Pustaka
Bahasa Indonesia

Destiny

114.0K · Ongoing
Indriani sonaris
98
Bab
1.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

Cinta terkadang tak sejalan dengan apa yang kita harapkan dan inginkan. Seperti Leonard Pandu Adinata, dia sudah menjadikan satu hati untuknya selalu ada di dalam hatinya. Tetapi takdir tuhan dengan mudah mengubah segalanya. Mengubah semua yang ada di depan mata menjadi lenyap tanpa sisa.            Saat dia mulai putus asa, dan berusaha menjalani segalanya tanpa menengok lagi belakang, ia berusaha untuk membuka lembaran baru. Tetapi sekali lagi takdir tuhan mengubahnya dengan mudah. Hingga rasa sakit dan menyesakkan yang tersisa.            Setelahnya hanya pasrah, pasrah akan segalanya. Ia kehilangan mimpi dan juga harapannya. Karena takdir berkali-kali menghancurkannya. Menghancurkan hati dan hidupnya.Dan semua itu terjadi karena sebuah ‘Pertemuan.’ Pertemuan yang selalu membuat hatinya bergetar, pertemuan yang menuntunnya pada takdir tuhan. Entah menyakitkan atau menyenangkan....

Mengandung Diluar NikahCinta Pada Pandangan PertamaDokterPengkhianatanRomansaBillionaireSweetKeluargaSalah PahamBaper

Bab 1

Kediaman Pradhika

"Leonnnnnnnn!!!!!!" teriak Leonna menuju kamar kembarannya.

Blam

Kamar di buka dengan keras oleh Leonna dan langsung menindih tubuh Leon yang tengah tertidur tengkurap. Leonna duduk di atas punggung Leonn.

"Onaaaaaa turunnnn,, berattttt" teriak Leon

"Balikin charger gue, es batu!! Hp gue mati gara-gara chargernya di bawa sama loe" sewot Leonna

"Masih di pake,,, nanti aja" ujar Leon santai dan kembali tidur.

"Gue mau ngampus sekarang, hp gue mati" keluh Leonna.

"Pinjem aja sama si kunyuk Datan atau si Lonja centil itu" ujar Leon menutup kepalanya dengan bantal. "Awwwww,,,," Leon terpekik dan mengaduh saat Leonna mencubit punggungnya dengan keras, "Sakit Ona, Sialan loe !!" pekik Leon membalikkan badan sekaligus.

"Awwww,,," Leonna terpekik karena jatuh ke lantai, tawa Leon pecah seketika melihat Leonna yang tersungkur ke lantai dan mengaduh kesakitan.

"Es batu Sialan," Desis Leonna berdiri. "Gue cabut chargerannya" Leonna berjalan menuju tempat hp Leon yang di charger.

Hap

Leon lebih dulu mengambilnya dan mengangkatnya ke udara. Leonna yang kalah tingginya sama Leon meloncat-loncat untuk menggapai charger itu.

"Ikhhhh Leonn balikin,,,,,," ujar Leonna kesal.

"Ambil saja kalau bisa, wleeee" ujar Leonn meleletkan lidahnya ke arah Leonna yang merengut kesal.

"Dasar es batu nyebelin !! Papaaaaaaaaa" teriak Leonna

"Dasar tukang ngadu" Leon menjitak kepala Leonna dan berjalan menuju ranjangnya.

"Sakit" cibir Leonna mengusap kepalanya dengan cemberut. Leonna meloncat ke punggung Leon dan menjambak rambut Leon.

"Ona, sakit." Pekik Leon mencoba melepaskan jambakan Leonna tetapi sulit.

"TWINS!!" teguran seseorang di ambang pintu membuat Leonna segera melepas jambakannya dan turun dari punggung Leon. Leon hanya mengaduh memegang kepalanya.

"Ehh ada ibu peri" ujar Leon memeluk mama tercintanya dengan sayang.

"Kalian ini kebiasaan, pagi-pagi sudah bikin keributan dan berantem di rumah. Liat ade kalian, dia bahkan sudah siap di meja makan. Kelakuan kalian benar-benar memalukan" omel Thalita seraya berjalan membuka gordeng kamar. Setiap pagi Thalita selalu mengomel karena kedua anaknya yang tingkahnya begitu menyebalkan.

"Leonna, bukannya kamu ada jadwal kuliah pagi?" Tanya Lita menatap putri semata wayangnya.

"Iya ma, tapi ini si es batu ngambil charger Leonna. Jadi hp Leonna mati deh karena abis batre" keluh Leonna dengan cemberut.

"Dasar tukang ngadu" cibir Leon dan Leonna membalas cibirannya.

"Kamu sudah punya bisnis sendiri juga, gak mampu membeli charger hp?" Tanya Lita membuat Leon nyengir lebar.

Leonard memang membuka usaha sebuah showroom mobil sport yang di berikan modal oleh Dhika. Tetapi bukan hanya itu, Leon juga membangun usaha bengkel mobil hasil jerih payahnya sendiri.

"Charger Leon rusak ma, dan kemarin gak sempat beli" ujar Leon.

"Sudah balikin chargernya ke Leonna. Dan kamu princes, cepat turun ke bawah untuk sarapan" ujar Lita

"Oke mama" sebelum keluar kamar, Leonna meleletkan lidahnya ke arah Leon karena berhasil mengambil charger dari Leon.

"Kamu juga sarapan, Leon," ujar Lita

"Yes ma,, tapi cium dulu boleh yah" ujar Leon mengecup pipi mama tersayangnya.

Di meja makan, seorang pria yang sudah berusia setengah abad itu tengan membaca Koran sambil menyeduh tehnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Koran. Walau usianya bertambah tua, tetapi ketampanan dan kegagahannya tak berkurang sama sekali.

"Pagi Papa" Leonna mencium pipi papanya dengan sayang.

"Pagi Princess" Dhika tersenyum seraya melipat korannya.

"Pagi Rian" Leonna juga mencium pipi adik tersayangnya, dan duduk di kursinya.

"Pagi kakak" ujar Adrian yang tengah mengunyah makanan.

Tak lama Leon datang dengan masih memakai celana boxer dan kaos polonya berwarna biru. Wajahnya sudah terlihat segar. "Pagi Pa, pagi Rian" ujar Leon duduk di hadapan Leonna.

"Pagi kak Leon" ujar Adrian.

"Harus yah setiap pagi kalian berdua membuat mama kalian ngomel-ngomel" tanya Dhika membuat Leon dan Leonna terkekeh.

"Habis nih si es batunya Pa,, dia nyuri charger Leonna" ujar Leonna.

"Minjem Ona jelek, bukan nyuri. Kebiasaan deh suka melebih-lebihkan dan mengganti kosa kata menjadi salah artian" ujar Leon sebal.

"Kalian gak malu sama adik kalian apa, tiap pagi ngasih contoh yang gak bener" ujar Dhika.

"Maaf Pa," jawab twins serempak, membuat Adrian terkekeh. Hal ini selalu terulang setiap pagi.

"Cepat makan sarapannya, jangan berantem di meja makan" ujar Thalita yang baru saja datang dengan sudah berpakaian rapi.

"Ya mamaku tersayang" jawab ketiga anaknya kompak membuat Dhika terkekeh.

"Mama ke rumah sakit pagi?" Tanya Leon

"Iya sayang, mama ada jadwal operasi" ujar Lita.

"Leon anterin yah" ujar Leon.

"Wihh tumben banget loe mau nganterin mama ke rumah sakit, biasanya juga ogah-ogahan" celetuk Leonna sambil menikmati makanannya.

"Kenapa emang? Kebetulan gue lagi gak ada jadwal kuliah. Gak apa-apakan kalau Leon nganter, Ma?" tanya Leon

"Tidak,, istri papa akan berangkat bareng papa" ujar Dhika membuat Lita dan Leonna terkikik. Papanya begitu possessive

"Astaga papa, cemburuan amat sih istrinya pergi bareng anaknya. Papa tenang saja, mama akan Leon jaga. Lagian kan papa harus anterin si Rian" ujar Leon.

"Iya sayang sudahlah, aku pergi di antar Leon saja" ujar Lita.

"Baiklah, awas yah Leon. Istri papa jangan sampai di buat lecet" ancam Dhika dengan nada bercanda.

"Siap papa" ujar Leon terkekeh.

"Leonna berangkat sekarang, sekalian jemput Chella. Karena si kunyuk Datan nolak buat jemput pujaan hatinya Leon" ujar Leonna

"Apa sih loe," cibir Leon membuat Leonna terkekeh.

"Leonna berangkat yah," Leonna mencium papa, mama dan Adrian.

"Kamu hati-hati bawa mobilnya, Princes" nasihat Lita

"Siap Mama" ujar Leonna.

"Gue kagak di cium?" Tanya Leon.

"Ogah" Leonna berlari menuju keluar rumah setelah mengucapkan salam.

"Kamu mandi dulu gih kalau mau nganter Mama" ujar Lita.

"Tidak perlu ma, Leon sudah tampan gak mandi juga. Iya kan Rian" ujar Leon dengan percaya diri.

"Iya kak, tapi tetap masih lebih tampan Rian" kekeh Rian.

"Aisshhh dasar bocah" cibir Leon.

"Ayo Rian, kita berangkat" ujar Dhika.

"Ayo pa" Adrian beranjak mencium tangan dan pipi Lita juga Leon

"Aku duluan yah" Dhika mencium kening Lita dan berlalu pergi meninggalkan semuanya bersama Adrian.

"Bi,, tolong bereskan meja makannya yah. Saya mau berangkat" ujar Lita

"Baik nyonya" ujar bi Siti.

"Kamu mau pergi pake kolor?" pekik Lita, saat Leon beranjak dengan santai.

"Hehe, sebentar ibu periku yang cantik. Aku ganti baju dulu" ujar Leon berlari menaiki undakan tangga.

"ck, anak itu" Lita hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Leonpun mengantar Lita ke rumah sakit dengan mobil sport miliknya. "Semalam kamu kemana lagi? Kenapa pulang larut malam?" Tanya Lita.

"Biasa ma, nganteris si kunyuk Datan ngapel" ujar Leon asal.

"Alasan saja, kalau papa tau. Kamu bisa kena omelannya" ujar Lita

"Jangan sampai tau dong mama sayang, mana omelan papa suka panjang x lebar. Udah kayak rumus matematika saja" ujar Leon memelas membuat Thalita terkekeh.

"Ada ada saja kamu, Papa cerewet juga karena sayang sama kamu" ujar Lita

Sesampainya di rumah sakit, Thalita segera menuruni mobil sport milik Leon. "Kamu mau masuk?"

"Tidak ma, Leon langsung pulang saja"

"Baiklah, kalau begitu mama masuk dulu yah. dah sayang"

"Dah ma"

"Kamu hati-hati bawa mobilnya" Leon menganggukan kepalanya kepada Lita.

Sepeninggalan Thalita, Leonpun kembali mengemudikkan mobilnya menuju ke rumahnya.

***