu.

Azzura mematung saat mata bulatnya beradu dengan mata coklat tajam milik Leon. Leon berjalan mendekati Azzura membuat Azzura semakin takut dan gelisah. 'Ini pilihanmu Az, sekarang ikhlaskanlah.' batin Azzura.

Azzura memejamkan matanya saat Leon sudah berjalan mendekatinya.

"Eh?"

Azzura terpaku saat merasakan tubuhnya di selimuti sesuatu. Ia membuka matanya dan ternyata Leon memasangkan jaketnya di tubuhnya yang terbuka.

"Kamu-?" Azzura menatap Leon yang berada di hadapannya.

"Sepertinya kamu sangat lelah, tidurlah. Kamu boleh meninggalkan apartement ini sesukamu," ujar Leon seraya beranjak menuju pintu keluar.

"Tunggu-" panggil Azzura membuat Leon menghentikan langkahnya. "Bukankah kamu menyewaku dari club itu?" Tanya Azzura.

"Aku tidak menyewa siapapun," jawab Leon.

"Lalu kenapa kamu menolongku lagi? kenapa kamu menolakku?" Tanya Azzura kebingungan.

"Karena bagiku seorang wanita itu perlu di hargai dan di hormati. Jadi beristirahatlah, kamu akan aman di sini," ujar Leon membuat Azzura terharu, baru kali ini ada seorang pria yang menilainya berharga.

Bahkan untuk seorang wanita yang bekerja di club malam, orang bahkan selalu menyela Azzura sebagai seorang pelacur walau dia tidak pernah menjual keperawanannya.

Leon tersenyum manis dan itu membuat Azzura semakin terpaku. Ternyata Leon memiliki senyuman yang sangat menawan dan mampu meluluhkan hati para setiap wanita yang melihatnya. Sayangnya Leon selalu menyembunyikan senyum menawannya itu.

"Good night," ujar Leon hendak beranjak.

"Tunggu Tuan-" Tanya Azzura semakin penasaran dengan Leon.

"Namaku Leonard, panggil saja Leon." ujar Leon tersenyum manis kembali membuat Azzura semakin meleleh di buatnya.

Leon beranjak keluar apartement, suara pintu menyadarkan Azzura dari keterpakuannya. "Makasih Leon," ucap Azzura tersenyum senang.

"Ya tuhan, ternyata masih ada pria baik di dunia ini." Entah kenapa ia merasa begitu bahagia. "Di dunia yang begitu kejam bagi orang-orang sepertiku," gumam Azzura tersenyum senang dan memeluk jaket Leon dengan erat. Aroma maskulin dari tubuh Leonard tercium oleh indera penciumannya.

"Leonard," gumamnya terkekeh kecil, entah kenapa hatinya begitu bahagia malam ini. Ia pikir malam ini, dia akan menangis karena menjual keperawanannya tetapi ternyata tidak. Dia malah tertawa bahagia karena bertemu dengan sosok pria yang begitu sempurna. Dia bagaimana malaikat tanpa sayap,,,

Bukan hanya Azzura, tetapi juga Leon yang tak berhenti tersenyum seraya menjalankan motornya. Wajah Azzura yang sangat cantik terus memenuhi pikirannya. Leon tak pernah berpikir akan merasakan perasaan aneh seperti ini.

'Dia sungguh istimewa,' batin Leonard tersenyum dan sesekali menggelengkan kepalanya karena merasa menjadi orang bodoh.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel