Bab 12
Hari ini Leon membawa Azzura ke rumahnya untuk bertemu dengan Thalita. Leon menuntun Azzura yang terlihat takut. "Tenanglah, Mama dan Papaku baik kok." ucap Leon mengajak Azzura memasuki rumahnya.
"Assalamu'alaikum," teriak Leon dengan semangat.
"Wa'alaikumsalam," jawab Thalita berjalan menuju Leon dan Azzura. "Hallo cantik, ini yah yang namanya Azzura?" tanya Lita dengan lembut.
"Selamat siang Tante," sapa Azzura mencium tangan Thalita.
"Siang Sayang, ayo masuk ke dalam," ucap Thalita membawa Azzura ke dalam rumah dimana Dhika dan Adrian tengah bermain PS.
"Sayang, Leon datang bersama temannya," ucap Lita membuat Dhika menengok dan tersenyum manis ke arah Azzura.
Azzura tau sekarang dari mana asalnya wajah tampan Leon, karena Papanyapun terlihat masih gagah dan tampan walau sudah lebih dari setengah abad usianya.
"Selamat siang Om," sapa Azzura dan mencium tangan Dhika.
"Halo kak Azzura, aku Adrian." ucap Adrian menyodorkan tangannya.
"Halo Adrian," sapa Azzura.
"Kakak pacarnya kak Leon yah?" ucapan menyebalkan Adrian membuat Azzura dan Leon mematung kaku.
"Kamu senang sekali menggoda Kakakmu," cibir Lita membuat Adrian terkekeh. "Ayo duduk, biar Tante buatkan minuman," ucap Lita beranjak menuju dapur.
"Siapa namamu?" tanya Dhika saat sudah duduk di sofa di hadapan mereka.
"A-azzura Om," cicit Azzura.
"Jangan tegang, tenang saja," ucap Dhika dengan senyuman menawannya. 'Ternyata Leon mirip dengan Papanya, sama-sama tampan dan juga baik.' batin Azzura.
"Silahkan di minum." Thalita membawa 5 gelas orange jus dan menyimpannya di atas meja.
"Segarnya," ucap Adrian mengambil salah satu gelas dan cemilan yang Lita bawa.
"Tidak sopan," tegur Lita membuat Adrian terkekeh. Thalita duduk di samping Dhika.
"Kata Leon, kamu ingin belajar membuat kue yah," ucap Lita membuat Azzura menatap Leon.
"I-iya Tante, kalau tidak merepotkan dan mengganggu waktu Tante," cicit Azzura membuat Dhika dan Lita terkekeh.
"Jangan formal begitu, santai saja Sayang." ucap Lita. Ia mengingat saat dulu ia di ajak Dhika bertemu kedua orangtuanya.
"Kamu santai saja, Mamaku ini adalah Mama terbaik yang pernah ada," puji Leon.
"Berlebihan kamu, Le." ucap Lita.
"Itu beneran Mama, walau terkadang cerewet," timpal Adrian membuat yang lain terkekeh.
"Kamu yang nakal bukan Mama yang cerewet," ucap Lita.
"Tapi kecerewetan Mama ngangenin." kekeh Adrian.
"Cukup kamu menggombali istri Papa, Rian." ucap Dhika membuat yang lain terkekeh. Azzura berkaca-kaca melihat kehidupan keluarga bahagia ini. Andai saja dia bisa merasakan kehangatan ini semua. Mungkin hidupnya tidak akan serapuh ini.
"Kamu tinggal dimana, Sayang?" tanya Lita.
"Di Jl. Moh. Hatta, Tante," jawab Azzura yang di angguki Lita.
"Kamu sekola?" pertanyaan Dhika membuat Azzura merenung sedih, melihat itu Lita menyenggol lengan Dhika. "Ah lupakan saja," ucap Dhika.
"Sa-saya hanya lulusan SD, Om Tante." cicit Azzura membuat Dhika dan Lita saling pandang, Leon dan Adrianpun terpekik kaget.
"Jangan malu Sayang, kamu lulusan SD tapi sikapmu begitu terpelajar Sayang," ucap Lita.
"Benar apa yang di katakan Istri saya," timpal Dhika membuat Azzura tersenyum kecil.
Entah kenapa, Azzura merasa senang dengan keluarga Leon. Mereka semua begitu baik padanya.
Setelah berbincang-bincang, Lita mulai mengajari Azzura membuat kue di dapur miliknya. Leon memperhatikan mereka di ambang pintu. Bahkan Azzura dengan cepat bisa akrab dengan Thalita. Leon tersenyum memperhatikan kekompakan mereka.
"Khem," deheman seseorang menyadarkan Leon dan membuatnya mendadak salting.
"Eh Papa," ucap Leon terlihat salting.
"Dapur Mama kamu tidak akan di curi orang, gak perlu kamu jagain terus," sindiran Dhika membuat Leon semakin salting.
"Ng-nggak Pa, i-itu." ucap Leon bingung.
"Jatuh cinta padanya?" tanya Dhika tepat sasaran membuat Leon merasa malu dan hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Akhirnya kamu mau membuka hati kamu juga, Papa takutnya kamu menyukai Datan karena terlalu sering bersamanya," kekeh Dhika.
"Papa ini, masa iya Leon suka sama si kunyuk Datan," gerutu Leon membuat Dhika tersenyum.
Dhika menatap Thalita dan Azzura, mereka terlihat kompak membuat adonan kue. "Dulu juga Papa seperti kamu saat jatuh cinta sama Mama kamu. Tapi Papa terlalu gengsi untuk mengakuinya, Papa terkenal dingin pada setiap wanita, bahkan wanitalah yang mengungkapkan perasaannya ke Papa. Tetapi dengan Mamamu, saat kami berkenalan dulu. Hati Papa merasa bergetar dan jantung Papa berdetak cepat. Bahkan Papa dengan sengaja nebeng pulang ke om Daniel yang waktu itu mau menjemput tante Serli ke sekolanya hanya untuk melihat Mama kamu. Papa hanya berani menatapnya dari kejauhan," ucap Dhika menatap Thalita yang sedang menjelaskan sesuatu ke Azzura, ia masih terlihat cantik seperti dulu, dan itu membuat Dhika semakin jatuh cinta padanya.
"Sepertinya Leon juga merasakan itu Pa," ucap Leon menatap Azzura yang terlihat tersenyum mendengarkan arahan Thalita.
"Kalau begitu berjuanglah untuk mendapatkan hatinya," ucap Dhika.
"Apa Papa mendukung dan merestui Leon?" tanya Leon.
"Kenapa enggak, tidak ada alasan untuk Papa tidak merestui kalian. Dan jujur saja, Azzura mirip dengan Mamamu," ucap Dhika membuat Leon tersenyum senang.
"Kalau kamu tidak mau memperjuangkannya, jangan salahkan Papa kalau Papa yang mendekatinya terlebih dulu," goda Dhika.
"Tidak Pa, ini bagiannya Leon. Leon akan memperjuangkannya," ucap Leon bersemangat membuat Dhika menepuk pundak Leon dan beranjak pergi.
30 menit kemudian, Thalita dan Azzura menunjukkan hasil karya mereka ke Dhika, Leon dan Adrian. "Ini enak banget, Adrian selalu suka masakan Mama," kekeh Adrian dengan antusias.
"Itu buatan kak Azzura, Rian." ucap Lita.
"Ti-tidak, Aku cuma membantu saja," kilah Azzura merasa malu.
"Ini enak lho, pasti banyak yang mau beli," ucap Dhika.
"Dengarkan Sayang," ucap Lita. Azzura menatap Leon yang masih belum berkomentar.
"Gimana, Leon?" tanya Lita yang paham kalau Azzura mengharapkan komentarnya.
"Maaf, aku keasikan makan kuenya," kekeh Leon. "Ini sempurna, sungguh rasanya sangat enak," puji Leon membuat Azzura tersenyum senang.
"Dengarkan, nah jadi jangan malu lagi untuk menjualnya," ujar Lita membuat Azzura mengangguk.
"Nanti aku akan membantu menjualkannya di kampus," ucap Leon.
"Tapikan-"
"Tidak apa-apa," Leon memotong pembicaraan Azzura.
"Jadi inget masa lalu," kekeh Lita yang di angguki Dhika.
"Kamu juga nanti kirim saja ke kantin AMI Hospital," ucap Dhika.
"Benarkah, Om?"
"Yah, kenapa tidak. Kamu kirimkan nanti kesana yah, Om jamin pasti banyak yang akan beli." Azzura tersenyum bahagia mendengarnya.
***
