

Bab 3
"Leonnnnnnnnn!" Teriak Leonna membuat Leon yang tengah bermain basket menghentikan aktivitasnya.
"Apaan?" Teriak Leon.
"Kesini," Teriak kembaranya itu dari sisi lapangan. Leonpun beranjak menuju ke tempat Leonna dengan sedikit berlari.
"Apa sih Ona?" Tanyanya.
"Nih," Leonna menyodorkan 5 buah surat beramplop cantik dan juga bingkisan coklat padanya.
"Loe ganggu latihan gue cuma buat ini?" Leonna mengangguk diiringi senyumannya. "Loe mau-mau saja jadi kurir Pos."
"Ya karena gue di bayar," kekeh Leonna memperlihatkan uang 50 ribuan.
"Dasar mata duitan." gerutu Leon.
"Gue masih mahasiswi yang butuh pemasukan banyak." ujar Leonna dengan santai.
"Apa nggak cukup uang jajan dari Papa?" ujar Leon yang terlihat kesal. "Loe buang deh tuh surat suratnya. dan jangan mau jadi kurir pos lagi. Entar gue kasih loe kartu gold."
"Seriussssss????" pekik Leonna begitu antusias sampai meloncat-loncat.
"Iya," jawab Leon.
"Aghhh Leon sayang,,, gue sayang banget sama loe." Leonna memeluk Leon dan mengecup pipinya berkali-kali.
"Udah kenapa ciumnya, mulut loe bau, Ona." ledek Leon membuat Leonna mencibir.
"Tapi coklatnya biar gue makan saja yah, kan mubajir."
"Iya terserah loe. Eh loe mau balik?" Tanya Leon.
"Gue latihan dance dulu."
"Ntar balik sama siapa? Di kampus udah sepi." ujar Leon.
"Sendiri paling, gue bawa mobil." ujar Leonna.
"Ya sudah entar gue nyusul ke tempat latihan loe." Leonna mengusap kepala Leonna dengan lembut.
"Oke kembaranku sayang. Bye bye." Leonnapun melenggang pergi meninggalkan Leon.
"Dasar bocah itu,"gumamnya seraya kembali latihan basket.
***
Pagi-pagi sekali Datan datang ke rumah Dhika dengan wajah yang di tekuk,
"Datan? Kamu tumben pagi pagi kesini?" Tanya Lita saat melihat kedatangan Datan yang tidak di undang.
"Morning mama Lita." Datan mencium tangan dan pipi Lita.
"Pasti kena marah daddy lagi yah."
"Begitulah, daddy kolot banget, Ma." gerutunya membuat Lita terkekeh.
"Ya sudah, sarapan gih."
"Wah, ada kak Datan." ujar Adrian yang baru menuruni tangga, sudah rapi dengan seragam sekolanya.
"Morning Rian." sapa Datan.
"Kamu berantem lagi sama daddy kamu?" Tanya Dhika yang juga tengah berjalan di belakang Adrian.
"Iya Pa, tau deh tuh daddy kolot bener. Mana semua fasilitas di cabut lagi, masa iya Datan anak dari seorang pengusaha terkenal ke kampus naik go-jek. Kan gak banget, apa kata fanz Datan nanti." Keluhnya membuat Dhika terkekeh.
"Sekarang mending sarapan dulu." Dhika berjalan menuju meja makan diikuti Datan dan Adrian.
"Ini tehnya saying." Lita menyimpan segelas teh di hadapan Dhika.
"Makasih saying." Dhika tersenyum manis.
"Datan, mau sandwich atau nasi goreng?" Tanya Lita.
"Kak Datan, mau ayam mentah aja Ma. Kan dia kembarannya conel." celetuk Adrian membuat Dhika dan Lita terkekeh.
"Aiishhh dasar bocah," cibirnya. "Datan mau nasi goreng saja Ma, tapi sama susu yah." Kekehnya.
"Jangan Ma, susunya entar habis." celetuk Leon yang baru datang dengan menenteng jaketnya. "Ngapain loe pagi pagi kesini? Mau numpang sarapan?" ujar Leon membuat Lita menggelengkan kepalanya. Mereka begitu mirip dengan Dhika dan Okta.
"Gue ketauan daddy semalam balapan, Sialan!" bisik Datan saat Leon sudah duduk di sampingnya karena takut Dhika mendengar.
"Gawat dong, Kunyuk. Papa bisa tau kalau gitu." bisik Leon melirik Dhika yang tengah membaca Koran.
"Kalian bisik bisik apa sih?" Tanya Dhika memicingkan matanya.
"Tidak Pa," ujar Leon menampilkan senyumannya.
"Pagi Papaaaaaaaa." sapa Leonna dengan riang dan mencium pipi Dhika sambil memeluk lehernya dari belakang.
"Pagi Princes." ujar Dhika.
"Pagi Mama." Leonna juga mencium Lita saat Lita datang dengan membawa empat gelas susu.
"Pagi Sayang,"
"Halo Rian." Leonna juga mencium Adrian dan duduk di sampingnya.
"Pagi es batu." leonna melempar apel ke arah Leon tetapi langsung di tangkap olehnya dengan satu tangannya.
"Dasar Ona jelek." cibir Leon sudah biasa di timpuk Leonna.
"Kebiasaan kalian," tegur Dhika membuat Leonna terkekeh.
"Eh ternyata ada makhluk halus juga, ngapain loe disini?" Tanya Leonna saat sadar ada Datan di samping Leon.
"Ngungsi," jawabnya dengan masih asyik makan nasi gorengnya.
"Kenapa ? di sono gak di kasih makan sama daddy, atau daddy lebih milih ngasih makan si conel daripada loe."
"Tau deh,, daddy gak sayang sama gue." ujar Datan asal.
"Jangan suudzon Datan, daddy kamu sayang banget kok sama kamu." ujar Lita yang duduk di samping Leonna untuk ikut sarapan.
"Kalau sayang, gak bakalan di cabut semua fasilitas, Ma. Mana uang jajan di kasih gocap lagi. Bilangnya di potong 50% ini 75% udah kayak diskonan di mall saja." Keluhnya sangat kesal membuat yang lain terkekeh.
"Kere dong sekarang." kekeh Leonna.
"Banget, mana gue sudah ada janji kencan lagi pulang ngampus." Datan semakin merengut.
"Ya sudah kamu kencannya jajan kerak telor saja di pinggir jalan." kekeh Dhika.
"Mana mau ceweknya, Pa. Mana gak ada mobil, daddy bener bener buat aku melarat."
"Kalau mau ada uang, gimana kalau loe bantuin gue jadi kurir cintanya si es batu. Lumayan kan dapet gocap dari satu cewek." ujar Leonna.
"Ide loe brilliant, Ona." ujar Datan bersemangat.
"Kalian mau jadiin gue korban. Jangan bikin mereka nyimpen harapan ke gue." ujar Leon kesal.
"Kalian ini, kasian tau mereka di palakin." tegur Lita.
"Temen-temen Adrian juga ada yang nitip salam dan surat cinta buat Kakak. Mereka langsung suka sama kak Leon pas waktu kakak anter Rian ke sekola. Rian jadi tersaingi." ujar Adrian merengut.
"Kamu masih bocah,, jangan genit." ujar Leonna.
"Kakak juga suka genit sama abang Vino. Apalagi sama kak Verrel, kemarin pas pulang dari Lombok kan kalian-hhmmmp." Leonna langsung membekap mulut Adrian membuat Dhika mengernyitkan dahinya.
"Lalian apa Leonna?" Tanya dhika menatap curiga.
"Nggak Pa, si Rian ember bocor nih." Kekeh Leonna menghilangkan kegugupannya.
"Habis ngapain loe, Ona? Ah,, apa jangan-jangan kalian abis akhem akheman yah." ujar Datan makin mengompori.
"Apaan loe akhem akheman." Leonna terkekeh.
Dhika dan Lita saling pandang seakan mengartikan sesuatu yang terjadi pada Leonna dan Verrel.
"Ya itu apaan,, jujur aja deh Ona." goda Datan,
"Loe di apain sama dia, Ona? Wah minta di kasih nih kak Verrel." ujar Leon.
"Di kasih apa Kak?" Tanya Adrian.
"Di kasih saran, buat ngawinin si Ona langsung." ujar Leon membuat yang lain tertawa.
"ihh kalian, nyebelin." ujar Leonna tetapi sedikit tersipu.
"Sudah ah, Adrian mau berangkat." ujar Adrian beranjak.
"Hati hati bawa motornya, Rian." nasihat Lita.
"Siap Mama."
"Wah jadi motor CBR 1000cc di depan itu punyamu, Rian?" Tanya Datan.
"Iya Kak, gimana kerenkan. Keluaran terbaru tuh Kak." ujar Adrian dengan bangga.
"Wihh keren bener,, kapan kapan bisa minjem yah." ujar Datan.
"Boleh,, asal ada uang sewanya dan full bensin yah" ujar Adrian santai.
"Aisshhh meres nih bocah. Gue saja lagi kere." ujar Datan kembali sedih.
"hhee, sabar yah kak Kunyuk." goda Adrian dan berlalu pergi setelah menyalami Dhika dan Lita. Leonnapun berpamitan seraya menyalami Dhika dan Lita lalu berlalu pergi dan menyempatkan mencium pipi kembarannya dulu.
"Gue kenapa kagak di cium?" teriak Datan.
"Loe bau buaya!" teriaknya membuat Dhika dan Lita menggelengkan kepala.
Kebiasaan, rumahnya akan heboh kalau mereka berkumpul, terutama kalau ada Datan.
"Ayo berangkat kunyuk, loe yang bawa mobil, oke." Leon beranjak dari duduknya.
"Yaelah,, sama aja gue jadi sopir loe."
"Namanya juga numpang." jawab Leon dengan santai.
"Kalian benar-benar mirip papa dan daddy kalau lagi bersama." kekeh Lita,
"Buah jatuh gak jauh dari pohonnya." Kekeh Dhika.
Leon dan Datanpun menyalami Dhika dan Lita bergantian.
***
